PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Penyaksian Penandatanganan Memorandum of Understanding dan Agreed Minutes

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu 17 November 1990 --- Presiden Soeharto dan Presiden yang Shangkun pagi ini menyaksiakan penandatanganan “Memorandum of Understanding”  dan “Agreed Minutes” hasil pembicaraan tentang kerjasama ekonomi dan perdagangan. Penandatanagan itu dilakukan oleh Menko Ekuin Radius Prawiro dan menteri  Perdaganagan Luar Negara Zheng Tao Bin atas nama pemerintah masing-masing. MOU ini memuat kesepakatan kedua pemerintah untuk membentuk komisi bersama dalam bidang ekonomi, perdegangan dan kerjasama teknik.

Pada akhir kunjungan Presiden Soeharto di Beijing telah dikeluarkan sebuah pernyataan bersama. Pernyataan bersama  itu antara lain menyatakan kesepakatan kedua pihak bahwa normalisasi hubungan diplomatik pada tanggal 8 Agustus yang lalu telah memebawa hubungan bilateral kepada  tahapan baru yang memebuka kesempatan-kesempatan untuk memperluas  hubungan dan kerjasama  di antara kedua Negara. Kedua belah pihak mengulangi lagi komitmen mereka untuk mematuhi Dasar Sila Bandung dan Lima Prinsip Hidup berdampingan  Secara Damai Secara Damai sebagai landasan bagi pengembangan jangka panjang hubungan kerjasama yang bersahabat antara kedua negara.

Kedua negara menyatakan keyakinan bahwa terdapat potensi  besar untuk mengembangkan kerjasama ekonomi , perdagangan, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua negara juga sepakat untuk membuka bidang baru bagi kerjasama atas dasar persamaan dan saling menguntungkan. Disepakati pula untuk menjejaki kemungkinan mengembangkan kerjasama dan peluncuran satelit. Selain itu juga disepakati untuk meningkatkan tukar menukar antara kunjungan antara pejabat pemerintah dan swasta kedua negara. Dalam hubungan ini, Presiden Soeharto telah mengundang Presiden Yang Shangkun untuk berkunjung ke Indonesia; undangan mana diterima dengan baik.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Isu Lemak Babi Meresahkan Masyarakat dan Pengusaha

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1988 --- Kepala Negara menginstruksikan Jaksa Agung untuk mengusut secara tuntas pelaku utama penyebar isu lemak babi. Yang menjadi pertimbangan Presiden dalam hal ini ialah bahwa isu tersebut meresahkan masyarakat dan para pengusaha, sehingga bisa menggangu perekonomiaan negara. Demikian diungkapkan Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono setelah menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Ditambahkan oleh Jaksa Agung bahwa orang-orang sengaja berbuat sengaja itu dapat dikategori sebagai tindak pidana subversi sebab isu-isu itu menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan terhadap masyarakat maupun industri.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pembicaraan Empat Mata dengan Presiden Hongaria

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 14 November  1984 --- Mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 12.30 siang ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Hongaria Pal Losonczi di Ruang Jepara Istana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung dalam suasana persahabatan dan pengertian, kedua presiden bertukar pikiran yang mencakup liputan yang sangat luas, baik bilateral, regional maupun internasional. Hal-hal yang dibicarakan mencakup masalah politik, ekonomi, dan keamanan dunia.

Pukul 20.00 malam ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan Ketua Dewan Kepresidenan Hongaria dan Nyonya Pal Losonczi di Indonesia. Selesai santap malam, acara dilanjutkan dengan malam kesenian yang baru berakhir pada tengah malam. Diantara para pejabat Indonesia yang hadir dalam acara tersebut tampak Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Mengadakan Pembicaraan dengan Kanselir Helmut Kohl

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 5 November 1983---Jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Kanselir Helmut Kohl bertempat di Istana merdeka. Dalam pembicaraan yang berlansung selama kurang lebih dua jam itu. Kedua pemimpin memusatkan perhatian pada masalah-masalah hubungan ekonomi antara kedua negara. Akan tetapi, disamping itu, telah pula dibahas masalah-masalah keamanan dunia yang berkaitan dengan penempatan peluru-peluru kendali di negara-negara NATO.

Berbicara mengenai hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman Barat, Presiden Soeharto mengaharapkan agar di masa-masa  yang akan datang Jerman Barat bisa lebih banyak melakukan investasi di Indonesia. Juga di harapkannya agar di waktu-waktu mendatang pihak Jerman Barat bisa  lebih banyak lagi mengimpor komoditi dari Indonesia.

Menanggapi harapan Presiden Soeharto itu. Dalam pertemuan tersebut, Konselir Kohl menyatakan kesanggupannya untuk mendorong pengusaha-pengusaha Jerman Barat agar mau menanamkan modalnya di Indonesia.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Pertemuan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Adam Malik

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 2 November 1981 --- Jam 09.00 Pagi ini Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden Adam Malik di Bina Graha. Dalam pertemuan antara Prsiden dan Wakil Presiden  itu telah dibahas berbagai perkembangan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik.

Setelah menemui Presiden, Adam Malik mengatakan bahwa Pemerintah tidak mau ikut campur dalam kemelut yang sedang dialami PPP sekarang ini. Walaupun Pemerintah menginginkan PPP dapat bersatu, tetapi kemelut interen itu adalah masalah partai itu yang harus diselesaikan pimpinan sendiri.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Tanggapan Presiden Soeharto dalam Sidang Stabilitas Ekonomi

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 2 November 1971 --- Dalam Sidang Dewan Stablitas Ekonomi pagi ini Presiden Soeharto menginstruksikan agar pelaksanaan inventarisasi kekayaan departemen-departemen dapat dipercepat, sehingga dapat diketahui jumlah kekayaan yang ada kemudian dapat dilaksanakan perencanaan tiap departemen. Ini merupakan tanggapan Presiden terhadap laporan Menteri keuangan Ali Whardana. Dalam laporannya, Menteri Keuangan menjelaskan bahwa belum selesainya atau terlambatnya inventarisasi kekayaan negara di departemen-departemen dan instansi-instansi non-departemen adalah karena baru untuk pertama kali diadakan inventarisasi semacam ini. Oleh karena itu, iventarisasi yang diinstruksikan Presiden pada awal tahun fisikal 1971/1972 sampai saat ini belum dapat dilaporkan departemen-departemen kepada Departemen Keuangan dan Bepeka.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Presiden Soeharto Memimpin Sidang Stabilitas Ekonomi Nasional

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Selasa, 26 Oktober 1976 --- Pada pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional. Masalah-masalah yang dibicarakan dalam sidang hari ini, antara lain, adalah masalah persedian beras, produk komoditas ekspor dan transmigrasi.

Menyangkut masalah persedian beras, Presiden telah menginstruksikan kepada Kepala Bulog, Bustanil Arifin, untuk terus menerus mengikuti perkembangan persediaan bahan pangan pada umumnya di pasar, terutama keadaan persediaan beras. Mengingat bahwa persediaan beras tahun ini cukup banyak, maka kalau perlu, demikian perintah Kepala Negara, Bulog meningkatkan dropping beras.

Dikeluarkannya instruksi Presiden ini juga berkaitan dengan musim paceklik dan kemarau, dimana banyak petani tidak dapat menanam padi atau bahan pangan lainnya. Oleh karena itulah, untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah mengadakan program padat karya, sehingga petani dapat memperoleh lapangan kerja lain. Dalam hubungan ini pula, dalam sidang hari ini Presiden juga memerintahkan agar para petani diikutsertakan dalam pelaksanaan program padat kerja

Mengenai masalah komoditi ekspor, Kepala Negara telah memberikan persetujuannya terhadap langkah-langkah yang diambil Menteri Perdagangan untuk melaksanakan standarisasi terhadap beberapa komoditi ekspor. Akan tetapi Presiden menghendaki pula agar standarisasi itu tidak hanya menyangkut produk pertanian saja, melainkan juga produk dalam bidang-bidang lainnya. Juga dimintannya agar pelaksanaan standarisasi ini dilakukan secara bertahap.

Sementara itu Menteri tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Subroto, telah melaporkan tentang rencana pemberangkatan 500 kepala keluarga transmigrasi yang berasal dari daerah Wonogiri ke Sumatera Barat. Mereka adalah penduduk yang terkena proyek bendungan sebangun Wonogori, dan nemepati proyek transmigrasi di Sitiung.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo


Bulog Diinstruksikan untuk Melaksanakan Operasi Pemasaran

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Selasa, 25 Oktober 1977 --- Hari ini berlangsung sidang Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional di Bina Graha yang dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto. Didalam siding Presiden menyatakan kepada penduduk daerah-daerah yang dilanda kekeringan dewasa ini untuk tidak usah gelisah, karena Pemerintah sudah siap dengan langkah-langkah penanggulangannya. Terungkap didalam sidang bahwa ada lima daerah yang memerlukan perhatian khusus sebagai akibat dari musim kering yang berkepanjangan, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa TImur dan Nusa Tenggara Barat. Di kelima daerah itu terdapat  272 kecamatan yang paling menderita, dan kepada penduduk kecamatan tersebut,  Bulog telah menyediakan beras (setara beras) sebanyak 7.200 ton, sebagai pinjaman. Juga diadakan penambahan 163 proyek padat karya, disamping proyek-proyek padat karya yang telah ada. Bagi penduduk yang tidak mampu bekerja, Depertemen Sosial menyediakan bantuan 3.400 ton beras (setara beras) dan bantuan ini sudah mulai disalurkan.


Selain itu, Bulog diinstruksikan Presiden untuk melaksanakan operasi pemasaran yang meliputi 0,5 juta ton beras; jumlah ini diperkirakan akan cukup sampai bulan Maret atau pertengahan April 1978. Disiapkan pula penyediaan bibit padi oleh Depertemen Pertanian, penyediaan monil tangki air bagi daerah Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta peningkatan Kredit Candak Kulak.


Pemerintah juga menetapkan bahwa sumbangan rehabilitasi kengkeh (SRC) yang sebelumnya RP100,- per kilogram, mulai tanggal 26 Oktober 1977 dinaikkan menjadi Rp300,-. Dengan kenaikan maka tidak dibenarkan lagi diadakannya pengutan-pungutan lainnya. Sedangkan uang yang sudah terkumpul dari SRC sebelumnya harus diserahkan kepada daerah serta diadministrasikan dan digunakan untuk pembangunan daerah.


Presiden juga meminta kepada para menteri untuk mempersiapkan tindakan lebih lanjut guna mewujudkan peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi dan perdagangan dengan Negara-negara Timur Tengah sebagai hasil perlawatan Presiden. Antara lain perlu tanggapan terhadap kesediaan Kuwait untuk membangun penyulingan minyak di Pulau Batam dan terhadap perhatian Arab Saudi yang besar dalam pembangunan proyek aluminium di Pulai Batam.




Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Menjaga Kestabilan Moneter Penting Bagi Perkembangan Ekonomi, Nsional dan Pembangunan

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 24 Oktober 1985 --- Menteri keuangan, Radius Prawiro, dan Gubernur Bank Indonesia,Arifin  Siregar  Menghadap  Kepala Negara  Pagi  ini di Bia Gaha. Dalam  pertemuan  itu  Presiden  mengarahkan agar pemerintah tetap Berusaha  menjaga kestabilan moneter  di dalam  negeri. Menurut  Presiden, hal ini penting  bagi  perkembangan  ekonomi  nasional  dan  pembangunan.

Setelah menghadap  Kepala Negara, Menteri Radius mengatakan  bahwa  meskipun  pemerintah  Indonesia  dewasa  ini harus  melaksanakan  perdagangan dunia, namun pemerintah tidak akan menempuh sistem anggaran belanja defisita. Alasannya adalah karena hal ini dapat menimbulkan tidak inflasi yang membebani rakyat.

Lebih jauh Radius mengatakan bahwa kemungkinan ada beberapa penyesuian pada anggaran negara, pemerintah tidak akan melakukan devaluasi rupiah. Sementara itu Arifin Siregar mengatkan bahwa cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini berjumlah US$10,6 miliar. Dengan demikian neraca perdagangan kita cukup aman.

Sementara itu, kepada Menteri Negara Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara Presiden Soeharto menggariskan bahwa pemerintah membuka kesempatan kepada masyarakat, terutama mereka yang belum memiliki rumah, untuk mengikuti program Tabungan Uang Muka (TUM) perumahan. Presiden berpendapat bahwa program ini merupakan jalan terbaik bagi masyarakat untuk memperolah rumah dengan sistem menabung.

Demikian diungkapkan oleh Cosmas Batubara stelah diterima Presiden di Bima Graha pagi ini. Kepada Kepala Negara, ia melaporkan mengenai pembangunan perumahan di perkotaan dan pedesaan. Dilaporkan bahwa selam pelita I sampai pelita III telah dilakukan pemugaran 8.000 rumah pedesaan di seluruh Indonesia. Dalam Repelita IV akan dibugar 10.00 rumah di daerah pedesaan.



Sumber : Buku jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Instruksi Menteri Perdagangan dan Menteri - Menteri yang Lain

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 20 Oktober 1970 --- Dalam sidang Sub-Dewan Stabilitasi ekonomi hari ini Presiden menginstruksikan Menteri Perdagangan dan menteri-menteri lain agar waspada terhadap kemungkinan siasat pihak tertentu yang punya kepentingan dalam perkaretan, dengan tujuan menghambat dan merugikan Indonesia. Selanjutnya Presiden meminta agar diusahakan peningkatan kualitas dan peningkatan perdagangan karet alam secara langsung dengan negara-negara konsumen. Sementara itu menaggapi laporan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud tentang tentang kesulitan pra sarana hubungan laut dari darat di Sulawesi, selain memberikan instruksi kepada departemen-departemen yang bersangkutan untuk mengambil langkah-langkah yang perlu, Presiden juga mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat ini akan menyerahkan beberapa kapal ukuran 200 DWT kepada daerah-daerah di Sulawesi.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Gubernur Kalimantan Tengah Melaporkan Perkembangan Provinsinya Kepada Presiden

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Rabu, 17 Oktober 1984 --- Pada jam 10.30 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Gubernur Kalimantan Tengah, Gatot Amri. Dalam pertemuan itu Gubernur Gatot Amri telah melaporkan berbagai perkembangan di provinsinya, terutama perkembangan dan masalah perhubungan darat. Selain itu ia mengharapkan Presiden Soeharto dapat berkunjung ke Kalimantan Tengah, sebab kunjungan Kepala Negara yang terakhir ke daerah itu adalah pada tahun 1967.
Menanggapi "undangan" itu, Kepala Negara menyatakan akan mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi Provinsi Kalimantan Tengah mempercepat pelaksanaan program transmigrasi dan pengembangan perkebunan di daerahnya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Peran Agraria Sebagai Stabilitas Pembangunan Bangsa

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Rabu, 17 Oktober 1973 --- Presiden Soeharto mengatakan bahwa peranan agraria harus menjamin stabilitas, sebab tanpa stabilitas, pembangunan tidak akan berhasil. Hal ini disampaikan Kepala Negara kepada Mentei Dalam Negeri Amirmachmud dan Direktur Jenderal Agraria, Abdurrachman, ketika mereka menghadapnya pagi ini di Istana Merdeka.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Dua Senator Dari Amerika Serikat Mendukung Usaha Ekonomi Indonesia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,
Sabtu, 16 Oktober 1976 --- Dua orang senator dari Amerika Serikat diterima oleh Kepala Negara di Bina Graha siang ini. Mereka adalah Senator Michael J Mansfield dan Senator Jhon Glenn. Dalam pertemuan yang berlalngsung lebih dari satu jam dibahas mengenai masalah baik yang menyangkut hubungan bilateral maupun masalah regional Asia Tenggara. Usai pertemuan dengan Presiden Soeharto, kedua senator itu mengatakan bahwa mereka mendukung usaha-usaha pembangunan ekonomi yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pentingnya Pajak Untuk Membiayai Usaha Ekonomi

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 16 Oktober 1976 --- Pagi ini Presiden menyampaikan nota keuangan untuk tahun1968 dalam masa sidang ke-2  DPR-GR tahun ini. Dalam amanatnya, Jenderal Soeharto mengemukakan bahwa RAPBN selain merupakan salah satu wujud daripada program kerja pemerintah untuk tahun yang bersangkutan, juga berencana agar rencana besar dari rumah tangga negara. Menghadapi tahun 1969, Jenderal Soeharto mengingatkan bahwa tahun 1969 bukanlah tahun pembangunan, melainkan tahun rehabilitasi dan stabilitasi untuk menyiapkan pembangunan. Pada kesempatan itu Jenderal Soeharto secara khusus menyinggung beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah. Menyinggung soal pemilihan umum, Jenderal Soeharto memperkirakan bahwa pemilihan umum tidak akan dapat dilaksanakan pada tahun 1968, mengingat UU pemilihan Umum hingga kini belum selesai.

Selain itu Penjabat Presiden juga menekan pentingnya pajak untuk membiayai usaha ekonomi, terutama untuk biaya pengeluaran rutin yang semakin meningkat. Jederal Soeharto menjelaskan bahwa untuk itu tidak saja dibutuhkan penyempurnaan organisasi perpajakan, melainkan juga kesadaran, kemauan, dan kerelaan untuk bersama-sama memberikan iuran kepada negara, bersama-sama memikul beban dari usaha pemerintah agarmemungkinkan tercapainya saran-saran kerja dalam rangka mencapai asaran itu pula, penjabat Presiden menekan pentingnya peranan modal asing. Dikatakan oleh Jenderal Soehato bahwa pemerintah dan rakyat mutlak perlu memandang negara-negara sahabat di luar negeri untuk membentu usaha rehabilitasi dan stabilitasi ekonomi secara maksimal. sebab, tanpa bentuan keuangan luar negeri, hampir tidak mungkin kita bisa menghidipkan ekonomi.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Sidang Stabilitas Ekonomi dan Laporan Ketua BKPM

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 15 Oktober 1974  --- Presiden Soeharto pagi ini memimpin sidang Dewan stabilitas Ekonomi Nasional di Bina Graha. Dalam sidang kali ini antara lain telah dibicarakan perkambangan penanaman modal, baik dalam negeri maupun asing. Dilaporkan oleh Ketua BKPM, Barli Halim, bahwa selama tujuh tahun, yaitu sejak 1968-1974, terdapat 759 proyek penanaman modal asing yang telah disetujui oleh Pemerintah. Keseluruhan proyek itu bernilai US$3.796 miliyar.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden dan Ibu Soeharto Menghimbau Masyarakat Agar Perekonomian Indonesia Tidak Terganggu

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,,
Rabu, 13 Oktober 1982 --- Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di KBRI Wasington, Presiden dan Ibu Soeharto beramahtamah dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan itu, Presiden antara lain menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak begitu terganggu oleh resesi ekonomi dunia, karena ketahahan ekonomi Indonesia kuat berkat hasil-hasil pembangunan yang dicapai selama ini. Setelah menguraikan tentang pembangunan yang sedang berlangsung di tanah air , Presiden membentah anggapan-anggapan sementara kalangan bahwa kunjunganya ke Amerika Serikat dan negara-negara lain sekarang ini adalah untuk mencari bantuan atau mengemis dana. Dijelaskanya bahwa kunjungan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan ekspor non-migas, sehingga ketergantungan kita pada ekspor minyak dapat diperkecil.

Jam 10.35 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto dilepas secara resmi oleh Menteri Luar Negeri dan Gorge Scultz di Washington Monument Grounds. Dari sini, dengan menumpang helikopter, Presiden dan Ibu Soeharto terbang ke pangkalan Udara Andrews, dan selanjutnya dengan pesawat DC-10 Garuda meneruskan perjalanan ke Florida dan Houston.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Sidang Dewan Dalam Stabilitas Ekonomi

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 14 Oktober 1975 --- Presiden Soeharto pada jam 10.00 pagi ini sidang Dewan Stabilitasi Ekonomi Nasional di Bina Graha. Sidang hari ini memusatkan diri pada persoalan moneter, dimana ditegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengubah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sehingga nilainya tetap Rp415 untuk US$1. Akan tetapi nilai tukar rupiah terhadap SDR (Special Drawing, Rigth uang mas kertas ) mungkin akan mengalami perubahan, karena nilai tukar SDR terhadap dollar AS bersifat sangat mengambang.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto  

Presiden Menerima Menteri Perminyakan Irak

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 11 Oktober 1988---Pagi ini, pada jam 09.00, Kepala Negara menerima Menteri Perminyakan Irak, Dr Irsani Abdul Rahim Al Chalabi, di Bina Graha. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Duta Besar Irak di Indonesia dan Menteri Pertambangan dan Energi Ginanjar Kartasasmita itu, Kepala Negara mengharapkan agar Komite harga OPEC, yang akan bersidang bulan depan, mampu mencapai kesepakatan yang dapat dipakai sebagai landasan jangka panjang dalam upaya meningkatkan peranan OPEC untuk memantapkan harga minyak di pasar dunia. Presiden menekankan pandangannya pada pentingnya harga minyak yang dapat memberikan jaminan kepentingan jangka panjang kepada negara penghasil minyak, baik untuk generasi sekarang ini maupun untuk generasi yang akan datang. Menurut Presiden harga minyak yang tepat adalah harga yang dapat diterima oleh produsen, konsumen, dan perusahaan penjual jasa yang membantu untuk memproduksi minyak. Untuk masa kini harga yang tepat ialah US$18, dan OPEC harus menyesuaikan produksinya dengan harga ini.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Presiden Mengisntruksikan Ketua BKPM Untuk Bersaing Dengan Negara Lain

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,
Sabtu, 11 Oktober 1986---Siang ini Presiden Soeharto menerima Ketua BKPM, Ir Ginandjar Kartasasmita, di Bina Graha. Ketua BKPM itu manghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang hasil kunjungan kerjanya di Jepang baru-baru ini. Dalam kesempatan itu Presiden menginstruksikan BKPM agar terus mencari cara-cara guna lebih memperbaiki lagi iklim investasi di tanah air, khususnya investasi yang berorientasi ekspor. Bila hal ini bisa dilakukan, maka Presiden yakin Indonesia akan lebih mampu bersaing dengan negara-negara lain di Asia untuk menarik para investor asing untuk menanamkan modal mereka disini.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo

Beberapa Menteri Mengadakan Pertemuan Dengan Presiden

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 8 Oktober 1992---Presiden Soeharto pagi ini menerima Menteri Pariwisata,Pos, dan telekomunikasi Soesilo Soedarman di istana Merdeka. Soesilo Soedarman meghadap untuk melapor tentang penyelenggaraan konfrensi kebudayaan di Yogyakarta. Usai diterima Presiden Soeharto, ia mengatakan bahwa Kepala Negara memerintahkan kepadanya untuk terus memeriksa kasus tender yang dilakukan PT (pasero) Telkom untuk pembangunan proyek telekomunikasi di NTB.
Di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima pula para Menteri ASEAN  yang bertanggung jawab dalam bidang pertanian Malaysia Datuk Sanusi Bin Junid, Meteri Pertanian Filipina Roberto Sebastian, , Menteri pembangunan Nasional Singapura Lim Hik Kiang, Menteri Pertanian Wardoyo, Menteri Kehutanan Hasjrul Harhap serta Menteri Koperasi Bustanil Arifin.
Kepada mereka Presiden mengatakan bahwa Indonesia belum bisa disebut sebagai pengekspor beras sekalipun telah mengirim beras ke beberapa negara, terutama produk pertanian ini diberikan kepada negara lain sebagai bantuan. Misalnya Indonesia pernah mengirim beras ke Vietnam dan Myanmar.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Publikasi : Sukur Patakondo