PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Pernyataan Pemerintah Atas Insiden Dili

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Minggu, 17 November 1991 --- Sehubungan dengan terjadinya insiden Dili pada hari ini selasa yang lalu, Siang ini Menteri/Sekertaris Negara menyampaikan pernyataan pemerintah. Antara lain dikatakannya bahwa pemerintah menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut, yang telah menimbulkan korban baik dikalangan anggota masyarakat maupun diantara aparat keaamanan. Disamping setelah jatuh korban, pemerintah juga mencatat dengan rasa prihatin yang mendalam dengan adanya provokasi-provokasi yang dipersiapkan terlebih dahulu oleh unsur-unsur tertentu.

Presiden menginstruksikan agar penaganan masalah ini dilakukan dengan ceramat dan kordinasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu akan dibentuk suatu Komisi Penyelidik Nasional, dibawah pimpinan seorang Hakim Agung dan terdiri dari unsur-unsur Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Markas Besar ABRI, serta anggota DPR dan DPA.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto


Penyaksian Penandatanganan Memorandum of Understanding dan Agreed Minutes

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu 17 November 1990 --- Presiden Soeharto dan Presiden yang Shangkun pagi ini menyaksiakan penandatanganan “Memorandum of Understanding”  dan “Agreed Minutes” hasil pembicaraan tentang kerjasama ekonomi dan perdagangan. Penandatanagan itu dilakukan oleh Menko Ekuin Radius Prawiro dan menteri  Perdaganagan Luar Negara Zheng Tao Bin atas nama pemerintah masing-masing. MOU ini memuat kesepakatan kedua pemerintah untuk membentuk komisi bersama dalam bidang ekonomi, perdegangan dan kerjasama teknik.

Pada akhir kunjungan Presiden Soeharto di Beijing telah dikeluarkan sebuah pernyataan bersama. Pernyataan bersama  itu antara lain menyatakan kesepakatan kedua pihak bahwa normalisasi hubungan diplomatik pada tanggal 8 Agustus yang lalu telah memebawa hubungan bilateral kepada  tahapan baru yang memebuka kesempatan-kesempatan untuk memperluas  hubungan dan kerjasama  di antara kedua Negara. Kedua belah pihak mengulangi lagi komitmen mereka untuk mematuhi Dasar Sila Bandung dan Lima Prinsip Hidup berdampingan  Secara Damai Secara Damai sebagai landasan bagi pengembangan jangka panjang hubungan kerjasama yang bersahabat antara kedua negara.

Kedua negara menyatakan keyakinan bahwa terdapat potensi  besar untuk mengembangkan kerjasama ekonomi , perdagangan, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua negara juga sepakat untuk membuka bidang baru bagi kerjasama atas dasar persamaan dan saling menguntungkan. Disepakati pula untuk menjejaki kemungkinan mengembangkan kerjasama dan peluncuran satelit. Selain itu juga disepakati untuk meningkatkan tukar menukar antara kunjungan antara pejabat pemerintah dan swasta kedua negara. Dalam hubungan ini, Presiden Soeharto telah mengundang Presiden Yang Shangkun untuk berkunjung ke Indonesia; undangan mana diterima dengan baik.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Isu Lemak Babi Meresahkan Masyarakat dan Pengusaha

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1988 --- Kepala Negara menginstruksikan Jaksa Agung untuk mengusut secara tuntas pelaku utama penyebar isu lemak babi. Yang menjadi pertimbangan Presiden dalam hal ini ialah bahwa isu tersebut meresahkan masyarakat dan para pengusaha, sehingga bisa menggangu perekonomiaan negara. Demikian diungkapkan Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono setelah menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Ditambahkan oleh Jaksa Agung bahwa orang-orang sengaja berbuat sengaja itu dapat dikategori sebagai tindak pidana subversi sebab isu-isu itu menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan terhadap masyarakat maupun industri.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Menteri Filipina Mengunjungi Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 17 November 1987 --- Menteri Luar negeri Filipina, Raul Manglapus, pada jam 09.00 pagi ini mengunjungi Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia menemui Kepala Negara untuk membicarakan masalah penyelenggaraan KTT ASEAN ketiga, yang akan berlangsung di Manila pada pertengahan Desember yang akan datang. Dalam pertemuan itu, Presiden sekali lagi menegaskan bahwa ia akan menghadiri KTT, dan sejak semua sama sekali tidak ada keraguan dalam dirinya tentang hal itu. Sekeluar dari kamar kerja Kepala Negara, Menteri Filipina itu mengatakan bahwa pemerintah Filipina sangat berterima kasih atas konfirmasi yang diberikan Presiden Soeharto. Dikatakanya bahwa pemerintahnya menganggap Presiden soeharto sebagai pemipmpin penting di Asia Tenggara.

Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Presiden OPEC yang juga Menteri Perminyakan Nigeria, Rilwanu Lukman, Menteri Perminyakan Venezuela, Arturo Hernandes Grisanti, dan Sekertaris Jenderal OPEC, Fadhil al-Cahalabi, di Bina Graha. Dalam pertemuan ini Presiden Soeharto di dampingi Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto.

Kepada para tamunya, Presiden soeharto menyatakan mendukung sepenuhnya usaha-usaha yang dilakukan OPEC untuk mengupayakan tercapainya stabilitasi harga minyak yang masih terus berfluktiasi dewasa ini. Dikatakanya Indonesia bisamemahami keinginan beberapa anggota OPEC untuk menaikan harga patokan OPEC menjadi US$18,- per barel, namun yang lebih penting adalah jangan sampai harga patokan itu merusak pasaran.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Laporan Kunjungan Kerja Inspektur Karnodo

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 17 November 1986 --- Inspektur Jenderal Pembangunan karnodo menghadap Presiden soeharto pagi ini di Bina Graha. Pada kesempatan itu ia memberikan laporan mengenai hasil kunjungan  kerjanya di Jawa Barat, antara lain meninjau lokasi letusan Gunung Galinggung didaerah Tasikmalaya.

Menaggapi laporan tersebut, Kepala Negara menganjurkan agar keperluan pasir untuk kegiatan-kegiatan pembangunan di Jakarta lagi diambil dari Tanggerang, karena dapat merusak lingkungan. Sebagai gantinya, pasir untuk kebutuhan pembangunan kota Jakarta didatangkan saja dari Gunung Ganlunggung, yaitu pasir muntahan Gunung berapi itu.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Menerima Buta Besar RI untuk Australia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 17 November 1984 --- Selama satu jam pagi ini Presiden Soeharto menerima Duta Besar RI untuk Australia, Agus Marpaung  SH, di Cendana. Duta Besar Marpaung menghadap Kepala Negara untuk meminta petunjuk sebelum ia ke posnya di Canberra. Setelah meghadap ia meningkatkan usaha diplomasi perjuangan untuk memelihara hubungan baik serta membangun lebih banyak jembatan hubungan antara Indonesia dan Australia.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Keputusan Presiden Tentang Pokok dan Susunan Organisasi ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 17 November 1983 --- Presiden Soeharto hari ini mengeluarkan Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1983 tentang pokok-pokok dan susunan organisasi ABRI. Dalam Keppres ini organisasi ABRI disusun dalam tiga tingkatan, yaitu tingakat Angkatan dan Polri, dan tingkat Komando Utama Operasionil. Juga ditetapkan bahwa pembantu pimpinan ABRI terdiri dari dua orang kepala staf, yaitu Kepala Staf Umum dan Kepala Staf Sosial Politik, serta seorang Inspektur Jendral dan Perbendaharaan.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Gubernur Irian Jaya Menghadap Kepala Negara

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1982 --- Gubernur Irian Jaya yang baru, Izaac Hindom, pagi ini menghadap Kepala Negara di Cendana. Setelah menghadap, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya Presiden sependapat dengan dengan pemerintah daerah agar Provinsi Irian Jaya di kemudian hari dapat dikembangkan menjadi tiga provinsi.Dikemukakan oleh Gubernur Hindom bahwa dengan hanya satu provinsi sekarang ini, maka dirasa sangat berat untuk menangani wilayah yang begitu luas dengan medan yang sangat sulit.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Peresmian Bendungan Gajah Mungkur

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 17 November 1981 --- Hari ini Presiden soeharto meresmikan penggunaan bendungan serba guna Wonogiri, Jawa Tengah. Bendungan yang diberi nama “ Gajah Mungkur” ini merupakan pengembangan untuk memanfaatkan sumber-sumber air Bengawan Solo dan anak-anak sungainya. Dengan adanya bndungan ini, maka banjir yang kerap melanda wilayah aliran sungai ini dapat dikendalikan, disamping kita dapa menambah jaringan irigasi, dan membangun pembangkit listrik tenaga air.

Menyambut peresmian waduk ini, Kepala Negara mengatakan bahwa untuk memenfaatkan dan mengembangkan sumber air dari sebuah sungai saja, kita perlukan waktu yang lama disertai dengan kerja keras dari beribu-ribu orang serta modal yang besar. Padahal, demikian Presiden, pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air Bengawan Solo ini, baru merupakan satu masalah dari sekian banyak masalah pembangunan. Sedang pembangunan yang kita lakukan ini, tidak saja menangani satu atau dua ataupu beberapa masalah, tetapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu masalah beras dan kecil. Dan masalah-masalah yang harus kita tangani juga tidak akan pernah selesai, sebab pembangunan selalu membawa persoalan-persoalan dan tuntutan-tuntutan baru.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Penyambutan Presiden Republik Sri Lanka Kepada Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 17 November 1979 --- Presiden Soeharto dan rombongan pagi ini tiba di lapangan udara Kolombo, Katunakaye, dan disambut oleh Presiden republik Demokrasi Sosial Sri Lanka dan Nyonya Jayewadene, serta para penjabat tinggi lainya. Setelah memeriksa barisan kehormatan, Presiden dan rombongan menuju istana kepresidenan.

Sore ini Presiden soeharto mengadakan  pembicaraan dengan Presiden Jayewardene. Fokus pembicaraan mencangkup masalah-masalah bilateral dan Internasional. Dalam pembicaraan masalah internasional, kedua telah menyinggung penyelesaian masalah Kamboja; dalam hal ini Presiden Jayewarende ingin mengetahui pandangan Indonesia. Menyangkut hubungan bilateral, kedua negarawan membahas cara-cara untuk meningkatkan hubungan perdagangan. Antara lain telah disinggung mengenai kemungkinan bagi sri Langka untuk mengimpor semen, baja, dan kayu dari Indonesia.

Selajutnya Presiden Soeharto menegaskan bahwa kita perlu terus bergandengan tangan dalam mengusahakan terciptanya perdamaian dunia yang mantap, sebab, demikian Kepala Negara, tanpa perdamaian, maka pembangunan masyarakat kita akan selalu terganggu.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Direktur Bea dan Cukai Menghadap Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 17 November 1978 --- Direktur Jenderal Bea dan Cukai menghadap Presiden soeharto di Cendana. Pada kesempatan itu Kepala Negara telah meminta semua petugas Bea Cukai untuk memeberikan pelayanan yang cepat bagi pengeluaran barang impor jenis bahan baku dan penolong untuk keperluan industri dalam negeri. Dengan pelayanan cepat akan dapat dihindari beban tambahan biaya produksi bahan dalam negeri, karena ongkos gudang dapat ditekan, serta kemungkinan hilang dan rusaknya barang digudang pelabuhan dapat diperkecil.

Kepala Negara juga mengharapkan agar para petugas Bea dan Cukai dapat terus meningkatkan kewaspadaan dalam penyelesaian barang impor, sehingga barang impor tidak merusak harga barang dalam negeri. Untuk itu setiap petugas Bea dan Cukai diperintahkan untuk menetapkan Bea masuk dan pungutan impor lainya sesuai dengan jenis (tarif), harga

Dalam pertemuan itu, Presiden juga memerintahkan agar usaha pemberantasan penyeludupan terus ditingkatkan, kerna barang seludupan akan menggangu perkembangan industri dalam negari. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Tahir, sesuai menghadap Kepala Negara.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto 






Kunjungan Kerja di Jawa Barat dan Jawa Tengah

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1976 --- Pukul  10.00 pagi ini Presiden Soeharto berangkat menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah, dalam rangka  kunjungan kerja di cognito. Dalam kunjungan tidak resmi ini, Kepala Negara meninjau daerah-daerah pedesaan di kedua provinsi itu sampai dengan tanggal 21 November. Dengan didampingi oleh sejumlah kecil pengawal, berdialog dengan para petani, pedagang kecil serta guru di daerah-daerah pedesaan yang dilaluinya.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto


Perundingan Presiden Soeharto dan Presiden Franz Jonas

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 17 November 1972 --- Sore ini Presiden Soeharto berunding dengan Presiden Franz Jonas di Istana Habsbrug. Tidak ada pemberitaan resmi mengenai pembicaraan kedua negara tersebut. Akan tetapi diduga kedua kepala negara telah membicarakan kemungkinan-kemungkinan untuk memperluas kerjasama yang selama ini telah ada diantara kedua bangsa.


Sore ini Presiden soeharto bertemu dengan pengusaha-pengusaha Austria. Pada kesempatan itu Presiden mengajak pengusaha-pengusaha tersebut untuk menanamkan modal meraka di Indonesia. Dalam hubungan ini Presiden mengatakan bahwa kesempatan untuk menanam modal di Indonesia masih terbuka luas. Indonesia dewasa ini sedang menyempurnakan prosedur penanaman modal, sehingga akan memperlancar pelaksanaan penanaman modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.




Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pembentukan Dana Pengasuhan Putera-Puteri Pedalaman Irian Barat

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 17 November 1969 --- Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan Presiden No. 93 tahun 1969 tentang pembentukan Panitia Dana Pengasuhan Putera-Puteri Pedalaman Irian Barat. Lembaga ini dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto, dengan dibantu oleh sektor I/Irian Barat. Adapun tugas lembaga ini adalah menyelenggarakan pengurusan dana serta segala bentuk sumbangan lainya sebangai usaha untuk meningkatkan kehidupan putera-puteri pedalaman Irian Barat.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Amanat Presiden pada Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional ( ISBM )

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 17 November 1966 --- Penjabat Presiden dalam amanat tertulisnya pada pembukaan musyawarah kerja nasional dan simposisium budaya dan festival seni dari Ikatan Seniman Budayawan Muhammadiyah (ISBM) seluruh Indonesia di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, mengatakan bahwa melalui seni budaya hendaknya dapat dibina masyarakat yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cinta kepada tanah air dan bangsanya, yang menjunjung tinggi dan akhlak kemanusiaan, yang berani berjuang untuk keadilan dan kebenaran, serta berjiwa dinamis untuk kemajuan lahiriah dan batiniah.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Rapat Kaum Buruh di Lapangan Benteng Jakarta

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1965 --- Pagi ini berlangsung rapat umum kaum buruh di lapangan benteng, Jakarta. Rapat umum tersebut dihadiri oleh kurang-lebih 100.000 oarang buruh yang tergabung dalam beberapa organisasi buruh, seperti KBM, Saburmusi, Kubu Pancasila, KBKI, Kespekri, Sentral Organisasi Buruh Pancasila, Gasbiindo, GOBSI Indonesia, Kongkarbusoksi, dan KB1M. Rapat umum tersebut mengeluarkan resolusi yang berbunyi:

1.    Beretekad bulat menumpas habis sampai ke akar-akarnya petualang kontrev Gestapu yang didalangi/dilakukan/didukung oleh PKI serta organisasi-organisasi masanya, yang nyata-nyata melakukan penyelewengan, terhadap revolusi 17 Agustus 1945.

2.    Memohon kepada Presiden Soekarno untuk membersihkan kabinet dan rapat-rapat revolusi lainya dalam segala tingkat dari unsur-unsur/oknum-oknum kontrev, karena untuk ini mutlak diperlukan pembantu-pembantu Presiden yang tidak diragukan kesetiaannya kepada Presiden soekarno.

3.    Meminta Presiden Soekarno untuk memberikan penjelasan politik terhadap petualang kontrev Gestapu dan pembubaran PKI, SOBSI, serta organisasi-organisasi massanya, termasuk Bakperi, sehingga semua kekuatan disatupadukan guna mengemban Ampera, mengamankan revolusi Indonesia yang anti-Nekolim  dan anti-Feodal

4.     Mohon kepada Presiden Soekarno agar didalam segala kegiatan revolusi dapat ditempatkan wakil-wakil buruh progresif-revolusioner sebagai sokoguru revolusi, khususnya, bidang ekonomi, dapat diikut sertakan didalam task force-task force  ekonomi, sehingga secapa positif lebih memperhebat usaha-usaha mempertinggi produksi, mengamankan alat-alat didalam produksi, demi tercapainya prinsip berdikari dibidang ekonomi.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Jejak Langkah Pak Harto 18 November 1965 - 18 November 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Kamis, 18 November 1965

Presiden Soekarno malam ini memimpin sidang KOTI terbatas di War Room KOTI, untuk mendengar laporan-laporan dan membicarakan situasi terakhir dalam dan luar negeri. Dalam sidang ini Presiden menginstruksikan agar konfrontasi berjalan terus dan mengharapkan agar semua bertidak bijaksana, dan kekompakan bangsa Indonesia tetap terpelihara.

Senin, 18 November  1968

Pagi ini bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima 25 orang pimpinan pusat cabang Kosgoro yang sedang mengikutu musyawarah keja nasional. Kepada delagasi, Presiden Soeharto menyatakan keyakinannya bahwa Kosgoro akan berhasil dalam perjuangannya, khususnya dalam menyukseskan program pemerintah terutama dalam pelaksanaan Repelita tahun 1969 yang akan datang. Keyakinan tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa pada hakekatnya Kosgoro sudah punya aktivitas konkrit di desa-desa, yang dilakukanya tanpa gembar-gembor.

Rabu, 18 November 1970


Dalam pertemuan dengan Menteri Kesehatan, Prof. Dr. GA Siwasbessy, yang didampingi oleh Sekjen Departemen Kesehatan, Dr. Djaka Sutadirwija, dan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat, Dr. Odang, di Bina Graha pagi ini, Presiden Soeharto meminta agar RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo di  Jakarta direhabilitasi  segera. Untuk itu pemerintah akan menyediakan dana sebesar Rp. 126 juta.

Sabtu, 18 November  1972


Presiden Soeharto siang ini mengakhiri kunjungannya di Austria. Dengan diantar oleh Presiden Franz Jonas, Presiden Soeharto beserta rombongan meninggalkan Austria menuju Swiss.

Selasa, 18 November  1975

Di Bina Graha pagi ini berlangsung sidang Dewan Stabilitasi Ekonomi Nasional dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Dalam sidang tersebut Kepala  Negara menginstruksikan kepada Menteri  Negara Ekuin agar mengadakan Inpres penghijauan untuk menanggulangi masalah tanah kritis. Inpres tersebut  diharpkan sudah dapat dimulai dalam tahun anggaran 1976/1977. Dikatakannya bahwa dengan berlakunya Inpres penghijauan untuk itu nanti tidak berarti bahwa pemerintah akan menghapuskan Inpres-inpres lain, termasuk Inpres Bantuan Kabupaten,dan lain sebagainya.

Disamping membahas pengadaan stok beras nasional, sidang hari ini juga telah mengadakan laporan Gubernur Bank Indonesia tentang pinjaman sebesar US$425 juta dari sekelompok bank asing yang dipimpin oleh Morgan Guarranty Trust. Pinjaman yang ditandatangani di London, empat hari yang lalu itu akan dimanfaatkan untuk keperluan impor, selain untuk memperkuat cadangan devisa negara.

Minggu, 18 November  1979


Hari ini, dalam suatu acara di Dewan Kota Kolombo, Walikota Kolombo menyerahkan kunci emas kotanya kepada Presiden Soeharto. Pada kesempatan itu pula Dewan Kota Kolombo mengangkat Presiden Soeharto sebagai warga kehormatan kota tersebut. Presiden telah mengambil kesempatan itu, dalam amanatnya, untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Kolombo yang telah memberikan bantuan spontan kepada jamaah haji Indonesia yang mengalami kecelakaan pesawat terbang di dekat lapangan terbang Katunayake tahun lalu.

Perdana Menteri dan Nyonya Premadasa mengormati kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto di Sri Lanka dengan mengadakan pesta taman yang meriah di kediaman resminya sore ini. Dalam pesta yang dihadiri oleh pejabat tinggi Sri Lanka serta para duta besar asing dan berlangsung selama dua jam itu diperdengarkan lagu-lagu dari Sri Lanka oleh Korps musik Angkatan Laut Sri Lanka. Pada kesempatan itu PM Premadasa memperkenalkan duta-duta besar tersebut kepada Presiden Soeharto yang kemudian menyalami mereka, termasuk duta besar RRC.

Rabu, 18 November  1987

Kepala Negara menghendaki agar Indonesia secara bertahap mengembangkan ekspor barang-barang perhiasan dari emas, mutiara, batu-batu mulia, dan sebagainya, karena bahan bakunya berlimpah di Indonesia dan kita mempunyai keunggulan komparatif. Menurut Presiden, barang perhiasan memang mempunyai nilai ekspor yang tidak sedikit, dan Indonesia juga memiliki banyak sekali tenaga terampil yang bisa mengembangkannya.

Sebagai misal, demikian Presiden, dewasa ini Indonesia mengekspor emas batangan yang didalam periode Januari-Juli yang lalu, menurut Biro Pusat Statistik, mencapai US$86 juta. Apabila batangan emas itu dapat ditingkatkan menjadi perhiasan, maka hal ini akan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi, disamping juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar jumlahnya.

Demikian dikatakan oleh Menteri Perindustrian Hartarto setelah menghadap Presiden Soeharto di Cendana pagi ini.

Minggu, 18 November  1990

Setelah menumpang kereta api selama hampir dua jam, siang ini Presiden Soeharto dan rombongan tiba di Shen Zhen dari Guangzhou. Di Shen Zhen, Presiden meninjau zona ekonomi khusus yang terletak di Provinsi Guangdong yang berbatasan dengan Hongkong. Zona ekonomi khusus yang diresmikan pada tahun 1979 itu merupakan salah satu pintu gerbang utama daratan Cina untuk perdagangan internasional melalui Hongkong.

Dalam peninjauan ini Presiden mendapat penjelasan mengenai organisasi, manajemen, dan hasil yang dicapai oleh zona khusus ini. Diinformasikan kepada Presiden bahwa investasi asing di zona ini bisa bersifat 100% asing tanpa harus berpatungan dengan perusahaan nasional. Disamping tidak ada pembatasan jangka waktu operasi usaha, keringanan pajak, juga ada fasilitas penggunaan tanah selama 50 tahun dengan kemungkinan untuk memperbaharui hak pemakaiannya, jika pemerintah tidak memerlukan tanah itu.

Senin, 18 November  1991

Dengan Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1991, hari ini pemerintah menetapkan pembentukan dan susunan keanggotaan Komite Penyelidik Nasional. Ketuannya adalah Hakim Agung Djaelani SH, dengan anggota-anggota sebagai berikut: Drs Ben Mang Reng Say (Wakil Ketua DPA), Clementino Des Rei Amaral (anggota DPR), Harisugiman (Departemen Dalam Negeri), Hadi Wayarabi (Departemen Luar Negeri), Anton Suyata SH (Departemen Kehakiman) dan Laksda Sumitro (ABRI).

Dalam melaksanakan tugasnya KPN memperoleh segala bantuan yang diperlukan dari semua instansi pemerintah pusat dan daerah serta pihak lain yang dipandang perlu. Setelah selesai menjalankan tugasnya, KPN melaporkan hasil penyelidikannya kepada Presiden. 


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto

Jejak Langkah Pak Harto 17 November 1965 - 17 November 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Rabu, 17 November 1965

Pagi ini berlangsung rapat umum kaum buruh di lapangan benteng, Jakarta. Rapat umum tersebut dihadiri oleh kurang-lebih 100.000 oarang buruh yang tergabung dalam beberapa organisasi buruh, seperti KBM, Saburmusi, Kubu Pancasila, KBKI, Kespekri, Sentral Organisasi Buruh Pancasila, Gasbiindo, GOBSI Indonesia, Kongkarbusoksi, dan KB1M. Rapat umum tersebut mengeluarkan resolusi yang berbunyi:

1.    Beretekad bulat menumpas habis sampai ke akar-akarnya petualang kontrev Gestapu yang didalangi/dilakukan/didukung oleh PKI serta organisasi-organisasi masanya, yang nyata-nyata melakukan penyelewengan, terhadap revolusi 17 Agustus 1945.

2.    Memohon kepada Presiden Soekarno untuk membersihkan kabinet dan rapat-rapat revolusi lainya dalam segala tingkat dari unsur-unsur/oknum-oknum kontrev, karena untuk ini mutlak diperlukan pembantu-pembantu Presiden yang tidak diragukan kesetiaannya kepada Presiden soekarno.

3.    Meminta Presiden Soekarno untuk memberikan penjelasan politik terhadap petualang kontrev Gestapu dan pembubaran PKI, SOBSI, serta organisasi-organisasi massanya, termasuk Bakperi, sehingga semua kekuatan disatupadukan guna mengemban Ampera, mengamankan revolusi Indonesia yang anti-Nekolim  dan anti-Feodal

4.     Mohon kepada Presiden Soekarno agar didalam segala kegiatan revolusi dapat ditempatkan wakil-wakil buruh progresif-revolusioner sebagai sokoguru revolusi, khususnya, bidang ekonomi, dapat diikut sertakan didalam task force-task force  ekonomi, sehingga secapa positif lebih memperhebat usaha-usaha mempertinggi produksi, mengamankan alat-alat didalam produksi, demi tercapainya prinsip berdikari dibidang ekonomi.

Jum’at, 17 November 1966

Penjabat Presiden dalam amanat tertulisnya pada pembukaan musyawarah kerja nasional dan simposisium budaya dan festival seni dari Ikatan Seniman Budayawan Muhammadiyah (ISBM) seluruh Indonesia di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, mengatakan bahwa melalui seni budaya hendaknya dapat dibina masyarakat yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cinta kepada tanah air dan bangsanya, yang menjunjung tinggi dan akhlak kemanusiaan, yang berani berjuang untuk keadilan dan kebenaran, serta berjiwa dinamis untuk kemajuan lahiriah dan batiniah.

Senin, 17 November 1969

Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan Presiden No. 93 tahun 1969 tentang pembentukan Panitia Dana Pengasuhan Putera-Puteri Pedalaman Irian Barat. Lembaga ini dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto, dengan dibantu oleh sektor I/Irian Barat. Adapun tugas lembaga ini adalah menyelenggarakan pengurusan dana serta segala bentuk sumbangan lainya sebangai usaha untuk meningkatkan kehidupan putera-puteri pedalaman Irian Barat.

Jum’at, 17 November 1972

Sore ini Presiden Soeharto berunding dengan Presiden Franz Jonas di Istana Habsbrug. Tidak ada pemberitaan resmi mengenai pembicaraan kedua negara tersebut. Akan tetapi diduga kedua kepala negara telah membicarakan kemungkinan-kemungkinan untuk memperluas kerjasama yang selama ini telah ada diantara kedua bangsa.

Sore ini Presiden soeharto bertemu dengan pengusaha-pengusaha Austria. Pada kesempatan itu Presiden mengajak pengusaha-pengusaha tersebut untuk menanamkan modal meraka di Indonesia. Dalam hubungan ini Presiden mengatakan bahwa kesempatan untuk menanam modal di Indonesia masih terbuka luas. Indonesia dewasa ini sedang menyempurnakan prosedur penanaman modal, sehingga akan memperlancar pelaksanaan penanaman modal dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Rabu, 17 November 1976


Pukul  10.00 pagi ini Presiden Soeharto berangkat menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah, dalam rangka  kunjungan kerja in cognito. Dalam kunjungan tidak resmi ini, Kepala Negara meninjau daerah-daerah pedesaan di kedua provinsi itu sampai dengan tanggal 21 November. Dengan didampingi oleh sejumlah kecil pengawal, berdialog dengan para petani, pedagang kecil serta guru di daerah-daerah pedesaan yang dilaluinya.

Jum’at, 17 November 1978

Direktur Jenderal Bea dan Cukai menghadap Presiden soeharto di Cendana. Pada kesempatan itu Kepala Negara telah meminta semua petugas Bea Cukai untuk memeberikan pelayanan yang cepat bagi pengeluaran barang impor jenis bahan baku dan penolong untuk keperluan industri dalam negeri. Dengan pelayanan cepat akan dapat dihindari beban tambahan biaya produksi bahan dalam negeri, karena ongkos gudang dapat ditekan, serta kemungkinan hilang dan rusaknya barang digudang pelabuhan dapat diperkecil.

Kepala Negara juga mengharapkan agar para petugas Bea dan Cukai dapat terus meningkatkan kewaspadaan dalam penyelesaian barang impor, sehingga barang impor tidak merusak harga barang dalam negeri. Untuk itu setiap petugas Bea dan Cukai diperintahkan untuk menetapkan Bea masuk dan pungutan impor lainya sesuai dengan jenis (tarif), harga

Dalam pertemuan itu, Presiden juga memerintahkan agar usaha pemberantasan penyeludupan terus ditingkatkan, kerna barang seludupan akan menggangu perkembangan industri dalam negari. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Tahir, sesuai menghadap Kepala Negara.

Sabtu, 17 November 1979

Presiden Soeharto dan rombongan pagi ini tiba di lapangan udara Kolombo, Katunakaye, dan disambut oleh Presiden republik Demokrasi Sosial Sri Lanka dan Nyonya Jayewadene, serta para penjabat tinggi lainya. Setelah memeriksa barisan kehormatan, Presiden dan rombongan menuju istana kepresidenan.

Sore ini Presiden soeharto mengadakan  pembicaraan dengan Presiden Jayewardene. Fokus pembicaraan mencangkup masalah-masalah bilateral dan Internasional. Dalam pembicaraan masalah internasional, kedua telah menyinggung penyelesaian masalah Kamboja; dalam hal ini Presiden Jayewarende ingin mengetahui pandangan Indonesia. Menyangkut hubungan bilateral, kedua negarawan membahas cara-cara untuk meningkatkan hubungan perdagangan. Antara lain telah disinggung mengenai kemungkinan bagi sri Langka untuk mengimpor semen, baja, dan kayu dari Indonesia.

Selajutnya Presiden Soeharto menegaskan bahwa kita perlu terus bergandengan tangan dalam mengusahakan terciptanya perdamaian dunia yang mantap, sebab, demikian Kepala Negara, tanpa perdamaian, maka pembangunan masyarakat kita akan selalu terganggu.

Selasa, 17 November 1981

Hari ini Presiden soeharto meresmikan penggunaan bendungan serba guna Wonogiri, Jawa Tengah. Bendungan yang diberi nama “ Gajah Mungkur” ini merupakan pengembangan untuk memanfaatkan sumber-sumber air Bengawan Solo dan anak-anak sungainya. Dengan adanya bndungan ini, maka banjir yang kerap melanda wilayah aliran sungai ini dapat dikendalikan, disamping kita dapa menambah jaringan irigasi, dan membangun pembangkit listrik tenaga air.

Menyambut peresmian waduk ini, Kepala Negara mengatakan bahwa untuk memenfaatkan dan mengembangkan sumber air dari sebuah sungai saja, kita perlukan waktu yang lama disertai dengan kerja keras dari beribu-ribu orang serta modal yang besar. Padahal, demikian Presiden, pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air Bengawan Solo ini, baru merupakan satu masalah dari sekian banyak masalah pembangunan. Sedang pembangunan yang kita lakukan ini, tidak saja menangani satu atau dua ataupu beberapa masalah, tetapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu masalah beras dan kecil. Dan masalah-masalah yang harus kita tangani juga tidak akan pernah selesai, sebab pembangunan selalu membawa persoalan-persoalan dan tuntutan-tuntutan baru.

Rabu, 17 November 1982

Gubernur Irian Jaya yang baru, Izaac Hindom, pagi ini menghadap Kepala Negara di Cendana. Setelah menghadap, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya Presiden sependapat dengan dengan pemerintah daerah agar Provinsi Irian Jaya di kemudian hari dapat dikembangkan menjadi tiga provinsi.Dikemukakan oleh Gubernur Hindom bahwa dengan hanya satu provinsi sekarang ini, maka dirasa sangat berat untuk menangani wilayah yang begitu luas dengan medan yang sangat sulit.

Kamis, 17 November 1983

Presiden Soeharto hari ini mengeluarkan Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1983 tentang pokok-pokok dan susunan organisasi ABRI. Dalam Keppres ini organisasi ABRI disusun dalam tiga tingkatan, yaitu tingakat Angkatan dan Polri, dan tingkat Komando Utama Operasionil. Juga ditetapkan bahwa pembantu pimpinan ABRI terdiri dari dua orang kepala staf, yaitu Kepala Staf Umum dan Kepala Staf Sosial Politik, serta seorang Inspektur Jendral dan Perbendaharaan.

Sabtu, 17 November 1984


Selama satu jam pagi ini Presiden Soeharto menerima Duta Besar RI untuk Australia, Agus Marpaung  SH, di Cendana. Duta Besar Marpaung menghadap Kepala Negara untuk meminta petunjuk sebelum ia ke posnya di Canberra. Setelah meghadap ia meningkatkan usaha diplomasi perjuangan untuk memelihara hubungan baik serta membangun lebih banyak jembatan hubungan antara Indonesia dan Australia.

Senin, 17 November 1986

Inspektur Jenderal Pembangunan karnodo menghadap Presiden soeharto pagi ini di Bina Graha. Pada kesempatan itu ia memberikan laporan mengenai hasil kunjungan  kerjanya di Jawa Barat, antara lain meninjau lokasi letusan Gunung Galinggung didaerah Tasikmalaya.

Menaggapi laporan tersebut, Kepala Negara menganjurkan agar keperluan pasir untuk kegiatan-kegiatan pembangunan di Jakarta lagi diambil dari Tanggerang, karena dapat merusak lingkungan. Sebagai gantinya, pasir untuk kebutuhan pembangunan kota Jakarta didatangkan saja dari Gunung Ganlunggung, yaitu pasir muntahan Gunung berapi itu.

Selasa, 17 November 1987

Menteri Luar negeri Filipina, Raul Manglapus, pada jam 09.00 pagi ini mengunjungi Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia menemui Kepala Negara untuk membicarakan masalah penyelenggaraan KTT ASEAN ketiga, yang akan berlangsung di Manila pada pertengahan Desember yang akan datang. Dalam pertemuan itu, Presiden sekali lagi menegaskan bahwa ia akan menghadiri KTT, dan sejak semua sama sekali tidak ada keraguan dalam dirinya tentang hal itu. Sekeluar dari kamar kerja Kepala Negara, Menteri Filipina itu mengatakan bahwa pemerintah Filipina sangat berterima kasih atas konfirmasi yang diberikan Presiden Soeharto. Dikatakanya bahwa pemerintahnya menganggap Presiden soeharto sebagai pemipmpin penting di Asia Tenggara.

Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Presiden OPEC yang juga Menteri Perminyakan Nigeria, Rilwanu Lukman, Menteri Perminyakan Venezuela, Arturo Hernandes Grisanti, dan Sekertaris Jenderal OPEC, Fadhil al-Cahalabi, di Bina Graha. Dalam pertemuan ini Presiden Soeharto di dampingi Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto.

Kepada para tamunya, Presiden soeharto menyatakan mendukung sepenuhnya usaha-usaha yang dilakukan OPEC untuk mengupayakan tercapainya stabilitasi harga minyak yang masih terus berfluktiasi dewasa ini. Dikatakanya Indonesia bisamemahami keinginan beberapa anggota OPEC untuk menaikan harga patokan OPEC menjadi US$18,- per barel, namun yang lebih penting adalah jangan sampai harga patokan itu merusak pasaran.


Rabu, 17 November 1988

Kepala Negara menginstruksikan Jaksa Agung untuk mengusut secara tuntas pelaku utama penyebar isu lemak babi. Yang menjadi pertimbangan Presiden dalam hal ini ialah bahwa isu tersebut meresahkan masyarakat dan para pengusaha, sehingga bisa menggangu perekonomiaan negara. Demikian diungkapkan Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono setelah menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Ditambahkan oleh Jaksa Agung bahwa orang-orang sengaja berbuat sengaja itu dapat dikategori sebagai tindak pidana subversi sebab isu-isu itu menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan terhadap masyarakat maupun industri.

Sabtu 17 November 1990


Presiden Soeharto dan Presiden yang Shangkun pagi ini menyaksiakan penandatanganan “Memorandum of Understanding”  dan “Agreed Minutes” hasil pembicaraan tentang kerjasama ekonomi dan perdagangan. Penandatanagan itu dilakukan oleh Menko Ekuin Radius Prawiro dan menteri  Perdaganagan Luar Negara Zheng Tao Bin atas nama pemerintah masing-masing. MOU ini memuat kesepakatan kedua pemerintah untuk membentuk komisi bersama dalam bidang ekonomi, perdegangan dan kerjasama teknik.

Pada akhir kunjungan Presiden Soeharto di Beijing telah dikeluarkan sebuah pernyataan bersama. Pernyataan bersama  itu antara lain menyatakan kesepakatan kedua pihak bahwa normalisasi hubungan diplomatik pada tanggal 8 Agustus yang lalu telah memebawa hubungan bilateral kepada  tahapan baru yang memebuka kesempatan-kesempatan untuk memperluas  hubungan dan kerjasama  di antara kedua Negara. Kedua belah pihak mengulangi lagi komitmen mereka untuk mematuhi Dasar Sila Bandung dan Lima Prinsip Hidup berdampingan  Secara Damai Secara Damai sebagai landasan bagi pengembangan jangka panjang hubungan kerjasama yang bersahabat antara kedua negara.

Kedua negara menyatakan keyakinan bahwa terdapat potensi  besar untuk mengembangkan kerjasama ekonomi , perdagangan, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua negara juga sepakat untuk membuka bidang baru bagi kerjasama atas dasar persamaan dan saling menguntungkan. Disepakati pula untuk menjejaki kemungkinan mengembangkan kerjasama dan peluncuran satelit. Selain itu juga disepakati untuk meningkatkan tukar menukar antara kunjungan antara pejabat pemerintah dan swasta kedua negara. Dalam hubungan ini, Presiden Soeharto telah mengundang Presiden Yang Shangkun untuk berkunjung ke Indonesia; undangan mana diterima dengan baik.

Minggu, 17 November 1991

Sehubungan dengan terjadinya insiden Dili pada hari ini selasa yang lalu, Siang ini Menteri/Sekertaris Negara menyampaikan pernyataan pemerintah. Antara lain dikatakannya bahwa pemerintah menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut, yang telah menimbulkan korban baik dikalangan anggota masyarakat maupun diantara aparat keaamanan. Disamping setelah jatuh korban, pemerintah juga mencatat dengan rasa prihatin yang mendalam dengan adanya provokasi-provokasi yang dipersiapkan terlebih dahulu oleh unsur-unsur tertentu.

Presiden menginstruksikan agar penaganan masalah ini dilakukan dengan ceramat dan kordinasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu akan dibentuk suatu Komisi Penyelidik Nasional, dibawah pimpinan seorang Hakim Agung dan terdiri dari unsur-unsur Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Markas Besar ABRI, serta anggota DPR dan DPA.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto

Kunjungan Kehormatan Rombongan Menteri Australia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 16 November  1992 --- Didampingi Menko Ekuin Radius Prawiro dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas, pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan rombongan menteri Australia. Rombongan tersebut terdiri atas Menteri Luar Negeri Gareth Evans, Menteri Perdagangan dan Industri John Button, Menteri Pendidikan dan Latihan Ken Christian Beazley, Menteri Sumber Daya dan Parawisata Allan Griffith serta Menteri Industri Primer dan Energi Simon Crien. Mereka akan menghadiri forum yang akan membahas berbagai masalah kerjasama dengan menteri-menteri Indonesia.

Masalah yang akan dibahas dalam forum ini termasuk masalah pengembangan perdagangan dan kerjasama ekonomi antara kedua negara. Selain itu akan ditanda tangani lima kesepakatan mengenai perlindungan dan peningkatan investasi, kerjasama bea cukai serta hak cipta. Dalam kesepakatan kerjasama dalam bidang teknologi nuklir itu, Australia memberikan akses kepada Indonesia guna mempelajari teknologi nuklir untuk kesehatan dan teknologi perlindungan radiasi Australia.

Presiden Soeharto mengatakan bahwa pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan pengawasan terhadap para pengusaha pemegang HPH, meski ada diantara mereka yang berusaha berbohong tentang kegiatan yang mereka lakukan. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Forestry Agreement, maka pengusaha harus mentaati beberapa ketentuan antara lain jumlah pohon yang boleh ditebang pada suatu areal. Pemerintah menempuh berbagai upaya mengawasi berbagai ketentuan itu.

Dalam hubungan ini, kemampuan para ahli Indonesia didalam melakukan pemotretan udara serta membuat inteprestasinya harus terus ditingkatkan agar ketergantungan dari negara lain bisa dikurangi secara bertahap. Demikian dikatakan oleh Kepala Negara sebelum menyaksikan pemaparan Sistem Informasi Geografis Kehutanan yang dibuat oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) di Bina Graha siang ini. Acara ini dihadiri pula oleh Menteri Pertanian Wardojo, Menteri Transmigrasi Sugiarto, Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap, Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita, serta Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie.




Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden dan Ibu Soeharto Mengunjungi Tembok Besar Beijing

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 16 November  1990 --- Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto serta rombongan mengunjungi Tembok Besar yang terletak kurang lebih 70 kilometer dari Beijing. Sekembali dari Tembok Besar yang sangat terkenal itu, masih di luar kota Beijing, Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi koperasi di desa Si Ji Qing (Kota yang Selalu Hijau). Dengan menggunakan lahan seluas 2.300 hektar, koperasi ini melayani kebutuhan sayur dan buah-buahan untuk kota Beijing.

Dalam pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina, Ziang Zhemin, di Gedung Pusat Pemerintahan hari ini, Presiden ingin mengetahui dari tangan pertama, sampai dimana Partai Komunis Cina menganut prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Ziang Zhemin menegaskan kepada Presiden bahwa PKC tidak mencampuri urusan dalam negeri dan partai komunis negara lain. Dikatakannya juga bahwa PKC menginginkan RRC bekerjasama dengan negara lain.

Atas pertanyaan Ziang Zhemin, Presiden mengatakan bahwa bekas-bekas anggota PKI yang masih berada di RRC boleh saja kembali ke Indonesia, tetapi mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka didepan pengadilan. Jika ada diantara mereka nanti ternyata tidak bersalah, maka mereka tidak diapa-apakan.

Kepadanya, Presiden juga menjelaskan bahwa kini tidak ada satu orangpun tahanan PKI di Indonesia dan bekas-bekas anggota PKI yang telah menjalani hukuman itu bebas hidup di masyarakat.

Sore ini Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi Masjid Dongsi, salah satu dari 60 masjid yang terdapat di Beijing. Di masjid yang dibangun pada tahun 1447 Masehi ini, Presiden menyerahkan sumbangan uang sebesar US$30.000,- serta sejumlah kitab Suci Al Quran terbitan Indonesia dan kaligrafi kepada imam masjid tersebut, Haji Saliha An Shi Wei. Imam masjid ini memberikan sebuah kitab suci Al Quran terbitan Cina kepada Presiden Soeharto, sebagai tanda persahabatan sesama muslim.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto