PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden Menerima Buta Besar RI untuk Australia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 17 November 1984 --- Selama satu jam pagi ini Presiden Soeharto menerima Duta Besar RI untuk Australia, Agus Marpaung  SH, di Cendana. Duta Besar Marpaung menghadap Kepala Negara untuk meminta petunjuk sebelum ia ke posnya di Canberra. Setelah meghadap ia meningkatkan usaha diplomasi perjuangan untuk memelihara hubungan baik serta membangun lebih banyak jembatan hubungan antara Indonesia dan Australia.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Keputusan Presiden Tentang Pokok dan Susunan Organisasi ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 17 November 1983 --- Presiden Soeharto hari ini mengeluarkan Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1983 tentang pokok-pokok dan susunan organisasi ABRI. Dalam Keppres ini organisasi ABRI disusun dalam tiga tingkatan, yaitu tingakat Angkatan dan Polri, dan tingkat Komando Utama Operasionil. Juga ditetapkan bahwa pembantu pimpinan ABRI terdiri dari dua orang kepala staf, yaitu Kepala Staf Umum dan Kepala Staf Sosial Politik, serta seorang Inspektur Jendral dan Perbendaharaan.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Gubernur Irian Jaya Menghadap Kepala Negara

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1982 --- Gubernur Irian Jaya yang baru, Izaac Hindom, pagi ini menghadap Kepala Negara di Cendana. Setelah menghadap, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya Presiden sependapat dengan dengan pemerintah daerah agar Provinsi Irian Jaya di kemudian hari dapat dikembangkan menjadi tiga provinsi.Dikemukakan oleh Gubernur Hindom bahwa dengan hanya satu provinsi sekarang ini, maka dirasa sangat berat untuk menangani wilayah yang begitu luas dengan medan yang sangat sulit.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Peresmian Bendungan Gajah Mungkur

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 17 November 1981 --- Hari ini Presiden soeharto meresmikan penggunaan bendungan serba guna Wonogiri, Jawa Tengah. Bendungan yang diberi nama “ Gajah Mungkur” ini merupakan pengembangan untuk memanfaatkan sumber-sumber air Bengawan Solo dan anak-anak sungainya. Dengan adanya bndungan ini, maka banjir yang kerap melanda wilayah aliran sungai ini dapat dikendalikan, disamping kita dapa menambah jaringan irigasi, dan membangun pembangkit listrik tenaga air.

Menyambut peresmian waduk ini, Kepala Negara mengatakan bahwa untuk memenfaatkan dan mengembangkan sumber air dari sebuah sungai saja, kita perlukan waktu yang lama disertai dengan kerja keras dari beribu-ribu orang serta modal yang besar. Padahal, demikian Presiden, pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air Bengawan Solo ini, baru merupakan satu masalah dari sekian banyak masalah pembangunan. Sedang pembangunan yang kita lakukan ini, tidak saja menangani satu atau dua ataupu beberapa masalah, tetapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu masalah beras dan kecil. Dan masalah-masalah yang harus kita tangani juga tidak akan pernah selesai, sebab pembangunan selalu membawa persoalan-persoalan dan tuntutan-tuntutan baru.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Penyambutan Presiden Republik Sri Lanka Kepada Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 17 November 1979 --- Presiden Soeharto dan rombongan pagi ini tiba di lapangan udara Kolombo, Katunakaye, dan disambut oleh Presiden republik Demokrasi Sosial Sri Lanka dan Nyonya Jayewadene, serta para penjabat tinggi lainya. Setelah memeriksa barisan kehormatan, Presiden dan rombongan menuju istana kepresidenan.

Sore ini Presiden soeharto mengadakan  pembicaraan dengan Presiden Jayewardene. Fokus pembicaraan mencangkup masalah-masalah bilateral dan Internasional. Dalam pembicaraan masalah internasional, kedua telah menyinggung penyelesaian masalah Kamboja; dalam hal ini Presiden Jayewarende ingin mengetahui pandangan Indonesia. Menyangkut hubungan bilateral, kedua negarawan membahas cara-cara untuk meningkatkan hubungan perdagangan. Antara lain telah disinggung mengenai kemungkinan bagi sri Langka untuk mengimpor semen, baja, dan kayu dari Indonesia.

Selajutnya Presiden Soeharto menegaskan bahwa kita perlu terus bergandengan tangan dalam mengusahakan terciptanya perdamaian dunia yang mantap, sebab, demikian Kepala Negara, tanpa perdamaian, maka pembangunan masyarakat kita akan selalu terganggu.



Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Kunjungan Kerja di Jawa Barat dan Jawa Tengah

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 17 November 1976 --- Pukul  10.00 pagi ini Presiden Soeharto berangkat menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah, dalam rangka  kunjungan kerja di cognito. Dalam kunjungan tidak resmi ini, Kepala Negara meninjau daerah-daerah pedesaan di kedua provinsi itu sampai dengan tanggal 21 November. Dengan didampingi oleh sejumlah kecil pengawal, berdialog dengan para petani, pedagang kecil serta guru di daerah-daerah pedesaan yang dilaluinya.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto


Kunjungan Tidak Resmi Presiden ke India

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 16 November  1985 --- Pagi ini, waktu setempat Presiden, Soeharto dan rombongan mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Palam, India. Perdana Menteri Rajiv Gandhi, yang mengundang Presiden Soeharto untuk mampir disana dalam perjalanan kembali ke Indonesia, menyambut Presiden dan rombongan di pangkalan udara itu.

Kunjungan Presiden ke India ini merupakan kunjungan tidak resmi yang dilakukan atas permintaan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi. Di pangkalan udara ini juga keduannya mengadakan pembicaraan tidak resmi, baik menyangkut hubungan bilateral, masalah-masalah regional dan internasional. Mengenai hubungan bilateral antara lain telah dibahas masalah kerjasama ekonomi antara kedua negara; antara lain disinggung soal bantuan India kepada Pabrik Semen Padang. Sedangkan mengenai aspek internasional, telah dibahas masalah Gerakan Non-Blok. Disepakati bahwa kedua negara akan selalu berusaha menjaga kemurnian gerakan tersebut. 

Usai pembicaraan, Presiden dan rombongan langsung terbang ke tanah air. Pesawat yang ditumpangi Kepala Negara dan rombongan mendarat di pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma petang ini.




Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Hongaria Mengakhiri Kunjunganya Dengan Mengunjungi Obyek - Obyek Wisata Indonesia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 16 November  1984 --- Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto secara resmi melepas keberangkatan Presiden Hongaria dan Nyonya Pal Losonczi dari pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma. Dari Jakarta, dengan pesawat “Arun” Pelita, kedua tamu negara melanjutkan kunjungan ke Yogyakarta dan menghabiskan sisa kunjungannya di Indonesia dengan mengunjungi obyek-obyek wisata di sana.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden dan Ibu Soeharto Berpamitan Kepada Ratu Elizabeth dan Duke of Edinburgh

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at, 16 November  1979 --- Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto berpamitan kepada Ratu Elizabeth dan Duke of Edinburgh di Istana Buckingham. Selanjutnya Presiden dan rombongan menuju Wisma Indonesia untuk beristirahat sebelum terbang ke Kolombo pada pukul 14.45 siang ini. Keberangkatan Presiden dan rombongan di bandar udara Heathrow dilepas oleh Lord Chamberlain, yang mewakili Ratu Elizabeth II, Menteri Luar Negeri Inggris, Peter Blaker, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, dan Duta Besar dan Nyonya Saleh Basarah, beserta masyarakat Indonesia di London.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pertemuan Konsultasi Kepada Kelapa Negara

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 15 November 1984 --- Selama hampir 1 jam, pagi ini Wakil Perdana Menteri Singapura, Dr Goh Keng Swee, mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soeharto di Bina Graha. Dalam pembicaraan itu Kepala Negara didampingi oleh Pangab/Pangkopkamtib, Jendela LB Murdani.

Pukul 12.00 siang ini Presiden Soeharto menerima pimpinan DPR di Bina Graha. Usai pertemuan, Ketua DPR H Amirmachmud mengatakan maksud pertemuan itu adalah untuk konsultasi dengan Kepala Negara. Adapun hal-hal yang dikonsultasikan itu antara lain menyangkut kegiatan dewan dalam masa sidang kedua 1984/1985 yang di fokuskan pada pembahasan RUU bidang politik yaitu RUU Pemilu, serta susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Pada kesempatan itu pimpinan DPR juga memberitahukan kepada presiden mengenai kedatangan perutusan parlemen Prancis ke Indonesia pada awal Januari dan rencana sidang Organisasi Antar Parlemen ASEAN (AIPO) bulan September 1985 di Jakarta.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Kebijaksanaan Menaikan Harga Dasar Gabah

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 15 November 1982 --- Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Team penentu Harga Dasar Gabah. Team ini terdiri atas Ali Wardhana, Widjojo Nitisastro, Sudarsono Hadisaputro, Bustanil Arifin, Radius Prawiro, S Daryono (Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri), dan Ir, Sapuan.

Pertemuan tersebut mengambil kebijaksanaan untuk menaikan harga dasar gabah kering mulai tanggal  1 Februari 1983. Ditetapkan bahwa harga dasar gabah kering giling  yang di jual petani ke KUD dinaikkan dari Rp135,- menjadi Rp145,- per kilogram. Berkaitan dengan hal itu pula, ditetapkan untuk menaikan harga sarana produksi padi, seperti pupuk pestisida, yang mulai berlaku pada tanggal 15 November ini. Kenaikan yang terakhir ini adalah dalam rangka mengurangi subsidi Pemerintah.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Ikatan Alumni Resimen Mahasiswan Indonesia Menghadap Presiden Soeharto

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Sabtu, 15 November 1980 --- Dengan di dampingi oleh Kepala Pusat Cadangan Nasional, Brigjen. J Hinuhili dan Panglima Kowilham II, Letjen.Widjojo Sujono, Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha Hari ini. Dalam pertemuan dengan 23 pimpinan organisasi itu, Kepala negara menyerukan agar produktifitas perguruan-perguruan tinggi untuk menciptakan tenaga-tenaga ahli yang di perlukan bangsa dan negara dapat lebih dipertinggi. Bila tidak demikian, maka indonesia akan ketinggalan jauh terutama dalam melahirkan tenaga-tenaga ahli dalam bidang teknologi. Pada saat ini tenaga ahli Indonesia dalam bidang teknologi masih langkah, sehingga dalam banyak proyek raksasa, seperti hydrocracker,  kita terpaksa menggunakan tenaga-tenaga asing.

Kepala negara menilai masalah tersebut sebagai salah satu tantangan nasional. Dikatakannya bahwa kita akan tergantung terus kepada orang asing. Kalau produktifitas perguruan tinggi tidak mencukupi.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Jamuan Balasan Untuk Ratu Elizabeth dan Duke Of Edinburgh

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 15 November 1979 --- Malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan balasan untuk Ratu Elizabeth dan Duke of Edinburgh di Hotel Claudges. Jamuan malam ini juga di hadiri oleh Ibu Suri Ratu, Pangeran Charles dan anggota keluarga Ratu Inggris lainya, serta PM margareth Thatcher. Jamuan malam ini benar-benar menghadirkan suasana indonesia di tengah-tengah kota London, karena disajikan adalah makanan dan minuman Indonesia, seperti soto Madura dan kopi Medan, di lengkapi tari-tarian indonesia.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Menerima Gubernur Kalimantan Barat

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 15 November 1977 --- Presiden Soeharto hari ini menerima Gubernur Kalimantan Barat. Sudjiman, di Bina Graha, yang melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagai Gubernur  kalimantan Barat sejak bulan September yang lalu. Dalam pertemuan itu Presiden soeharto telah menyampaikan beberapa petunjuk antara lain tentang pengembangan pertanian campuran, persawahan pasang surut di Provinsi itu. Selain itu Presiden mengingatkan perlunya perhubungan baik dari pusat pemerintahan ke daerah perbataan dengan Serawak, Malaysia.

Presiden Soeharto melalui Dinas Angkutan Jalan Raya DI Yogyakarta telah memberikan bantuan 3 buah mobil tangki pengangkut air minum untuk daerah pengangkut Gunung Kidul yang sekarang dilanda kesulitan air. Dengan demikian daerah tersebut sekarang terdapat enam buah mobil tangki air bantuan Presiden,  dua buah  bantuan Dinas PU dan satu milik swasta , yang secara terus menerus beroperasi melayani  penduduk.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Menghadiri Upacara Peringatan 40 Tahun FAO

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 14 November  1985 --- Di Roma hari ini Presiden Soeharto menghadiri upacara peringatan 40 tahun FAO. Presiden menghadiri acara ini atas undangan Direktur Jenderal FAO, Dr Eduard Saoma, untuk mewakili negara-negara yang sedang berkembang. Yang diundang sebagai wakil negara maju adalah Presiden Prancis, Francis Mitterrand. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menyerahkan 100.000 ton padi sumbangan para petani Indonesia untuk disampaikan oleh Direktur Jenderal FAO kepada korban kelaparan di Afrika.

Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa jika pembangunan pangan kami dapat dikatakan mencapai keberhasilan, maka hal itu merupakan kerja raksasa dari suatu bangsa secara keseluruhan: mulai dari keputusan-keputusan politik yang diambil oleh lembaga-lembaga politik dalam negara yang demokratis, alokasi anggaran yang konsekuen, pembangunan bendungan-bendungan besar sampai jaringan irigasi tersier, pembangunan pabrik-pabrik pupuk dan industri lain yang menunjang pembangunan pertanian, kerja tekun dari pekerja ilmiah di lembaga-lembaga penelitian yang menghasilkan bibit unggul, bekerjanya aparatur pemerintahan dari pusat sampai ke daerah-daerah yang menangani pembangunan pertanian. Dan yang paling penting dan menentukan ialah: kerja keras, cucuran keringat, semangat dan kegairahan berjuta-juta petani Indonesia sendiri. Dalam hubungan ini patut dicatat bahwa peranan wanita sangat besar, baik dalam usahan intensifikasi pertanian maupun dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga pada umumnya dengan adanya PKK di setiap desa.

Selanjutnya dikemukakan oleh Presiden bahwa kenaikan produksi pangan tidak akan banyak artinya jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkiendali. Karena itu Indonesia melancarkan program keluarga berencana secara nasional, yang juga dilaksanakan dengan penuh kesungguhan. Masalah lain yang perlu ditangani adalah pengamanan sumber daya alam, termasuk hutan-hutan tropis. Kerusakan sumber daya alam terutama hutan dan daerah-daerah aliran sungai, bukan saja dicegah agar tidak lebih parah, melainkan juga diusahakan untuk dikembalikan fungsinya dan dilestarikan.

Pada bagian lain pidatonya, Kepala Negara menyarankan agar bantuan pangan dari negara-negara maju, hendaknya tidak membuat negara-negara yang sedang membangun selamanya tergantung pada uluran tangan negara-negara maju. Bantuan pangan harus merupakan sarana agar negara penerima bantuan, secara bertahap, mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangan mereka. Pada dasarnya bantuan itu perlu diletakkan dalam kerangka pemikiran yang lebih mendasar, ialah membantu negara-negara yang sedang membangun agar dapat meningkatkan kemampuannya dan akhirnya mampu berdiri dengan kemampuan sendiri.

Dalam pada itu disamping bantuan pangan, maka dalam rangka memberikan kesempatan untuk bertumbuh bagi negara-negara berkembang, Presiden menekankan secara khusus mengenai pentingnya kelancaran ekspor komoditi pertanian dari negara-negara yang sedang membangun ke negara-negara industri maju. Dikatakannya, bagi negara-negara yang sedang membangun, ekspor pertanian bukanlah semata-mata masalah peningkatan devisa yang diperlukan untuk menggerakkan pembangunan selanjutnya. Lebih luas dari itu, disana terletak kekuatan untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.

Pada akhirnya, Presiden menyerukan kepada negara-negara maju agar mengembangkan kebijaksanaan perdagangan internasional yang mendorong perkembangan negara-negara yang sedang membangun. Dikatakannya bahwa yang diperlukan tidak lain adalah kewajaran. Dalam rangka ini pelaksanaan dari persetujuan yang telah dicapai mengenai dana bersama dan program komoditi terpadu perlu segera digalakkan. Disamping itu langkah-langkah yang proteksionistis yang diambil oleh negara-negara maju sangat tidak membantu dan bahkan sangat merugikan negara-negara yang sedang membangun. Demikian antara lain yang dikemukakan oleh Presiden Soeharto.

Direktur Jenderal FAO, Dr Edward Saoma, memberikan penghormatan khusus kepada Presiden Soeharto atas prestasi yang dicapai Indonesia. Menurutnya, Presiden Soeharto secara pribadi berjasa dalam menyusun kebijaksanaan, sehingga Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan. Penghargaan ini dikemukakan Direktur Jenderal FAO setelah ia mempelajari pidato yang disampaikan oleh Presiden pada konferensi FAO ke-23 di Roma pagi ini.

Sore ini Presiden Soeharto melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis, Mitterrand. Dalam pertemuan yang berlangsung di kantor Direktur Jenderal FAO di Roma itu, kedua presiden telah membicarakan masalah-masalah bilateral, regional, dan internasional. Dalam bidang ekonomi internasional, umpamanya, telah disinggung masalah pelaksanaan persetujuan global dalam rangka dialog Utara-Selatan. Masalah regional yang dibahas adalah persoalan Afghanistan dan Kamboja.

Menyangkut hubungan bilateral, Presiden Soeharto telah mengemukakan harapannya agar Prancis meningkatkan bantuan lunaknya dalam pembiayaan proyek-proyek besar yang ditangani Prancis di Indonesia pada masa yang akan datang. Hal ini diajukan Presiden Soeharto mengingat bahwa selama ini bantuan Prancis kepada Indonesia berupa campuran dari kredit ekspor dan bantuan lunak. Menanggapi harapan tersebut, Presiden Mitterrand menyatakan akan mempelajarinya.

Dalam pertemuan itu Presiden juga mengulangi undangannya kepada Presiden Mitterrand untuk mengunjungi Indonesia. Sebagaimana diketahui, Presiden Soeharto telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Prancis pada tahun 1972.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Berkunjung ke Manado

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Senin, 14 November  1983 --- Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini berangkat menuju Manado, dalam rangka pembukaan Kongres ke-17 PWI, serta peresmian bendungan irigasi Toraut, dan empat buah jembatan. Dalam amanatnya ketika membuka Kongres ke-17 PWI, Kepala Negara mengatakan bahwa pers kita telah makin memantapkan diri dengan mengembangkan kebebasan yang bertanggungjawab. Lebih jauh dikatakannya bahwa kebebasan yang bertanggungjawab ini perlu kita kembangkan dari kepribadian dan budaya masyarakat kita sendiri. Keseimbangan anatara kebebasan dan tanggungjawab itu perlu disadari sedalam-dalamnya oleh pers nasional kita dalam pengabdiannya kepada bangsa yang sedang membangun ini.

Menurut Kepala Negara, jika kebebasan dan tanggungjawab itu tidak berkembang secara seimbang, maka yang akan menjadi korban adalah masyarakat, sebab masyarakat akan mengalami kekusutan pikiran. Dalam hubungan ini Kepala Negara mengingatkan bahwa jika hal itu terjadi, maka pers telah gagal dalam melaksanakan fungsinya yang utama, yaitu menggelorakan semangat perjuangan bangsa, memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional, mempertebal tanggungjawab dan disiplin sosial, ikut meningkatkan kecerdasan bangsa, dan menggairahkan partisipasi rakyat dalam pembangunan.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Pembicaraan Empat Mata dengan Presiden Hongaria

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 14 November  1984 --- Mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 12.30 siang ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Hongaria Pal Losonczi di Ruang Jepara Istana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung dalam suasana persahabatan dan pengertian, kedua presiden bertukar pikiran yang mencakup liputan yang sangat luas, baik bilateral, regional maupun internasional. Hal-hal yang dibicarakan mencakup masalah politik, ekonomi, dan keamanan dunia.

Pukul 20.00 malam ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan Ketua Dewan Kepresidenan Hongaria dan Nyonya Pal Losonczi di Indonesia. Selesai santap malam, acara dilanjutkan dengan malam kesenian yang baru berakhir pada tengah malam. Diantara para pejabat Indonesia yang hadir dalam acara tersebut tampak Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Mengadakan Pembicaraan dengan Perdana Menteri Inggris

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Rabu, 14 November  1979 --- Di London pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher, di Downing Street 10. Dalam pertemuan itu Presiden didampingi oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja dan Menteri Koordinator Bidang Ekuin, Widjojo Nitisastro. Selain masalah bilateral, dalam pertemuan tersebut telah pulah dibahas sejumlah masalah-masalah internasional, termasuk Asia Tenggara dan soal Kamboja. Menyangkut masalah bilateral, Presiden Soeharto dan PM Thatcher sepakat bahwa perdagangan dan kerjasama antara kedua negara perlu ditingkatkan.

Presiden dan Ibu Soeharto malam ini menghadiri jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Walikota Peter Gatsden dan warga kota London bertempat di Guildhall. Menyambut pidato Walikota antara lain Kepala Negara menguraikan secara ringkas tentang perkembangan politik dan pembangunan di Indonesia sejak kemerdekaan, serta kerjasama ASEAN. Berbicara mengenai pembangunan Indonesia, Presiden telah menjelaskan tentang pandangan bangsa Indonesia mengenai pembangunan. Pada kesempatan ini Presiden menawarkan kesempatan kepada masyarakat Inggris untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang sedang dilaksanakan secara besar-besaran oleh bangsa Indonesia. Dikatakan oleh Presiden bahwa bagi mereka yang ingin mengadakan usaha bersama-sama bangsa Indonesia, maka lebih dari sekedar keuntungan ekonomi yang menunggu di Indonesia, mereka juga akan menikmati kepuasan rohani. Hal ini karena, demikian Presiden, mereka akan menyertai suatu bangsa yang sedang berjuang untuk mencapai kehidupan hari esok yang lebih baik.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Presiden Soeharto Menrima Pimpinan DPA

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum’at 14 November  1980 --- Presiden Soeharto di Bina Graha hari ini menerima pimpinan DPA. Sesuai pertemuan tersebut Wakil Ketua DPA Prof. Sunawar Sukowati mengatakan bahwa DPA menilai keadaan politik di Indonesia secara makro adalah stabil. Kepada Presiden, dalam pertemuan tersebut DPA menyampaikan pertimbangan-pertimbangan dalam usaha mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam pidato kenegaraan Presiden tanggal 16 Agustus 1980 sebagai arah pemantapan stabilitas nasional, bangsa dan negara, terutama dinilai dari kemelut internasional yang terjadi dewasa ini.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto

Penyerahan 145 buah Rumah Kepada Penderita cacat

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Selasa, 14 November  1978 --- Presiden Soeharto, selaku Ketua Yayasan Dharmais, hari ini menyerahkan 145 buah rumah kepada penderita cacat “Seroja”. Rumah-rumah yang terletak di Kompleks Wisma Seroja, Bekasi, Jawa Barat, itu merupakan bantuan untuk anggota-anggota ABRI yang menderita cacat tubuh dalam melaksanakan tugas, khususnya dalam Operasi Seroja di Timor Timur.

Sementara itu, bertempat di Bina Graha, pukul 08.30 pagi ini, Presiden Soeharto membuka Lokakarya Perluasan dan Pemerataan Kesempatan Kerja Serta Pemerataan Pembagian Pendapatan. Dalam amanatnya pada lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu, Presiden mengatakan bahwa masalah yang kita hadapi adalah bagaimana mengaitkan dan menyerasikan kenaikan laju pertumbuhan ekonomi dengan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja. Dikatakannya bahwa usaha ini sangat penting dan menentukan keberhasilan pembangunan kita dalam arti yang sesungguhnya. Oleh karena itu, Kepala Negara mengharapkan agar lokakarya ini dapat memberikan bahan-bahan yang lebih lengkap untuk pembuatan suatu kebijaksanaan yang lebih mendasar dan menyeluruh mengenai masalah perluasan dan pemerataan kesempatan kerja dalam rangka pemerataan pembagian pendapatan.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto