PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Peranan Besar Media Massa Sebagai Pelaksanaan Hak-Hak Asasi Manusia

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,
Senin, 11 November 1968---Dalam menyelesaikan masalah nasional, pers sebagai alat media massa mempunyai peranan yang sangat besar dan pemerintah selalu menghargai kebebasan pers sebagai salah satu alat pelaksana hak-hak asasi manusia. Tetapi hendaknya disadari bahwa pers nasional juga wajib memenuhi kewajiban asasinya, yaitu mengamankan dan memperhatikan kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto dalam menyambut terbitnya surat kabar “Pelopor Yogya” sebagai harian pagi.

Dalam sambutan tertulisnya pada pembukaan Munas Gerakan Koperasi Indonesia di Gedung Pola, Jakarta, Presiden Soeharto menegaskan bahwa tata perekonomian Indonesia sekali-sekali tidak akan meluncur ke arah liberalisme. UUD 1945 telah menegaskan bahwa bangsa kita harus mewujudkan demokrasi ekonomi yang berarti kemakmuran masyarakat harus diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang; demikian antara lain yang dikemukakan Presiden.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo

Pidato Presiden Soeharto pada Peringatan Pers Nasional

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Peringatan Pers Nasional dalam hal persatuan Wartawan Indonesia dan Serikat Penerbit Surat Kabar memperingati hari jadinya yang ke-50 tahun. Peringatan kali ini dilaksanakan di kota Solo, kota tempat lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia sentegah abad yang lalu. Peringatan kali ini bertepatan dengan peringatan  kemerdekaan Indonesia pada bulan agustus 1945 yang lalu, Bukan hal yang kebetulan bahwa beriringan dengan peringatan 50 tahun Indonesia merdeka pada bulan agustus 1945 banyak organisasi yang memeringati 50 tahun usianya. 

Ini merupakan bukti sejarah bahwa kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945, mendapatkan dukungan yang luas dari rakyat Indonesia. Negara yang baru diproklamisikan, memang sangat membutuhkan dukungan dari rakyat itu sendiri. Proklamasi kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan begitu lama, melalui berbagai cara untuk bisa mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia. Itulah sebabnya mengapa banyak organisasi tumbuh di Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.  Bukan hanya organisasi kemasyarakatan dan organisasi kekuatan sosial politik, tetapi juga kesatua-kesatua persenjataan. 

Organisasi persenjataan merupaka tentara rakyat dan tentara nasional, di mana organisasi persenjataan memilih sendiri panglima besarnya, untuk kemudian dilantik secara resmi oleh Pemerintah. Dengan dukungan rakyat dari berbagai bidang, telah berhasil meyakinkan kepada lawan dan dunia internasional. Bahwa kemerdekaan Indonesia tidak bisa ditawar lagi dan telah melancarkan perang kemerdekaan dan perjuangan proklamasi, sehingga pada tahun 1949 negara mengakui kemerdekaannya, Olehnya itu dukungan rakyat sangat sangat dibutuhkan.

Pers Nasional sebagai Pers Perjuagan terutama dibidang pembangunan, sebab Pers Nasional merupakan pers pembangunan. Sekarang telah mengalami persaingan global yang dahsyat terutama dibidang informasi dan komunikasi. Ini merupakan tugas bagi pers nasional, jika pers nasional bisa bersaing dalam perkemangan global, maka pers nasional akan menjadikan perjuangan hidup dan perjuangan pendidikan baik pembakalan, penerbit, pemilik atau kelompok, tetapi tidak bagi kepentingan perseorang. Tantangan yang dihadapi pers nasional adalah tetap mangembangkan wilayah Nasional dengan tetap konsisten dengan jati dirinya di satu via dan lain via, dapat menyesuikan diri di tengah-tengah perubahan zaman terutama mampu bersaiang dalam media global.

Namun akhir-akhir ini, sudah banyak pelanggaran yang telah disepakati oleh per nasional dan wartawan melalui hasil tulisan yang dipublikasikan misalnya, pemerintahan yang tidak mempertimbangkan kepatutan dan berita yang bersifat spekulatif dan dapat menganggu rasa tentram dalam masyarakat, mencampur adukan antara fakta dan opini yang merugikan atau menguntungkan satu pihak dan seterusnya. Olehnya karena itu, pada peringatan pers nasional yang usiannya ke-50 tahun, agar dapat memperhatikan perkembangan yang dapat merugikan masyarakat. Untuk itu PWE dan SBS perlu mengawasi diri, untuk menumbuhkan organisasi dan lemaga profesional sehingga dapat mengembangkan masyarakat yang juga semakin profesional. Sudah sepatutnya juga kita mengingat bahwa salah satu tujuan kemerdekaan yang tercantum dalam pemukaan UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa dan langsung diigatkan dalam kode etik wartawan Indonesia. Jelaslah bahwa pers nasional merupakan lembaga yang paling penting dalam proses pengagasan, dan media informasi.

Sumber :  Video Pidato Presiden Soeharto Ulang Tahun Pers Nasional
Penyusun : La Ode Hendri

Pernyataan Presiden Soeharto yang Membela AURI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,
Senin, 4 Oktober 1965 --- Dalam masyarakat beredar anggapan bahwa AURI berada dibalik penghianatan PKI; olwh sebab itu melalui RRI Presiden Soekarno mengeluarkan pernyataan yang bersifat membela AURI. Presiden menegaskan dalam siaran RRI itu, bahwa: 1. Tuduhan bahwa AURI tersangkut dalam G-30-S adalah tidak benar; 2. Kepergiannya ke Pangkalan Angkat Udara Halim adalah atas kemauannya sendiri; dan 3. Harus waspada jangan sampai AU dan AD dapat diadudomba.
Pada jam 9.00 pagi PangkostradMayjen. Soeharto telah berada di Lubang Buaya untuk menyaksikan sendiri pengangkatan jenazah enam perwira tinggi dan satu perwira pertama AD dari seebuah sumur tua. Dengan bantuan anggota Kipam (Kesatuan Intai Para Amfibi) KKO-AL dan rakyat setempat, jenazah para perwira TNI-AD yang menjadi korban keganasan PKI itu dapat dikeluarkan satu demi satu. Pengangkatan jenazah baru selesai lebih-kurang pukul 2.00 siang. Selesai pengangkatan tersebut, Jenderal Soeharto memberikan komentar: “...jelas betapa kejam dan biadapnya aniaya yang dilakukan oleh petualang-petualang Gerakan 30 September. Ketujuh jenazah Pahlawan Revolusi, enam Jenderal dan seorang perwira pertama, ditemukan dalam keadaan tubuh yang jelas penuh luka karena siksaan. Bekas luka disekujur tubuh akibat siksaan sebelum ditembak mati masih membalur pada tubuh-tubuh pahlawan kita”. Selanjutnya dikatakannya, “... karena Lubang Buaya jelas berada di kawasan AURI, jelas ada oknum AURI yang terlibat. Saya minta pimpinan AURI segera mengambil tindakan terhadap anggotanya yang melanggar sumpah prajurit”.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menerima Para Ketua PWI dan Pimpinan Redaksi Seluruh Indonesia di Bina Graha

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,,


Selasa, 25 September 1984 --- Bertempat di Bina Graha, pada jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima para Ketua PWI dan pemimpin redaksi seluruh Indonesia. Mereka baru saja menghadiri pertemuan koordinasi antara PWI dengan para pemimpin redaksi suratkabar dan majalah. Diantara 165 tokoh wartawan yang menghadiri pertemuan dengan Kepala Negara pagi ini tampak Ketua Umum PWI Pusat, Zulharmans.
Dalam amanatnya, Presiden antara lain menegaskan bahwa bahaya terhadap Pancasila bukan saja datang dari rongrongan dari luar, tetapi juga dari dalam, yaitu jika kita tidak sungguh-sungguh mengamalkan Pancasila dan jika kita tidak melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Karena itu sangat tepat petunjuk GBHN 1983, bahwa penerangan dan media massa sebagai sarana pembangunan bangsa harus dapat membudayakan Pancasila dan UUD 1945 dalam segala segi kehidupan rakyat Indonesia. Disamping itu pers khususnya perlu meningkatkan fungsinya sebagai penyebar informasi yang obyektif, melakukan kontrol sosial yang konstruktif, menyalurkan aspirasi rakyat  dan meluaskan komunikas dan partisipasi masyarakat.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menerima 30 Wartawan Wanita Malaysia di Bina Graha

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,


Senin, 18 September 1972 --- Pagi ini di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima 30 wartawan wanita Malaysia. Pada kesempatan itu, Presiden mengatakan bahwa Indonesia dewasa ini sedang giat melaksanakan pembangunan yang dilakaukan secara bertahap guna mengejar ketinggalan-ketinggalan dalam mengisi kemerdekaan. Perjuangan Indonesia didalam pembangunan dimulai dari desa-desa, sebab 80% rakyat Indonesia berasal dari desa dan hidup sebagai petani. 

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo