PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Keputusan Presiden Tentang Pokok dan Susunan Organisasi ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 17 November 1983 --- Presiden Soeharto hari ini mengeluarkan Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1983 tentang pokok-pokok dan susunan organisasi ABRI. Dalam Keppres ini organisasi ABRI disusun dalam tiga tingkatan, yaitu tingakat Angkatan dan Polri, dan tingkat Komando Utama Operasionil. Juga ditetapkan bahwa pembantu pimpinan ABRI terdiri dari dua orang kepala staf, yaitu Kepala Staf Umum dan Kepala Staf Sosial Politik, serta seorang Inspektur Jendral dan Perbendaharaan.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

ABRI dan Angkatan Kepolisian Bersedia Membantu Menpagad Letjen Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 16 November  1965 --- Bertempat di War Room Staf Angkatan Bersenjata telah berlangsung rapat kerja menteri/panglima dari keempat angkatan, yang merupakan rapat pertama sejak terjadinya G-30-S/PKI. Rapat yang dipimpin oleh Menko Hankam/KASAB Jenderal AH Nasution ini membahas masalah kekompakan ABRI, baik lahir maupun batin, terutama akibat dari petualangan Gestapu yang memang menimbulkan keretakan lahir dan bathin diantara angkatan bersenjata. Dalam rapat tersebut diputuskan secara bulat bahwa kekompakan ABRI adalah mutlak diperlukan. Dalam hubungan ini pimpinan Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian, telah menyatakan kesediaan untuk membantu Menpangad Letjen. Soeharto dalam hal pengumpulan fakta-fakta dan persaksian dalam angkatannya masing-masing.

Segenap anggota DPR-GR yang merupakan wakil-wakil dari golongan Nasionalis, Agama Islam/Kristen/Katolik, dan Karya, dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh Harsono Tjokroaminoto di Jakarta memberikan dukungan sepenuhnya atas kebijaksanaan yang dijalankan oleh Pimpinan DPR-GR yang telah membekukan keanggotaan DPR-GR bagi semua anggota DPR-GR yang mewakili PKI beserta organisasi-organisasi massanya yang terlibat dan atau diduga terlibat dalam G-30-S/PKI yang kontrev itu. Mereka juga meminta kepada Presiden Soeharto untuk segera mengambil keputusan politik terhadap Gerakan 30 September sesuai dengan tanggung-jawab Bung Karno kepada negara, revolusi dan tuhan, dan sesuai dengan tuntutan-tuntutan rakyat, yaitu membubarkan PKI beserta organisasi-organisasi massanya tanpa embel-embel.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

ABRI Bukan Potensi Kekuatan Pemerintah dan Negara

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 12 November 1966 --- Jenderal Soeharto mengatakan bahwa ABRI bukanlah potensi atau kekuatan suatu pemerintah, bukan hanya suatu potensi negara, melainkan potensi ideologi politik dari negara dan pemerintahan itu sendiri atau potensi ideologi politik Pancasila. Atas dasar keyakinan dan pengertian ideologi itu pulalah, Angakatan Bersenjata membangun, menyusun, dan membina suatu potensi dan suatu doktrin Hankam Nasional untuk mengamankan dan mempertahankan wilayah negara dimana ideologi politik itu akan kita terapkan pengalamanya didalam membangun kehidupan masyarakat bangsa yang adil dan makmur. Demikian antara lain isi prasaran Jenderal Soeharto pada  Seminar Hankam I yang diadakan di Aula Hankam, Jakarta hari ini. Seminar ini dilakukan untuk meghasilkan doktrin perjuangan ABRI, yaitu untuk menjaga keutuhan ABRI. Dengan demikian apabila semua ini berhasil, maka ABRI akan mempunyai satu doktrin untuk semua angkatan. Sekarang ini setiap angkatan memiliki doktrin masing-masing yaitu Try Ubaya Cakti (AD), Swa Buana Packa (AU), Eka Casana Jaya (AL), dan Tata Tentrem Kerta Rahaja (AK).

Sementara itu dalam sambutan tertulisnya pada malam penutupan Leadership Traning Course Sarbumsi, Jenderal Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet, menegaskan bahwa setelah mengalami malapetaka G-30-S/PKI, bangsa Indonesia bertekad menyusun kembali kekuatan Pancasilais di dalam suatu Orde Baru secara langsung dapat mendekatkan diri kepada tercapainya tujuan revolusi.

Hari ini Jenderal Soeharto, selaku Menpagad, mentapkan tanggal 15 Desember sebagai Hari infantri.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pertemuan Antara Presiden Soeharto Dengan Beberapa Menteri di Bina Graha

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,,
Jum’at,  11 November 1977---Presiden Soeharto pagi ini mengadakan pertemuan dengan beberapa Menteri, Kepala Staf Kopkamtib, Kepala Bakin, Pangkowilhan I sampai IV, para Panglima Daerah Militer dan Gubernur se Jawa dan Bali. Pertemuan ini diadakan di Bina Graha dan pembicaraan yang dibahas tampaknya cukup serius, karena memakan waktu kurang lebih tiga jam. Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto meminta perhatian, kewaspadaan dan kesiap-siagaan dari para pejabat di bidang dan Daerahnya masing-masing, sehubungan dengan adanya kegiatan sekelompok kecil masyarakat yang apabila tidak segara dikendalikan secara tepat dapat mengganggu keamanan, ketertiban, dan jalannya  Sidang Umum MPR yang akan datang. Presiden juga menekankan pentingnya Sidang Umum MPR yang akan datang sebagai salah satu wujud pelaksanaan demokrasi dan kehidupan konstitusional serta sebagai salah satu mata rantai penegakan Pancasil dan UUD 1945, yang menjadi landasan dari cita-cita Orde Baru.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Melantik 625 Taruna AKABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 10 November 1967 --- Pejabat Presiden Jenderal Soeharto hari ini di Magelang melantik 625 taruna AKABRI menjadi Perwira. Dalam pidatonya di hadapan para Perwira tersebut, Jenderal Soeharto menegaskan bahwa tanggung jawab ABRI dewasa ini sangat berat. Beratnya tanggung jawab itu bukan saja di dalam rangka ketatanegaraan dan tata kemasyarakatan, melainkan juga dalam pembinaan dan pencapaian cita-cita Orde Baru. Hal itu hanya dapat dilakukan dengan usaha-usaha pembangunan di segala bidang, secara bertahap dengan melandaskan diri pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Dan itulah yang pada hakekatnya merupakan tuntutan pengabdian setiap unsur kekuatan Nasional, terutama ABRI. Pada akhir amanatnya, ia mengharapkan agar para taruna yang sudah dilantik menjadi Perwira kebanggaan itu dapat meningkatkan kepercayaan rakyat kepada ABRI.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo



Peserta Rapim ABRI Diterima Kepala Negara

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 5 November 1990 --- Pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima para peserta Rapim ABRI 1990. Rapim yang diikuti oleh 170 peserta itu di adakan di Jakarta dari tanggal 1-3 November yang lalu. Hasil-hasil rapim tersebut pagi ini dilaporkan kepada Kepala Negara oleh Pangab Jenderal Try Sutrisno.

Dihadapan para pserta Rapim, Kepala negara menegaskan bahwa ABRI harus mampu menjabarkan peranannya sebagai stabilisator, dinamisator dan modernisator secara kreatif dan dinamis. Pelaksanaan peran ini harus sesuai dengan tahap perkembangan masyarakat kita, baik dewasa ini maupun dimasa datang. Ada kalanya ABRI perlu berada didepan sebagai perintis, pelopor dan pendobrak. Namun ABRI tidak boleh ragu untuk menempati posisi “Tu twuri Handayani”,  jika masyarakat kita sudah siap untuk tampil kedepan. Dalam zaman apapun ABRI harus setia kepada Pancasila dan berpegang teguh pada Saptamarga. Pemikiran-pemikran politik kita harus terus kita kembangkan secara kreatif dan dinamis.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Laksamana McCiane Terkesan Terhadap Operasi Bhakti ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 3 November 1969 --- Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Bersenjata AS untuk Asia dan Pasifik, Laksamana (L) Jhon S McCiane, dan membahas kerjasama antara angkatan bersenjata dari ke dua negara. Kepada Presiden Soeharto, Laksamana McCiane menyatakan sangat terkesan terhadap Operasi Bhakti yang dilakukan ABRI, dan ini membuktikan bahwa bantuan Amerika Serikat benar-benar telah dimanfaatkan dengan baik.

Secara berturut-turut, pada pukul  09.00 dan 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari dua  Duta Besar negara asing di Istana Merdeka.  Kedua duta  besar baru itu adalah Duta Besar Kerajaan Belgia, Josef L Lebacq, dan Duta Besar Republik Irak, Shukri Sabri Al-Hadithy.

Memberikan balasan atas pidato Duta Besar Lebacq, Kepla Negara mengatakan bahwa antara Belgia dan Indonesia terdapat suatu hubungan akrab dalam beberapa tahun terakhir  ini telah dirapatkan lagi dengan berbagai macam perjanjian antara kedua negara kita.  Presiden juga menyatakan kesepakatannya dengan apa yang  dikatakan Duta Besar  Lebacq bahwa kedua negara perlu memberikan daya hidup baru pada beberapa perjanjian yang telah ditandatangani, yaitu dalam usaha untuk lebih merapatkan kerjasama serta membina saling pengertian yang lebih mendalam antara kedua bangsa
.
Sementara itu dalam menyambut pidato Duta Besar Al-Hadithy, Preisden Soeharto menjelaskan tentang prinsip bebas-aktif dari politik luar negeri Indonesia. Dikatakannya dalam prinsip yang demikian Indonesia menentang segala bentuk penjajahan serta menghormati kedaulatan penuh dan kemerdekaan masing-masing bangsa, karena Indonesia memahami betul apa arti kemerdekaan dalam suatu bangsa. Ditegaskan pula bahwa dengan kemajuan, kemakmuran, dan keadilan, dengan ketahanan nasional yang kuat, dan dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, Indonesia akan dapat memberikan sumbangan lebih besar terhadap perdamaian dunia yang sejati tanpa segala bentuk penjajahan dan penindasan.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

ABRI dan AD Adalah Pelopor Indonesia dan Dunia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 1 November 1966 --- Jenderal Soeharto mengatakan bahwa ABRI pada umumnya dan Angkatan Darat kuhusnya adalah pelopor Indonesia dan Dunia sekarang ini sedang mengarahkan pandanganya menyadari betul tanggungjawabnya di dalam melopori pembangunan Orde Baru. Hal ini dikatakan oleh Mengpad Jenderal Soeharto dalam amanatnya selaku inspektur upacara pada hari ulang tahun ke-21  Korps Intendans AD di Lapangan Jenderal Urip Sumhodarjo, Jatinegara, Jakarta, Hari ini.


Sumber : Buku Jejak langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Penganugerahan Samkarya Nugraha Kepada Kodim X/Lambung Mangkurat

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 29 Oktober 1970 --- Di Banjarmasin pagi ini Presiden menganugerahkan Samkarya Nugraha kepada Kodim X/Lambung Mangkurat. Dalam amanatnya pada upacara penganugerahan ini,Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa Sorotan-sorotan terhadap ABRI merupakan risiko dari perjuangan ABRI dan Risiko dari posisi ABRI Sebagai Stabilisator dan dinamisator. Warga ABRI di ajak Oleh Presiden untuk menerima sorotan-sorotan tersebut secara wajar dan menjanjikannya sebagai cambuk untuk mengadakan Instropeksi diri dan koreksi kedalam.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo


Doktrin Cadek Mampu Mengantarkan ABRI Makin Dewasa

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 24 Oktober 1987 --- Pagi ini, pada jam 9.00, Presiden Soeharto menerima 165 peserta Rapat Pimpinan ABRI tahun 1987 di Istana Negara. Pada Kesempatan itu, Panglima ABRI Jenderal LB Murdani telah menyampaikan laporan mengenai hasil-hasil yang dicapai Rapim tersebut Kepda Kepala Negara.

Dalam amanatnya, Presiden mengatakan bahwa suasana sekarang sudah jauh berbeda dengan suasana tatkala Doktrin Catur Dharma Eka Karma (Cadek) dilahirkan pada tahun 1967. Dikatannya bahwa selama 20 tahun terkahir ini bangsa kita telah melaksanakan pembangunan di segala bidang sambil terus menerus mengembangkan kehidupan bangsa dan negara yang makin tertib dan teratur. Dalam kurun waktu ini pula Doktrin Cadek telah mampu mengantarkan ABRI makin dewasa, kekar dan tegar seperti hari ini. Oleh karena itu, Presiden menyambut dengan baik upaya generasi penerus untuk menyempurnakan dan mengadakan pembaharuan-pembaharuan terhadap Doktrin Cadek itu dengan harapan agar falsafah nilai-nilai luhur hakiki TNI/ABRI tetap dipegang teguh, dianut, dan dilestarikan.



Sumber : Buku jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo


Surat Perintah dari Letjen Soeharto Untuk Slagorde TNI-AD

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,
Minggu, 17 Oktober 1965 --- Menpangad Letjen. Soeharto mengeluarkan perintah harian kepada seluruh slagorde TNI-AD:
1. Tetap menjalankan tugas di pos masing-masing sebagaimana biasa;
2. Terus usahakan terciptanya suasana tenang dan tertib dalam daerah tugas masing-masing;
3. Terus memelihara kekompakan kesatuan masing-masing khususnya dan kekompakan ABRI pada umumnya;
4. Terus basmi sisa golongan petualang kontra-revolusi G-30-S/PKI;
5. Terus lanjutkan pembangunan TNI-AD yang dirintis oleh Jenderal Anumerta Ahmad Yani di bidang material maupun spiritual;
6. Tetap memegang teguh jiwa Pancasila, Manipol/Usdek, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan terus melaksanakan doktrin perjuangan TNI-AD Tri Ubaya Cakti;
7. Terus ikut memperhebat penyelesaian revolusi Pancasila dengan bersenjatakan Lima Azimat Revolusi;
8. Tetap patuh dan taat serta setia kepada pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Pembukaan Commander's Call Terbatas ABRI Tahun 1971

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Senin, 11 Oktober 1971 --- Menhankam/Pangab Jenderal Soeharto ini membuka Commander's Call terbatas ABRI tahun 1971 yang berlangsung di Aula Departemen Pertahanan dan Keamanan, Jakarta. Commander's Call yang akan berlangsung hingga tanggal 13 Oktober itu membahas masalah peningkatan pelaksanaan Dwifungsi ABRI. Dalam amanatnya Jenderal Soeharto mengatakan bahwa ABRI harus memainkan peranan besar dalam melaksanakan pembangunan bangsa, baik tahap kini maupun tahap-tahap selanjutnya. Menurut Jenderal Soeharto, peranan itu sesungguhnya telah melekat pada kepribadian ABRI sendiri sejak lahir dan selama pertumbuhanya. Dijelaskan bahwa " tugas ABRI tidak hanya menyingkirkan bahaya-bahaya, melainkan sekaligus harus meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi pembangunan masa depan bangsa kita". Untuk dapat meneruskan tugas-tugas pembangunan sekarang ini dan mendorong percepatan pembangunan masa depan, ABRI harus menyiapkan diri, terutama lebih menyatukan diri dan menyatukan bahasa.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Menyaksikan Pameran Peralatan ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,
Senin, 7 Oktober 1985---Selama lebih kurang satu setengah jam, pagi ini Presiden Soeharto menyaksikan pameran peralatan ABRI yang digelar di terminal Halim Perdana Kusuma, Jakarta. pameran ini menampilkan kemajuan yang dicapai ABRI dalam bidang peralatan modern.Dalam peninjauan keliling, Panglima ABRI Jenderal LB Mudarni mendampingi Presiden yang juga disertai oleh beberapa menteri kabinet pembangunan IV, termasuk Menteri Haknam, Jenderal Poniman dan Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Presiden dan Ibu Soeharto Menghadiri Acara Ulang Tahun ABRI Ke - 36

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,


Senin, 5 Oktober 1981 --- Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri acara peringatan ulang tahun ABRI ke-36 yang dipusatkan di Cilegon, Jawa Barat. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa dengan segala masalah dan tantangan yang dihadapinya, Republik Proklamasi dapat tetap tegak seperti sekarng ini, antara lain adalah berkat pengawalan yang setia dari ABRI. Di sana-sini dalam sejarah pertumbuhannya, ABRI memang pernah mengalami berbagai luka pada tubuhnya. Namun secara keseluruhan ABRI tetap utuh dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945, melindungi rakyat dan membentengi negara dari segala macam ancaman.
Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa jika ABRI tetap utuh sampai sekarang, maka kekuatan pokok keutuhan itu adalah kesetiaan ABRI pada cita-cita rakyat, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan. Jika ABRI bberhasil menunaikan panggilan tugasnya mebela keselamatan rakyat dan melindungi kedaulatan negara, maka kekuatan pokonya adalah manunggalan ABRI dan rakyat. Dengan kemanunggalan ABRI dan rakyat, dan dengan melaksanakan dwi-fungsinya, maka peranan dan kegiatan ABRI sebagai pejuang dan prajurit harus sekaligus merupakan pengalaman Pancasila dalam mewujudkan keadilan sosial bagai seluruh rakyat Indonesia.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menjadi Inspektur Upacara Pada Peringatan Haru Ulang Tahun ABRI Ke - 35

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,


Minggu, 5 Oktober 1980 --- Pagi ini Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara pada peringatan hari ulang tahun ABRI yang ke-35 yang dipusatkan d jalan tol Jagorawi. Peringatan hari ulang tahun ABRI kali ini merupakan acara terbesar yang pernah diselenggrakan, dengan menggelarkan kekuatan ABRI.
Salah satu acara yang menarik adalah peragaan terjun bebas dari ketinggian 12.000 kaki oleh 40 orang anggota Kopassandha. Begitu mereka mendarat dalam jarang lebuh kurang 20 meter dari tribun kehormatan, salah seorang dari mereka menyematkan wing kehormatan ke dada Presiden, sementara yang lainnya mnyampaikan rangkaian bunga anggrek kepada Ibu Soeharto.
Kepala Negara dalam amanatnya antara lain mengatakan bahwa dalam zaman pembangunan masyarakat modern, kemanunggalan ABRI dan rakyat harus tetap kita pertahankan. Karena itulah, gerakan ABRI masuk desa yang kini sedang kita galakan lagi merupakan bagian yang penting untuk memperkuat kemanunggalan ABRI dan rakyat itu. Apapun yang dikerjakan ABRI dalam gerakkan masuk desa ini yang paling utama adalah agar rakyat merasa benar-benar tenteram hatinya. Pendek kata, demikian ditegaskan Presiden, ABRI harus berada di hati rakyat dan dicintai rakyat, karena pada rakyat itulah kekuatan ABRI.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Amanat Presiden Soeharto Dalam Upacara Hari Ulang Tahun ABRI Ke - 34

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Jum’at, 5 Oktober 1979 --- Ulang tahun ABRI yang ke-34, hari ini diperingati dalam suatu upacara di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, dimana Presiden Soeharto bertindak selaku Inspektur Upacara. Dalam amanatnya, Presiden Soeharto mengatakan, ABRI harus dapat menempatkan diri dan memainkan peranan yang tepat dalam situasi rasional, regional, dan internasional sekarang ini. Hal ini karena ABRI merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional baik sebagai kekuatan pertahanan-keamanan maupun sebagai kekuatan sosial.
Selanjutnya Presiden berbicara secara panjang lebar mengenai kepribadian ABRI. Dikatakannya bahwa kepribadian ini lahir dan berkembang dari sejarah perjuangan ABRI sendiri. Karena itu ABRI adalah kekuatan bangsa yang mendukung dan berjuang untuk cita-cita kemerdekaan. Karena itu pula, ABRI sama sekali bukan semata-mata alat negara. Menurut Presiden, disinilah letak suasana kerohanian dan sumber sejarah yang melahirkan Dwifungsi ABRI. Peranan ABRI sebagai kekuatan pertahanan-keamanan dan sebagai kekuatan sosial ini telah dilaksanakan sejak semula, jauh sebelum dikenal istilah Dwifungsi ABRI.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menghadiri Upacara Ulang Tahun ABRI Ke - 33

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Kamis, 5 Oktober 1978 --- Pagi ini di Parkir Timur Senayan, berlangsung upacara peringatan Hari ABRI ke-33. Pada peringatan ini Presiden Soeharto telah bertindak sebagai Inspektur Upacara. Didalam amanatnya, Presiden mengajak segenap warga ABRI untuk meresapkan dan menghayati kembali kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Dikatakannya bahwa kemanunggalan itu telah pernah terwujud dalam kehidupan bangsa kita. Sekarang dan seterusnya, kemanunggalan itu harus makin diperkuat demi suksesnya sejarah yang diletakkan diatas pundak ABRI.
Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa ABRI bukan kelas khusus yang berada diatas rakyat. Menjadi anggota ABRI bukanlah untuk mencari suatu kehormatan, melainkan suatu kepercayaan, bukan suatu keistimewaan melainkan suatu pengabdian. Jadilah ABRI yang dicintai rakyat, karena ABRI telah setia dan mencintai rakyat. Demikian ajakan Presiden.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Bertindak Sebagai Inspektur Upacara Hari Ulang Tahun ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Rabu, 5 Oktober 1977 --- Peringatan Hari ini dipusatkan di Senayan, dimana Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara. Dalam amanatnya, Presiden mengemukakan bahwa sebagai kekuatan politik, gagasan dan pikiran ABRI mengenai masalah kenegaraan tetap disalurkan mengenai cara-cara yang demokrasi dan konstitusional. Juga diingatkan bahwa selama inni ABRI juga tidak pernah memaksakan kehendaknya. Hal ini menunjukkan bahwa ABRI sebagai pengawal Pancasila dan UUD 1945, tetap menjunjung ciri-ciri demokrasi kita, yaitu mufakat melalui musyawarah.
Menurut Kepala Negara, sejaralah yang telah melahirkan peranan kembar ABRI, yang kemudian mendapat tempat dalam kehidupan bangsa dan kenegaraan Indonesia yang kemudian dikenal dengan masa Dwifungsi ABRI. Tetapi ia menegaskan bahwa Dwifungsi sama sekali tidak berani bahwa ABRI mencampuri atau mengambil alih urusan sipil, lebih-lebih bidang atau urusan yang telah berjalan dengan baik. Namun duduknya seorang anggota ABRI dalam jabatan sipil harus dapat menjadi teladan, baik dalam mental ideologi, dalam semangat pengabdian, dalam disiplin, maupun dalam kemampuan teknnis. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo