PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden dan Ibu Soeharto Mengunjungi Tembok Besar Beijing

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 16 November  1990 --- Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto serta rombongan mengunjungi Tembok Besar yang terletak kurang lebih 70 kilometer dari Beijing. Sekembali dari Tembok Besar yang sangat terkenal itu, masih di luar kota Beijing, Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi koperasi di desa Si Ji Qing (Kota yang Selalu Hijau). Dengan menggunakan lahan seluas 2.300 hektar, koperasi ini melayani kebutuhan sayur dan buah-buahan untuk kota Beijing.

Dalam pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina, Ziang Zhemin, di Gedung Pusat Pemerintahan hari ini, Presiden ingin mengetahui dari tangan pertama, sampai dimana Partai Komunis Cina menganut prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Ziang Zhemin menegaskan kepada Presiden bahwa PKC tidak mencampuri urusan dalam negeri dan partai komunis negara lain. Dikatakannya juga bahwa PKC menginginkan RRC bekerjasama dengan negara lain.

Atas pertanyaan Ziang Zhemin, Presiden mengatakan bahwa bekas-bekas anggota PKI yang masih berada di RRC boleh saja kembali ke Indonesia, tetapi mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka didepan pengadilan. Jika ada diantara mereka nanti ternyata tidak bersalah, maka mereka tidak diapa-apakan.

Kepadanya, Presiden juga menjelaskan bahwa kini tidak ada satu orangpun tahanan PKI di Indonesia dan bekas-bekas anggota PKI yang telah menjalani hukuman itu bebas hidup di masyarakat.

Sore ini Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi Masjid Dongsi, salah satu dari 60 masjid yang terdapat di Beijing. Di masjid yang dibangun pada tahun 1447 Masehi ini, Presiden menyerahkan sumbangan uang sebesar US$30.000,- serta sejumlah kitab Suci Al Quran terbitan Indonesia dan kaligrafi kepada imam masjid tersebut, Haji Saliha An Shi Wei. Imam masjid ini memberikan sebuah kitab suci Al Quran terbitan Cina kepada Presiden Soeharto, sebagai tanda persahabatan sesama muslim.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pembicaraan Empat Mata Dengan PM Li Peng

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 15 November 1990 --- Presiden Soeharto hari ini mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Li Peng di Wisma Negara, Beijing. Pokok pembicaraan meliputi usaha bagi peningkatan kerjasama bilateral dan penyelesaian krisis Teluk.

Bersamaan pembicaraan tingkat tinggi itu, Menko Ekuin Radius Prawiro mengadakan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri RRC, Zheng Tao Bin, yang antara lain mengenai kemungkinan Indonesia menggunakan satelit Long March milik RRC. Sementara itu pembicaraan juga berlangsung antara Menteri Luar Negeri Ali Alatas dengan Menteri Luar Negeri Qian Qicien. Dalam Pertemuan itu keduanya menyambut gembira hasil konfrensi Paris tentang Kamboja.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto



Surat Kepercayaan dari Duta Besar Kanada dan Yaman

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 15 November 1989 --- Hari ini, di Istana Merdeka, secara berturut-turut Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar negara sahabat. Mereka adalah Duta Besar Ingrid Mariaane Hall dari Kanada dan Abdul Malik Mohamed Abdul Wasead Al-Tayeyeb dari Yaman.

Keteika menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Hall. Kepala Negara menyatakan penghargaanya atas kerjasma dan bantuan yang diberikan Kanada bagi Pembangunan di Indonesia. Dikatakanya bahwa bantuan dan kerjasama tersebut merupakan sumbangan yang berarti bagi Pembangunan Indonesia. Presiden juga mengungkapkan bahwa kerjasama antara kedua negara di dalam forum-forum Internasional pun sangat erat.

Sementara itu, sewaktu menerima surat kepercayaan dari Duta besar Yaman, Presiden mengajak Duta Besar Al-Tayyeb untuk meningkatkan hubungan antara kedua bangsa dan negara untuk mewujudkan cita-cita pembangunan masing-masing. Dalam hubungan ini Presiden mengajak Pemerintah Yaman untuk memanfaatkan momentum peredaan ketenangan dunia dewasa ini untuk mendorong dan mengembangkan kerjasama ekonomi regional secara nyata.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pengadaan Beras Mulai Pada Bulan Januari

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 15 November  1988 --- Pukul 11.40 pagi ini, Presiden menerima Kepala Bulog, Bustanil Arifin, di Bina Graha. Dalam pertemuan itu Kepala Negara menganjurkan kepada Kepala Bulog agar pengadaan beras mulai dilakukan pada bulan Januari mendatang. Dengn demikian stock beras pada akhir Maret nanti bisa lebih besar dari yang diperkirakan. Untuk itu Presiden meminta supaya Bulog membelipadi dari petani secara intensif sejak panen mendatang.

Sehubungan dengan pengadaan beras, Bustanil mengatakan bahwa stock beras ini cukup memadai, yaitu sebanyak 900,000 ton. Menurut Bustanil Arifin stock beras lama berjumlah 750 ribu ton dan stock baru nanti akan berjumlah 700-800 ribu ton. Stock tersebut akan mencukupi sebagai stock nasional untuk tahun depan.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Meninjau dan Menyaksikan Panen Udang

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 15 November 1986 --- Pagi ini Presiden Soeharto meninjau dan menyaksikan panen udang di proyek Tambak Inti Rakyat di desa Pusakajaya Utara, Karawang, Jawa Barat. Proyek TIR ini mempunyai areal tambak seluas 200 hektar, tetapi belum seluruhnya dioperasikan. Dalam peninjauan ini, Presiden ikut menimbang udang yang di tangkap, meninjau coldstorage dan gusang pakan udang.  Presiden sempat juga menandatangani kotak kemas udang yang sudah siap untuk di pasarkan. Selain itu Kepala Negara juga melihat-lihat perumahan para petani tambak, dan mengadakan dialog dengan mereka.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Kunjungan Kenegaraan di RRC

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 14 November  1990 --- Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto memulai kunjungan kenegaraan di RRC. Setiba di Beijing, Kepala Negara disambut secara resmi oleh Presiden Yang Shangkun dalam suatu upacara kenegaraan yang berlangsung di Balai Rakyat. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan kedua negara, yang diiringi dengan dentuman meriam 12 kali, Presiden Soeharto memeriksa barisan kehormatan. Kemudian Presiden Yang Shangkun mengantarkan Presiden Soeharto ke Wisma Negara. Untuk menghormat kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto, malam ini Presiden Yang Shangkun menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan di Gedung Kongres Rakyat. 


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto dan Wakil Presiden AS Melakukan Pembicaraan di Hotel Imperial

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 13 November  1990 --- Presiden Soeharto dan Wakil Presiden AS, Dan Quayle, mengadakan pembicaraan di Hotel Imperial, Tokio. Dalam pembicaraan itu Presiden Soeharto menyampaikan terima kasih kepada Presiden George Bush atas vetonya terhadap rencana Kongres untuk mengenakan pembatasan impor tekstil ke Amerika Serikat. Selain itu Presiden juga meminta perhatian AS supaya memberlakukan bea masuk kayu lapis dari Indonesia sama dengan yang diberlakukannya terhadap negara lainnya. Misalnya, impor dari Brazil dikenakan bea masuk sebesar 4%, padahal terhadap Filipina dan Malaysia tidak dikenakan bea masuk, sedangkan dari Indonesia dikenakan 8%.

Wakil Presiden Dan Quayle berjanji untuk memperhatikan persoalan yang dikemukakan oleh Kepala Negara. Ia juga berjanji akan menyampaikan hasilnya dengan segera. Selain itu ia juga menyatakan dapat memahami langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia berkenaan dengan krisis Teluk dan penyelesaian masalah Kamboja.

Kemudian, ditempat yang sama, Presiden Soeharto menerima Putera Mahkota Kerajaan Yordania, Pangeran Hassan bin Talal. Ia menjelaskan kepada Presiden mengenai situasi Perang Teluk dan posisi negaranya dalam krisis tersebut. Ia menyatakan dapat memahami dan menghargai sikap Indonesia yang menginginkan memecahan krisis Teluk sesuai dengan resolusi PBB.

Setelah pertemuan dengan Putera Mahkota Yordania, Presiden Soeharto menerima Kepala Negara Brunei Darussalam, Sultan Hasanal Bolkiah. Dalam pertemuan itu ia menyampaikan kepastiannya untuk membeli tiga pesawat CN-235 buatan IPTN Bandung. Selain itu ia juga menyampaikan rencananya untuk mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat.

Siang ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri jamuan makan yang diselenggarakan oleh “Japan Indonesia Association”. Memberikan sambutan pada jamuan itu, Presiden mengatakan bahwa kerjasama antara Indonesia dan Jepang yang berjalan dengan baik selama ini kiranya dapat menjadi pola hubungan antara negara Selatan dan Utara yang bersifat terbuka untuk tukar pikiran. Pola itu kiranya dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam rangka kerjasama Utara-Selatan.

Atas dasar kerjasama Jepang-Indonesia yang telah berlangsung dengan baik selama ini, maka Jepang dan Indonesia bersama-sama dapat melakukan usaha-usaha untuk menjembatani Utara-Selatan. Dengan demikian kita harapkan akan tumbuh kerjasama Utara-Selatan yang adil dan berjalan lancar.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto JIlid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Kunjungan Perpisahan Presiden Roh Tae Woo

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 12 November 1988 --- Pagi ini Presiden Roh Tae Woo dan rombongan mengakhiri kunjunganya di Indonesia. Sebelum meninggalkan Jakarta, Presiden dan Nyonya Roh mengadakan kunjungan perpisahan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka. Kemarin Kedua Kepala Negara sempat bermain golf selama tiga jam. Mereka ditemani oleh Menteri Hankam LB Moedarni dan Sekertaris Jenderal Presiden Korea.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Produksi Batu Apung Dimanfaatkan Dengan Baik

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 12 November 1987 --- Presiden Soeharto menyarankan kepada Gubernur NTB agar produksi batu apung di provinsi itu dimanfaatkan untuk keperluan dalam negeri, selain untuk kepentingan ekspor. Dianjurkanya pula agar batu apung itu diolah terlebih dahulu, sebelum diekspor, sehingga rakyat setempat mempunyai nilai tambah dari ekspor bahan gaian tersebut.

Demikian dikatakan Gubernur Gatot Suherman setelah menghadap Kepala Negara bersama Bupati Lombok Tengah, Purwoto, di Bina Graha pagi ini.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Penyambutan Presiden Malta Agatha Barbara di Istana Merdeka

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Selasa, 11 November 1986---Siang ini di Istana Meredeka, Presiden Soeharto menyambut Presiden Malta, Agatha Barbara, dalam suatu upacara kebesaran militer. Presiden Barbara melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia atas undangan Presiden Soeharto; ia akan berada di Jakarta sampai pagi hari Kamis, pada saat mana ia akan bertolak ke Yogyakarta Oleh sebab itu acaranya di Jakarta padat sekali.

Begitu selesai upacara penyambutan, Presiden Barbara lansung mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka. Kemudian, setelah beristirahat sebentar, langsung pula diadakan pembicaraan resmi antara kedua pemimpin negara. Pembicaraan yang berlansung satu setengah jam itu selesai pada pukul 17.30. Didalam pembicaraan itu antara lain disepakati bahwa Indonesia dan Malta tidak akan turut serta dalam persekutuan militer dengan negara manapun dan tidak membolehkan wilayahnya digunakan untuk tujuan militer untuk keamanan negara lain. Selain itu disepakati pula bahwa kedua negara akan terus meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto menyatakan persetujuannya untuk mengirim delegasi Indonesia yang terdiri dari pejabat pemerintahan dan pengusaha swasta ke Malta guna menjajaki kemungkinan peningkatan kerjasama ekonomi dan hubungan perdangan.

Malam ini di Istana Negara, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormat kunjungan Presiden Barbara di Indonesia. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia menganggap penting usaha-usaha bersama untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan. Dikatakannya bahwa hubungan ekonomi dan perdagangan masih sangat terbatas, sementara jarak geografis antara kedua negara memang berjauhan. Namun, menyadari banyaknya persamaan-persamaan pandangan antara kedua negara dalam masalah dunia, maka kedua negara perlu berusaha untuk memperluas lagi kerjasama ekonomi dan perdagangan itu.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Menerima Undangan Untuk Menghadiri KTT ASEAN

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Rabu, 11 November 1987---Setelah Kepala Negara di Cendana pagi ini, Menteri/Sekertaris Negara Sudharmono mengatakan bahwa Presiden Soeharto telah menerima secara resmi undangan-undangan untuk menghadiri KTT ASEAN yang akan berlansung di Manila bulan depan. Namun, menurut Sudharmono, hingga saat ini Indonesia belum diberitahukan oleh Filipina tentang boleh tidaknya mengirimkan pasukan dalam rangka pengamanan KTT itu.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Rakyat Timor-Timur Mendapatkan Bantuan 550 Ekor Sapi Kepada Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 11 November 1988---Presiden Soeharto memberikan bantuan 550 ekor sapi kepada rakyat Timor-Timur. Sapi-sapi yang merupakan bantuan Presiden untuk tahun 1988 itu hari ini diserahkan oleh Kepala Biro Bantuan Presiden, Zahid Husein, kepada Gubernur Timor-Timur, Ir Mario Viegas Carrascalao, di Dili. Oleh Gubernur Carrascalao sapi-sapi tersebut diberikan kepada rakyat di Kabupaten Ainaro dan Kabupaten Lautem, masing-masing sebanyak 110 ekor, sedangkan sisanya diberikan kepada Kabupaten Manufahi.

Penyerahan hari ini merupakan bagian pertama dari jumlah yang akan diterima oleh Timor-Timur. Sisa yang 550 ekor lagi diharapkan tiba pada bulan Desember mendatang. Sampai saat ini sapi yang telah diberikan Presiden kepada Provinsi Timor-Timur berjumlah 3.300 ekor; jumlah tersebut sekarang sudah berkembang menjadi 6.500 ekor.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Dengan PM Toshiki Kaifu Mengadakan Pembicaraan di Tokyo

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Minggu, 11 November 1990---Hari ini di Tokyo, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan PM Toshiki Kaifu, sementara Menteri Luar Negeri Ali Alatas melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negari Nakayama. Pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan PM Kaifu tidak hanya menyangkut masalah bilateral, melainkan juga masalah-masalah regional dan internasional.

Kepada PM Kaifu, Presiden Soeharto menguraikan tentang bagaimana pentingnya hubungan antara Indonesia dan Jepang  sejak pemerintahan Orde Baru. Dikemukakan oleh Presiden bahwa ketika itu PM Sato meminta jaminan Indonesia untuk terus mensuplai energi minyak maupun gas alam kepada Jepang, Indonesia untuk memenuhinya, hingga kini Indonesia selalu memenuhi janjinya.

Kepada PM Kaifu, Presiden Soeharto mengemukakan tentang utang luar Negeri Indonesia yang tahun ini mengalami peningkatan beban pembayaran sebesar US$1,8 miliar, sebagai akibat apresiasi mata uang asing, terutama mata uang Yen, terhadap dollar Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, sebesar US$1,2 miliar harus dibayar kepada Jepang. Untuk itu pemerintah Indonesia memerlukan bantuan khusus, karena tambahan pendapatan dari kenaikan harga minyak bumi, akibat Krisis Teluk, masih lebih kecil dibanding dengan peningkatan pembayaran utang luar negeri.

Bantuan khusus ini merupakan pinjaman mata uang asing yang bisa dikonversikan kedalam rupiah sebagai dana pendamping pinjaman luar negeri untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Dikatakan oleh Presiden bahwa jika Indonesia tidak mendapat bantuan khusus itu, maka Indonesia terpaksa harus menggunakan dana tabungannya untuk membayar utang. Dan apabila ini terjadi, maka tidak ada lagi dana untuk melanjutkan pembangunan. Jadi menurut Presiden, jika Jepang tidak dapat memberikan bantuan khusus kepada Indonesia dengan pertimbangan bahwa negara lain akan merasa iri, maka usul lainnya ialah agar tambahan uang akibat apresiasi Yen itu ditahan di Indonesia saja sebagai pinjaman lunak. Artinya uang itu tidak akan dibayarkan kepada Jepang.

Dalam pembicaraan dengan PM Kaifu itu, Presiden juga meminta agar perusahaan penerbangan JAL menggunakan haknya untuk terbang ke Indonesia sesuai dengan perjanjian yang ditandatanganinya dengan Garuda. Seperti diketahui Garuda melakukan 12 kali penerbangan ke Jepang setiap minggu, sedangkan JAL hanya 5 kali.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Peresmian Jalan Tol Tomang -Cawang

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jumat, 10 November 1989 --- Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini meresmikan jalan tol Tomang-Cawang-Rawamangun. Dengan peresmian ini maka sistem jaringan jalan tol yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta beroperasi secara resmi. Dalam acara peresmian acara itu, Presiden dan Ibu Soeharto melakukan peninjauan di sepanjang jalan tol tersebut dengan menumpang sebuah bis.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo


Pembicaraan Empat Mata dengan Presiden Roh Tae Woo

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 10 November 1988 --- Dari jam 15.00 hingga 17.10 sore ini presiden soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Roh Tae Woo di Istana Merdeka. Pembicaraan berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan, dimana Presiden Roh Tae Woo berjanji akan mendorong warganya lebih banyak lagi berkunjung ke Indonesia. Sebagai salah satu hasil pembicaraan tersebut adalah berupa kesepakatan untuk membentuk komisi bersama Indonesia-korea guna meningkatkan kerjasama bilateral terutama dalam bidang ekonomi dan penanaman modal. Komisi itu akan dipimpin oleh masing-masing menteri luar negeri.

Dalam pembicaraan itu Presiden Roh Tae Woo mengemukakan keinginan agar Korea Selatan dapat menjadi mitra-mitra ASEAN. Menanggapi hal ini, Presiden Soeharto berpendapat bahwa maksud tersebut merupakan sesuatu positif dan berjanji akan membicarkannya dengan negara-negara ASEAN lainnya. Kedua Presiden juga menyepakati untuk menjajaki kemungkinan terjalinnya perjanjian penerbangan antar Jakarta-Bali-Seoul.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Meresmikan Museum Waspada Purba Wisesa

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 10 November 1987 --- Dalam rangka memperingati hari Pahlawan, siang ini Presiden Soeharto meresmikan museum waspada purba wisesa yang berlokasi didalam kompleks museum Satria Mandala, di jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Di dalam museum ini terdapat benda-benda yang berkaitan dengan pemberontakan-pemberontakan Darul Islam di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh.

Menyambut kehadiran museum ini, Presiden mengatakan bahwa dari museum ini kita mendapat pelajaran sejarah, mengenai rangkaian sejarah ancaman terhadap Pancasila yang menggunakan dalih dan menyalahgunakan agama. Dari museum ini kita juga dapat mengambil pelajaran berharga, betapa kita semua sebagai umat beragama dalam negara Pancasila ini harus pandai-pandai menjunjung tinggi kesucian agama dan ajaran-ajarannya.

Dari museum ini kita memang seolah-olah menyaksikan kembali peristiwa-peristiwa di masa lampau yang menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara kita, yang membahayakan kesatuan bangsa dan negara kita. Tetapi yang lebih penting lagi adalah menanamkan kewaspadaan pada bangsa kita agar pikiran-pikiran yang menyimpang dari dasar negara Pancasila tidak akan muncul lagi buat selama-lamanya. Pesan yang terkandung dalam museum ini adalah agar kita waspada terhadap pertanda semua bahaya, jauh sebelum bahaya itu muncul.

Pada jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima menteri penerangan harmoko di Cendana, seusai pertemuan itu, Harmoko mengatakan bahwa ia datang untuk melaporkan kepada Presiden mengenai rencana untuk menyelenggarakan siaran saluran terbatas (SST) TV. Dijelaskan bahwa dengan sistem itu siaran hanya dapat di tangkap oleh pesawat penerima TV yang dilengkapi dengan peralatan khusus. Diperkirakannya bahwa siaran TV ini sudah dapat mengudara pada bulan Agustus tahun depan.

Menurut menteri penerangan, Presiden pada prinsipnya menyetujui penyelenggaraan STT dengan harapan siaran tersebut bersifat menunjang siaran-siaran umum (SSU) yang selama ini dilakukan TVRI.


 

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Sambutan Presiden Soeharto dalam Seminar Nasional Perumahan dan Pemukiman

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 9 November 1987 --- Seminar nasional tentang perumahan  dan pemukiman sebagai  penggerak ekonomi dan kesempatan kerja dibuka secara resmi oleh Presiden Soeharto di Istana Negara  pada pukul 09.00 pagi i ini.

Dalam sambutannya pada peristiwa itu, Kepala Negara mengatakan bahwa kami tidak akan menbangun manusia Indonesia yang utuh, dan tidak mungkin merasakan kesejahteraan lahir batin  kami tidak akan mengalami perbaikan kualitas kehidupan,  jika masalah perumahan dan pemukiman belum terslesaikan secara mendasar. Dalam kata sambutannya, Presiden mengatakan bahwa penggunaan perumahan dan pemukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan perumahan dalam jumlah yang makin meningkat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama, bagi golongan berpenghasilan rendah. Lebih jauh dikatakannya karena pembangunan perumahan merupakan usaha peningkatan kesejahteraan, maka kendatipun rumah murah yang di  prioritaskan, tapi Indonesia dapat memperhatikan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman, dan serasi.

Dikatakannya pula, agar pembangunan perumahan dan pemukiman dapat ikut menggerakan roda perekonomian nasional dalam meningkatkan dan mensejahterakan rakyat maka pembangunannya dilakukan dengan cara-cara memperluas kesempatan berusaha mendorong berkembangnya industri dan bangunan, dan dengan mengutamakan bahan-bahan yang tersedia setempat. Dalam hubungan ini pemanfaatan sumber alam dan pengolahan barang-barang penyuluhan serta teknis dan pemasarannya terus disempurnakan dan dikembangkan.

Duta besar Filipina, Ramon J Forlan, jam 10.30, pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Ia datang untuk menyampaikan undanga resmi dari Presiden Filipina , Nonya Corazon Aquino , Kepada Presiden dan Ibu Soeharto untuk mengunjungi Manila  dan menghadiri KTT ASEAN Ke-3 . KTT ASEAN itu di jadwalkan akan berlangsung pada tanggal Desember mendatang.

Preisden Soeharto menerima baik undangan tersebut. Kepala Negara  menyatakan sendiri bahwa ia akan menghadiri KTT tersebut, namun Ibu Tidak akan dapat mengunjungi Manila pada saat itu.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto 
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Menganugerahkan Bintang Mahaputera Kepada Pahlawan

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 8 November  1990 --- Dalam rangka hari Pahlawan, pagi ini Presiden Soeharto  menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional, tanda kehormatan Bintang Mahaputera, dan menyerahkan Plaket Kepahlawanan 1990, dalam suatu upacara sederhana di Istana Merdeka. Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan kepada almarhum Sultan Hamengkubuwono IX atas jasa-jasanya yang luar biasa kepada bangsa dan negara. Sementara itu Bintang Mahaputera  Adipradana diberikan kepada bekas jaksa agung, Laksada. Sukraton Marmosudjono, dan diterima oleh isteri almarhum. Plaket  Kepahlawanan diberikan kepada bekas Presiden Ir Soekarno dan bekas Wakil Presiden Dr Mohammad Hatta, Pangeran Sambernyowo, Sri Susuhuhan Pakubowono VI, H Fachrudin, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan Kopral anumerta hanun bin Said Al-Tahir.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo


Penganugerahan Pahlawan Nasional

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 8 November 1988 --- Di Istana Negara pagi ini Presiden Soeharto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional  dan Bintang Mahaputera  Adipurna kepada  Almarhum  Pangeran Sambernyowo atau KGPAA Mangkonegoro I. Penganugarahan ini karena jasa-jasanya dalam melawan penjajah Belanda secara terus menerus di Surakarta, Yogyakarta, sekitar  Jawa Tengah, dan sekitar Jawa Timur. Gelar Pahlawan dan Bintang Mahaputera Adipurna diterima oleh ahli waris Almarhum, yaitu GRS Siti Nurul Kusmawardani dan KPH Suryosuyarso.
Pada acara yang sama, Kepala Negara menyerahkan Palkat kepahlawanan kepada  almarhum  untung Surapati, yang diterima Gubernur Jawa Timur Soelarso, dan  kepada almarhum Sultan Agung AnykoroKusumo, yang diterima oleh Wakil gubernur DI Yogyakarta Sri Paku AlamVIII


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Pangeran Charles Mengakhiri Kujungannya di Indonesia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 7 November  1989 --- Pangeran Charles dan Puteri Diana siang ini meninggalkan Indonesia untuk meneruskan lawatan mereka ke Hongkong. Sebelumnya, mereka melakukan kunjungan perpisahan kepada Presiden dan Ibu Soeharto  di Istana Merdeka. Berlainan dengan biasanya, kunjungan perpisahan ini berlangsung lebih dari satu jam. Setelah itu Presiden dan Ibu Soeharto  melepas keberangkatan mereka di halaman depan istana.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Editor : Sukur Patakondo