PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 31 Agustus 1967 - 31 Agustus 1987

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Kamis, 31 Agustus 1967
Menutam bidang Hamkam Jenderal Soeharta dalam pesannya pada pembukaan pendidikan Pawamil ABRI mengatakan bahwa ABRI sebagai alat kekuasaan negara mempunyai tugas pokok untuk mengawal, mengamalkan dan menyelamatkan revolusi beserta tujuan-tujuannya. Tugas pokok itu, menurut Jenderal Soeharto dicapai dengan menyusun suatu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Hankamrata) yang berintikan kekuatan ABRI dengan mengikutsertakan seluruh masyarakat dalam membela negara.

Sabtu, 31 Agustus 1968
Hari ini adalah hari kedua dan terakhir dari kunjungan kerja Presiden Soeharto di Provinsi Aceh. Pada kesempatan ini, Presiden Soeharto telah meninjau Pelabuhan Olele, Banda Aceh. Pelabuhan alam ini tampaknya sudah berada dalam situasi yang memprihatinkan dan memerlukan perhatian yang besar. Dalam kunjungan itu, Presiden menaruh perhatian yang dalam pada usaha-usah rehabilitasi yang sedang dilakukan dalam pelabuhan tersebut. Selain pelabuhan, Presiden meninjau proyek pertenakan di Sibreh, dimana ia telah memberikan hadiah sebesar Rp. 22.500,- untuk pemilik tiga ekor sapi terbaik di antara 25 ekor yang dipamerkan. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menyerukan agar kaum tani bergerak di dalam bermacam-macam bidang usaha, seperti peternakan, pertanian, perkebunan; barulah dengan demikian para petani akan meningkatkan kehidupan ekonomi mereka, demikian Presiden Soeharto.
Dalam kunjungan di Daerah istimewah Aceh ini, Presiden Soeharto telah pula bertemu muka dengan pejabat-pejabat pemerintah di daerah, tokoh-tokoh partai politik dan organisasi massa. Pada kesempatan itu Presiden menegaskan bahwa penghancuran sisa-sisa G-30-S/PKI adalahkeharusan yang mutlak demi mengamakan Pancasila dan negara. Dalam hubungan ini Presiden mengingatkan bahwa kendatipun masih ada bahaya PKI namun kita tidak perlu gelisah, dan sebaiknya jangan pula lalai mentang-mentang ada ABRI yang dengan giat menumpas sisa-sisa PKI itu.

Senin, 31 Agustus 1970
Presiden Soeharto menangguhkan rencana kunjungan kenegaraanya ke Negeri Belanda dan Jerman Barat selama 1 x 24 jam, Penangguhan ini dilakukan sehubungan dengan kerusuhan yang terjadi di negeri kincir angin itu menjelang keberangkatan Presiden dan Ibu Soeharto. Menurut rencana semula Presiden beserta rombongan hari ini akan bertolak ke Negeri Belanda.

Selasa, 31 Agustus 1971
Presiden Soeharto jam 09.00 malam ini meresmikan Festival Seni Ramayana Internasional yang pertama di Pandaan, Malang, Jawa Timur, dengan tiga kali pukulan gong di pentas Chandara Wilwatika. setelah itu, peserta-peserta dari Birma, India, Khmer, Malaysia, Muangthai, serta Indonesia mempertunjukkan petikan dari ceritera-ceritera Ramayana dengan versi masing-masing.

Kamis, 31 Agustus 1972
Presiden Soeharto mengharapkan agar penanaman modal asing di Indonesia dapat mendorong berkembangnya kemampuan usahawan dalam negeri. Usahawan dalam negeri pada saatnya nanti harus menjadi kekuatan pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian dikatakan Presiden dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh ketua Bappenas Widjojo Nitisastro didepan 75 pengusaha asingyang tergabung dalam Business Internasional Indonesia di Istana Negara.

Sabtu, 31 Agustus 1974
Presiden Soeharto telah menerima Bintang Kehormatan Tertinggi Republik Singapura dari Presiden Singapura, Benjamin Seares. Kepala Negara Indonesia telah pula menganuhgerahkan Bintang Kehormatan Tertinggi Republik Indonesia, Adipura, kepada Presiden Seares, dan Bintang Kehormatan Adipradana Kepada Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew.
Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto mengakhiri kunjungan kenegaraan di Singapura. Tetapi pukul 11.30, pesawat keperesidenan mendarat di Halim Perdanakusuma.

Rabu, 31 Agustus 1977
Dalam sambutannya pada peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Istiqlal malam ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa ada dua peristiwa besar dan bersejarah dalam bulan suci Ramadhan kali ini, yaitu hari Proklamasi Kemerdekaan dan Hari Nuzulul Qur’an. Yang pertama merupakan modl pembersihan diri dari belenggu penjajahan, sedangkan yang kedua, bagi umat islam, merupakan momen pembebasan diri dari belenggu kejahilan. Presiden menganjurkan agar hidup kita sedar-hana dan menjauhkan diri dari hidup bermewah-mewahan. Adalah sangat terpuji apabila para hartawan dan orng-orang kaya memerangi nafsu bermwah-mewah dan mengalihkannya ke perlombaan menghidupkan usaha-usaha di bidang sosial. Hal ini kita laksanakan dalam rangka usaha besar dalam membangun massyarakat sosialistis religius, yaitu masyarakat Pancasila.

Kamis, 31 Agustus 1978
Presiden Soeharto hari ini menunjuk Menko Polkam, Jenderal Panggabean, untuk mewakilinya dalam penobatan Paus yang baru di Vatikan, Roma, pada tanggal 3 November yang akan datang. Demikian diputuskan oleh Presiden dalam pertemuannya dengan Menko Polkam siang ini di Cendana.
Dikemukakan oleh Jenderal Panggabean bahwa dalam pertemuan tersebut juga dibahas beberapa masalah lainnya. Diantaranya adalah soal penantaran P4 bagi pegawai negeri, sesuai dengan ketetapan MPR dalam siding umum yang lalu. Menurut Panggabean, saat ini Pemerintah sedang melakukan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan penataran tersebut. Masalah lain yang dibicarakan adalah menyangkut usaha-usaha konsolidasi Golkar.

Senin, 31 Agustus 1981
Pengurus Besar Pepabri jam 09.00 pagi ini mengahadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Para pengurus Pepabri yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah HI Widyapranata, R Sukardi, G Wargiman, R Moedjoko Koesoemodirdjo, RT Hamzah, GPH Djatikusumo, Prof. dr. Satrio, H Mansyur, dan R Memet Tanumidjaja. Dalam pertemuan itu mereka mengharapkan kesediaan Presiden Soeharto untuk docalonkan sebagai Presiden RI pada tahun 1983 mendatang.

Selasa, 31 Agustus 1982
Presiden Soeharto pagi in di Bina Graha menerima Team Penyempurnaan Puku Pendidikan Moral Pancasila yang tersediri dari Sekretaris Kabinet, Moerdiono, selaku Ketua, dengan anggota-anggota Dardji Darmodiharjo, Anto Timur Djaelani, Djamaludin Tambun, dan Padmo Wahyono. Dalam pertemuan itu Presiden menyetujui penyempurnaan buku Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang dilakukan oleh team antara departemen itu. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara menginsteruksikan Departemen P dan K untuk mencetak buku PMP yang sudah disempurnakan. Selanjutnya Presiden menyatakan bahwa PMP sangat penting, karena itu perlu diajarkan kepada setiap anak didik. Namun diingatkan pula bahwa Pancasila itu bukan agama dan buku PMP bukanlah buku pendidikan agama.

Rabu, 31 Agustus 1983
Jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto melarik lima orang Duta Besar baru Indonesia Dalam suatu upacara di Istana Negara. Mereka yang dilantik tersebut adalah Duta Besar Drs Martono Kadri untuk Kuwait, Duta Besar Bambang S Kusumonegoro untuk Laos, Duta Besar Dr Hasjim Djalal untuk Kanada, Duta Besar Letjen. (Purn.) Wiyogo Atmodarminto untuk Jepang, dan Duta Besar Ilen Surianegara untuk Aljazair dan Guinea.
Membekali para duta besar baru mengenai tugas mereka, dalam amanatnya Kepala Negara mengatakan bahwa pokok usaha kita, di stu pihak, adalah mengurangi sejauh mungkin dampak negative yang akan menghambat jalannya pembangunan nasional kita itu. Dalam kerangka yang lebih luas, kita haris berusaha untunk mengatasi akibat-akibat buruk dari berbagai krisis dunia, dan bersamaan dengan itu ikut mencari jalan pemecahan yang lebih mendasar terhadap beraneka ragam ketimpangan dunia yang menjadi sumber pokok kerisis-kerisis dunia.

Senin, 31 Agustus 1987
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima penghargaan dari Dana PBB untuk Kependudukan (UNFPA) berupa “Jam Kependudukan”. Direktur Program UNFPA yang berkependudukan di New York, Joseph van Arendonk menyerahkan penghargaan tersebut sebagai rasa terimakasih atas partisipasi Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto dalam peringatan kelahiran bayi kelima miliar pada tanggal 11 Juli 1987. Selain itu penghargaan tersebut diberikan juga atas dasar partisipasi Presiden Soeharto dalam acara film televise internasional yang berjudul “The day of the Five Bilions”
Empat belas duta besar dilantik oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara pagi ini di Istana Negara. Keempat belas duta besar itu adalah Mayjen. (Purn) Nasrun Syahrun untuk Turki, Marsda, Rusman untuk Austeralia, Drs KH. Pudjiwinarto untuk Tunisia, A Kobir Sasradipoera MA untuk Bulgaria, HR Enap Suratman untuk Cekoslowakia, Rony H Kurniadi untuk Vatikan, Letjen (Purn) Yogi Supardi untuk Jepang, Drs Suwarno Danusutejo untuk Brazil merangkap Per, Bolivia, dan Columbia, Teuku Mochatar Thajeb untuk Ethiopia, Drs Yudo Sumbono untuk Venezuela, merangkap Trinidad dan Tobago, David Napitupulu untuk Mexico dan Kuba, Sanadji untuk Korea Utara, Ambiar Tamala untuk Polandia, dan Drs Rachadi Iskandar untuk Italia merangkap Malta.
Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa untuk mampu melanjutkan pembangunan, kita harus berasil dalam mengambil langkah-langkah yang telah kita tetapkan, seperti peningkatan ekspor non-migas, peningkatan arus wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, dan menarik penanaman modal. Oleh sebab itu Presiden Soeharto memintya agar para duta besar dalam melaksanakan tugasnya juga harus aktif berusaha mengembangkan kerjasama ekonomi dengan Negara-negara tempat mereka bertugas, khususnya dalam menarik modal, meningkatkan ekspor non-migas, dan meningkatkan arus wisatawan.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 30 Agustus 1968 - 30 Agustus 1986

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Juma’at, 30 Agustus 1968
Presiden Soeharto mengatakan bahwa rakyat Sumatera Barat telah menunjukkan perhatian dan kesungguhan dalam usaha perbaikan ekonomi, sesuai dengan sasaran yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Demikianlah kean Presiden tentang  Sumatera Barat yang disampaikan kepada rakyat sebelum meninggalkan provinsi di tepi barat Pulau Sumatera itu. Lebih lanjut Presiden mengemukakan bahwa ia melihat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan penghasilan rakyat di Sumatera Barat, terutama di sektor pertanian. Untuk itu peranan swasta nasional harus dapat dimanfaatkan. Kepada pemerintah daerah diminta agar dapat memberikan perhatian yang sunguh-sungguh pada bidang perkebunan sehingga dapat meningkatkan hsil ekspor.
Dalam kunjungannya di Sumatera Barat, Presiden telah menghadirkan dua ekor kuda jantan kepada pemerintah daerah setempat, sebagai kenang-kenangan di provinsi itu.

Sabtu, 30 Agustus 1969
Presiden Soeharto mengharapkan agar pola lama manajemen di bidang perbankan dapat segera di ubah. Presiden mengingatkan bahwa dalam masa pembangunan yang kita laksanakan dengan demokratis ini diperlukan pola manajemen yang edukatif-dinamis. Agar perbankan berfungsi dengan baik dan efisien, maka dunia perbankan perlu memahami benar-benar strategi Pelita, prioritas-prioritas sasaran yang hendak di capai, bahkan renana-rencana tahunannya. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden Soeharto ketika meresmikan pembukaan gedung baru Bank Dagang Negara di jalan Thamrin, Jakarta.
Setelah mendengar laporan beberapa menteri bidang ekonomi dalam sidang kabinet terbatas pagi ini di Wisma Negara, Presiden menginstruksikan agar penanaman modal asing disebar di seluruh Indonesia. Dalam hubungan ini Presiden meminta agar diadakan penyelidikan mengenai penyebab daripada menumpuknya investasi asing di Jakarta. Sementara itu Presiden mengharapkan agar para gubernur memberikan perangsang kepada  penanam modal asing, tetapi dengan tidak keluar dari garis-garis yang telah ditetapkan dalam UU penanaman Modal Asing.

Kamis, 30 Agustus 1973
Presiden Soeharto meminta perusahaan penerbangan nasional, Garuda, agar mempersiapkan diri untuk mengangkut jemaah haji lewat udara yang jumlahnya akan lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Demikian dijelaskan oleh Direktur Utama Garuda, Wiweko, setelah menghadap Kepala Negara siang ini.

Sabtu, 30 Agustus 1975
Presiden Soeharto Hari ini di Cendana mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri ad Interim, Mochtar Kusumaatmadja, Kepala Staf Operasi Hankam, Benny Moerdani. pembicaraan tersebut berkisar sekitar perkembangan Dr. Antonio Almeide Santos, untuk Presiden Portugis, di Jakarta. Sedianya Kepala Negara akan menerima Dr. Santos diang ini, akan tetapi karena perundingan dengan pihak Departemen Luar Negeri dinyatakan belum selesai, maka ia tidak jadi diterima oleh Presiden Soeharto.

Selasa, 30 Agustus 1977
Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja setelah diterima Presiden Soeharto di Cendana mengemukakan bahwa Direktur Jenderal Imigrasi telah diintruksikan untuk membantu operasi tertib serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan Kaskopkamtib. Dikatakan selanjutnya Departemen Keakiman juga telah melakukan penertiban sejak lama dan bukan baru sekarang saja. Menteri Kehakiman dalam kesempatan tersebut juga melaporkan tentang hasil-hasil Konferensi Hukum Laut Internasional yang langsung di New York baru-baru ini.

Kamis, 30 Agustus 1979
Hari ini di Semarang, Kepala Negara menganugerahkan Tanda Kehormatan Parasamya Purnakarya Nugraha kepada Daerah Tingkat 1  Jawa Tengah dan Tanda Kehormatan Prayojana Kriya Pata kepada Daerah Tingkat I Jawa Timur. Parasamya Purnakarya Nugraha diberikan lima tahun sekali kepada daerah tingkat I yang menunjukkan hasil karya tertinggi dalam melaksanakan Pelita dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semetara itu, Prayojana Kriya Pata diberikan kepada daerah tingkat I yang mampu mempertahankan laju pembangunan di daerahnya,
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam jangka panjang tujuan pembangunan kita adalah terwujudnya masyarakat yang mendatangkan kemajuan, memberikan kesejahteraan dan terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat. Untuk mewujutkan masyarakat yang demikian itu, kita harus membangun di segala lapangan. Karena itu, demikian diingatkannya, tantangan pembangunan kita juga tidak kecil. Karena itu pula pembangunan ini meminta kesabaran dan meminta waktu, meminta ketekunan bekerja, bahkan kerja keras. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Sabtu, 30 Agustus 1986
Peserta Rapim ABRi 1986, jam 09.00 pagi ini diterima Presiden Soeharto di Istana Negara. Pada kesempatan itu Panglima ABRI Jenderal LB Murdani telah menyampaikan laporan  mengenai hasil-hasil Rapim itu.
Diantara pesan-pesannya kepada para pemimpin ABRI itu, Presiden mengatakan bahwa sebagai stabilisator dan dinamisator pembangunan, ABRI hendaknya mampu menggerakkan seluruh bangsa dalam mewujudkan disiplin nasional agar kita menjadi bangsa yang produktif. Dikatakanya bahwa apabila seminar TNi ABRI yang baru-baru ini diselenggarakan telah menghasilkan sumbangan pikiran dalam mensukseskan pembangunan nasional, maka secara konsekuen ABRI harus menjadi kekuatan bangsa kita yang pertama dalam pelaksanaannya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 29 Agustus 1966 - 29 Agustus 1989

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 29 Agustus 1966
Memberikan sambutan pada Mubes ke-3 Angkatan ’45, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa faktor historis dari pada Angkatan 45 ialah tidak pernah absen dalam perjuangan sejak revolusi 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Jenderal Soeharto mengharapkan agar dalam menumpas pertualangan kontra-revolusi G-30-S/PKI, Angkatan ’45 tetap menjaga nama baik, jiwa dan semangat Angkatan ’45. Dalam kesempatan tersebut Jenderal Soeharto, menggambarkan tugas-tugas dari Angkatan ’45 yang antara lain ialah pertama, mewariskan jiwa dan semangat Angkatan ’45 kepada generasi yang akan atang. Kedua, mengamankan, mengamalkan, menyebarkan dan memperjuangkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945.

Kamis, 29 Agustus 1974
Sebelum meninggalkan Birma hari ini, Presiden Soeharto dan Presiden Ne Win telah mengeluarkan suatu pernyataan bersama. Dalam pernyataan bersama itu antara lain menyatakan bahwa Birma mendukung konsep Wawasan Nusantara yang sedang diperjuangkan Indonesia.
Presiden Soeharto dan rombongan hari ini tiba di Singapura dalam rangka kunjungan kenegaraan selama dua hari. Ini merupakan kunjungan pertama dari seorang Kepala Negara Indonesia setelah Singapura mengurus kemerdekaannya.
Pada hari pertama kunjungan Presiden Soeharto, telah ditandatanganisuatu persetujuan dasar tentang kerjasama ekonomi dan teknik antara kedua negara, disamping dipertukarkan naskah ratifikasi perjanjian batas laut teritoriala antara kedua negara di Selat Singapura. Persetujuan dasar tentang kerjasama ekonomi dan teknik itu ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Menteri Luar Negeri Rajaratnam. Persetujuan ini menyangkut peningkatan kerjasama di bidang perdagangan, investasi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi.

Selasa, 29 Agustus 1978
Setelah melapor hasil kunjungannya ke Sulawesi Utara kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini, Sesdalopbang, Solichin GP, mengatakan bahwa hama wareng jenis biotipe II di luar dugaan telah di temukan di Kabupaten Minahasa baru-baru ini. Dalam hubungan ini Presiden telah menginsteruksikan agar hama ini segera diberantas; untuk itu Pemerintah akan mengirim 50 penyemperot ke Sulawesi Utara. Sementara itu, di daerah-daerah yang belum di serang akan diusahakan pencegahan antara lain dengan menggunakan VUTW (Varitas Unggul Tahan Wareng). Presiden juga menginsteruksikan agar pemberantasan hama sexava yang menyerang pohon kelapa ini Kepulauan Sangir Talaud dibasmi secara tuntas dengan memutuskan siklus hidupnya.

Rabu, 29 Agustus 1979
Presiden Soeharto hari ini di Geresik, Jawa Timur, meresmikan pabrik Fosfat miliki PT Petrokimia Gresik. Pabrik ini akan menghasilkan pupuk TSP, DAP dan NPK dengan kapasitas keseluruhan sekitar 460.000 ton setahun. Dengan pembangunan pabrik pupuk ini, maka dalam sepuluh tahun terakhir ini Indonesia telah membangun enam buah pabrik pupuk. Keenam pabrik itu ialah perluasan pabrik pupuk urea Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang, pabrik pupuk ure dan ZA di Gresik, pabrik pupuk urea Kujang di Jawa Barat, dan pabrik pupuk fosfat Gresik ini. Selain itu juga sedang dibangun masing-masing sebuah pabrik pupuk urea di Aceh dan Kalimantan Timur. Dengan memiliki pabrik-pabrik tersebut, maka dalam Pelita III nanti produksi pupuk Indonesia akan mencapai sekitar empat juta ton, padahal selama Pelita II tingkat produksi pupuk Indonesia baru dua juta ton saja.

Jum’at, 29 Agustus 1987
Salah satu tantangan yang harus kita jawab adalah bagaimana kita dapat meningkatkan mutu barang-barang kearajinan, sehingga dapat memberikan sumbangan pada kegiatan pembangunan. Malahan kita harus berusaha sekuat tenaga agar barang-barang kerajinan kita itu menarik minat wisatawan yang datang kemari dan juga harus kita usahakan agar dapat kita tingkatkan, maka hal itu merupakan langkah penting dalam keseluruhan usaha kita untuk memperbesar ekspor non-migas yang dalam tahun-tahun yang akan datang harus mendapat perhatian kita yang sebenar-benarnya.
Demikian dikatakan Presiden Soeharto ketika pagi ini membuka Pekan Kerajinan Indonesia 1987 di Sasono Langen Budoyo, TMII.

Senin, 29 Agustus 1988
Selama lebih kurang dua jam, mulai pukul 09.30 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan dan Energi, Ginandajar kartasamita, Direktur Utama Pertamina yang baru, Faisal Abda’oe, Menko Ekuin, Radius Prawiro, Menteri Keuangan, JB Sumarlin, dan Menteri/Sekretaris Kabinet, Moerdiono, di Cendana. Usai pertemuan, Ginandjar mengatakan bahwa Presiden telah member insteruksi untuk meningkatkan pemasaran minyak mentah serta berbagai produksi minyak lainnya ke luar negeri dan juga meningkatkan efisiensi dalam segala bidang, terutama dalam bidang operasi.
Presiden mengingatkan bahwa efisien itu perlu dilakukan agar Indonesia nis memperoleh semaksimal mungkin dari sector migas ini. Sebagai contok, disebutkan oleh Presiden bahwa kilang-kilang minyak yang ada sekarang ini belum dimanfaatkan sepenuhnya, karena kilang-kilang tersebut baru beroperasi 80% dari kapasitas terpasang. Dengan kenyataan yang demikian, Presiden mengharapkan pimpinan Pertamina yang baru memikirkan peningkatan efisiensi itu. Dalam hubungan ini Kepala Negara emngingatkan bahwa kita sekarang menghadapi tantangan yang cukup berat sehubungan dengan turunnya harga minyak si pasar luar negeri.

Selasa, 29 Agustus 1989
Presiden Soeharto hari ini menyetujui rencana induk baru pengembangan Gelora Senayan Jakarta, yang penyusunannya dirangkaikan dengan kerangka rencana Induk Pengembangan DKI Jakarta sampai tahun 2005. Persetujuan itu dikemukakan Presiden sewakru menerima laporan tentang rencana tersebut dari Badan Penglola Gelora Senayan.


Sumber : Buku Jejak Langkah  Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 28 Agustus 1967 - 28 Agustus 1982

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 28 Agustus 1967
Pejabat Presiden dalam amanatnya pada pembukaan Rapat Kerja Bulog di gedung Intdam V/ jaya hari ini, antara lain mengatakan bahwa Bulog dibentuk bukan sekedar meneruskan tugas Kolognas antara penggantian baji dari pada badan-badan yang terdahulu. Bulog di bentuk untuk menjamin kelancaran persediaan Sembilan bahan pokok kebutuhan rakyat.

Rabu, 28 Agustus 1968
Presiden Soeharto mengatakan bahwa setiap Provinsi harus membuwat rencana pembangunan. Akan tetapi rencana tersebut harus sama dengan pola rencana pada tingkat Nasional,  yaitu Repelita. Khususnya mengenai pelaksanaan pembangunan di daerah Riau, Presiden Soeharto mengharapkan rencana pembangunan Riau dapat memusat perhatian kepada peningkatan produksi panggan baik dengan cara intensif maupun dengan cara efektif. Menurut Presiden Soeharto usaha untuk membuka usaha tanah persawahan baru sangat memungkinkan di Provinsi ini, sebab Riau memiliki daerah pasang-surut yang sangat luas. Demikian antara lain kesan-kesan Presiden Soeharto tentang kunjungan kerjanya di Provinsi Riau. Pukul 9.00  pagi ini Presiden Soeharto beserta Rombongan meninggalkan Pekanbaru menuju Padang.
Pagi ini Presiden Soeharto, yang memulai kunjungan kerjanya di Sumatra Barat, di sambutr hangat oleh ribuan rakyat di Lapangan Tugu, Padang. Berpidato di halaman nasyarakat kota padang itu, Presiden berbicara  mengenai rencana pembangunan Nasional. Dijelaskan oleh Jenderal Soeharto bahwa Repelita yang akan di laksanakan mulai tahun 1969 bertujuan untuk mencapai masyarakat Indonesia yang aman dan Tenteram, Sejahteri lahir dan batin. Untuk itu pemerintah akan mengutamakan pembangunan di bidang pertanian dan industerinya, seperti industeri pupuk dan lain-lain.

Kamis, 28 Agustus 1969
Pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Uni Soviet yang Baru, Mikhail Mikhilovich Walkov, di Istana Merdeka. Dalam pidatonya Presiden menyatakan Penghargaannya terhadap maksut dari Uni Soviet  untuk mengadakan hubungan dengan semua Negara yang tidak tergantung kepada susunan kemasyarakatanserta tidak mencampuri urusan dalam negeri Negara-negara yang bersangkutan, sebagaimana yang dikatakan duta besat Wolkov dalam pidato penyerahan surat kepercayaannya.  Menyinggung soal perundingan antara Indonesia – Uni Soviet yang kini sedang berlangsung, Presiden mengharapkan agar hubungan persahabatan yang telah terjalin antara kedua Negara akan menjadi lebih baik lagi di hari-hari mendatang. Presiden juga menyatakan penghargaan terhadap Uni-Soviet atas pengertiannya terhadap kesulitan yang sedang di hadapi Indonesia.
 
Selasa, 28 Agustus 1973
Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomu Nasional yang di pimpin oleh Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha memutuskan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri pada umumnya, sesuai dengan kemampuan keuangan Negara. Keputusan yang tertuang dalam Peratuaran Pemerintah No.12 Tahun 1973, yang berlaku surt per 1 April 1973, menaikkan tunjangan kerja minimum Rp 1.750,- menjadi Rp 2.000,-. Dengan demikian penghasilan terendah pegawai negeri akan menjadi Rp 4.300,- per bulan.

Selasa, 28  Agustus  1979
Wakil Presiden Adam Malik, yang akan mengepalai delegasi Indonesia ke KTT Non-Blok di Cuba, jam 09.00 pagi ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Wakil Presiden datang untruk melaporkan persiyapan keberangkatan delegasi Indonesia ke Havana dan untuk menerima Petunjuk-petunjuk terakhir dari Presiden Soeharto.
Pada kesempatan itu, Kepala Negara sekali lagi menegaskan garis kebijaksanaannya dan mengharapkan agar Negara-negara peserta KTT itu mempertahankan kemurnian asas-asas geerakan Non-Blok. Presiden juga mengharapkan agar delegrasi Indonesia mengusahakan agar Negara-negara Non-Blok mempertahankan kesatuan gerakan itu dalam bidang ekonomi.

Sabtu, 28 Agustus 1982
Presiden dan Ibu Soeharto hari ini berada di Provinsi Riau untuk meresmikan beberapa Proyek pembangunan. Dalam acara yang berlangsung di lapangan udara Pasir Pangaraian. Presiden Secara sekaligus meresmikan Pelabuhan udara Pasir Pangaraian, pengingkatan jalan Rantau Berangin-Pasir Pangaraian, dam 48 jembatan konstruksi rangka baja dan beton yang tersebar di kabupaten-kabupaten dan Indragiri Hulu.
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa pembangunan Riau memang perlu dipergiat, sebab riau adalah  daerah yang subur dan kaya akan sumber-sumber alamnya serta  mempunyai letak yang strategis. Sampai sekarang ini kekayaan alam kota Riau memang belum dapat kita gali dan kita manfaakan sebaik-=baiknya, sebabnya antara lain adalah karena kurangnya sarana perhubungan dan tenaga kerja. Karena itu dengan bertambah baiknya sarana perhubungan di daerah ini, Presiden menyatakan keyakinannya bahwa masyarakat Riau akan lebih bersemangat lagi dalam berkerja dan membangun.


Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 27 Agustus 1969 - 27 Agustus 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Rabu, 27 Agustus 1969
Masih berada di Jawa Timur, hari ini Presiden Soeharto meninjau pameran produksi alat pertanian yang diselenggarakan di Pabrik Semen Geresik. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto memesan 4.000 buah alat pertanian, antara lain Pacul. Alat-alat tersebut akan di sumbangkan kepada rakyat di Irian Barat.

Rabu, 27 Agustus 1974
Presiden Soeharto dan Presiden Ne Will hari ini melanjutkan pembicaraan mereka di Pagan, lebih kurang 500 kilometer dari Ragoon. Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto juga berkesempatan mengunjungi kota Mandalay dimana terletak Pagoda Mahamuni yang tersohor. Dalam kunjungan di pagoda ini Presiden Soeharto telah member sumbangan sebesar US$200.

Sabtu, 27 Agustus 1977
Menteri Negara Ekuin Widjojo Nitisastro setelah melaporkan hasil kunjungannya ke wilayah dilanda gempa di Nusa Tenggara Barat pada hari Kamis dan Jum’at, di Cendana menyatakan bahwa Presiden Soeharto memutuskan untuk member bantuan sebesar Rp 50 Juta kepada Pemerintah Daerah NTB untuk membatu para korban bencana alam tersebut. Presiden juga menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Team SAR yang dipimpin oleh Marsma. Dono Indarto yang telah menjalankan tugasnya di NTB selama dua Minggu.

Rabu, 27 Agustus 1980
Presiden Soeharto menegaskan bahwa semua usaha pembangunan yang kini dilaksanakan dan bangsa Indonesia bukan hanya untuk generasi yang sekarang, melainkan juga dan terutama untuk generasi-generasi yang akan datang. Penegasan ini di kemukakan oleh Kepala Negara kepada DPP KNPI yang menghadap di Bina Graha pagi ini. Demikian diungkapkan Ketua Umum DPP KNPI setelah ia bersama sejumlah anggota DPP lainnya bertemu Presiden.
Pada kesempatan itu Presiden juga menegaskan betapa pentingnya kedudukan strategis dan peranan pemuda dalam rangka mengisi kemerdekaan, yaitu berupa langka-langkah yang sedang dilakukan dalam melaksanakan pembangunan. Presiden juga mengatakan bahwa dalam  rangka melaksanakan regenerasi tidak perlu ada peerbedaan antara pimpinan yang lebih tua dan pimpinan tyang lebih muda, sehingga dengan demikian dapat dipeerat jalinan harmonis antara kaum tua dan generasi muda.

Sabtu, 27 Agustus 1983
Pagi ini di Istana Bogor, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara Safari KB “ Senyum” Terpadu yang di hadiri oleh lebih kurang 5.000  orang calon akseptor KB. Dalam dialognya dengan para calon akseptor KB itu, Presiden  mengatakan antara lain Ibu- Ibu  peserta keluarga berencana adalah prajurit/pejuang pembangunan. Oleh sebab itu, demikian Kepala Negara, para peserta KB tidak perlu malu mengikuti program KB, malah sebaliknya Harus bangga.

Selasa, 27 Agustus 1985
Pukul 09.00 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto meninjau pameran produksi Indonesia 1985 di Silang Monas, Jakarta. Peninjauan Ini merupakan Kujunagan Presiden Soeharto yang ketiga kalinya ke pameran tersebut sejak dibuka awal bulan. Dalam kunjungannya kali ini Presiden dan Ibu Soeharto di damping dengan Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahdikusumah, meninjau anjungan-anjungan Departemen Kehutanan, Departemen Perindusterian, Departemen Pertambangan dan Energi, DKI, serta Hall A dimana divisualisasikan hasil-hasil pembangunan sejak Pelita I sampai sekarang ini.

Rabu, 27 Agustus 1986
Bertempat di Bina Graha, pagi ini Presiden Soeharto menerima empat orang anggota Parlemen Jepang dalam Kelompok Kerjasama Parlemen Jepang-Indonesia. Kepada rombongan yang di pimpin oleh Michio Watanabe itu, kepala Negara mengharapkan Jepang  tetap member bantuan kepada Indonesia. Hal ini dikemukakan Presiden mengingat Ekonomi Indonesia masih dalam keadaan yang sulit, karena merosotnya harga miyak.

Sabtu, 27 Agustus 1988
Presiden Soeharto hari ini melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tenggara dalam rangka persiyapan beberapa proyek pembangunan di sana. Acara Peresmian Proyek –Proyek senilai Rp 150 Miliar itu berlangsung di Kompeleks Irigasi Wawatobi Unaaha. Selain proyek Irigasi Wawatibi itu diresmikan pula RSU Kabupaten Kendari, PLTD WuaWua, serta Proyek pembudidayaan dan pengelolaan udang.  Proyek bendungan Wawatobi itu sendiri dibangun dengan biaya sebesar Rp68,673 Miliar.
Dalam kata sambutanya, Kepala Negara mengingatkan bahwa walaupun kita telah mencapai swaswmbada beras sejak tahun 1984, tetapi kita tidak boleh menjadi lengah, karena kebutuhan beras terus meninglkat sejalan dengan meningkatnya sejumlah penduduk. Jadi produksi padi harus tetap di tingkatkan agar sewadaya beras bertambah mantap. Selanjutnya dikatakannya nahwa dewasa ini kita memang sedang menghadapi ujian dan tantangan berat dibidang ekonomi. Tantangan dan ujian bnerat itu bukan berati harus kita hindari, melainkan harus kita hadapi dengan penuh percaya diri. Ujian-Ujian berat itu harus kita anggap sebagai tantangan yang harus kita tundukan, bukan sebagai halangan yang membuat kita patah semangat.

Senin, 27 Agustus 1990
Menteri Perminyakan Kuwait, Dr Rasheed Alamiri, pagi ini  diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia menghadap Kepala Negara dalam kapasitas sebagai utuasan khusus Emir Kuwait, Sheikh Jaber al Ahmad As Sabah. Setelah bertemu Presiden Soeharto, ia mengatakan bahwa Kepala Negara menegaskan dalam konfelik antar Irak dan Kuwait. Dijelaskan pula bahwa Indonesia juga tidak membenarkan invasi Negara manapun terhadap sebuah Negara lain.

Selasa, 27 Agustus 1991
Pada jam 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha Presiden Soharto menerima pengurus MUI. Selain Ketua Umum KH Hassan Basri, tokoh-tokoh MUI lainnya yang hadir dalam pertemuan itu adalah Prof KH Ibrahim Hosein, HS Prodjokusumo, Dr Ir M Amin Aziz. Mereka menghadap untuk melaporkan tentang perkembangan akhir dari persiapan pembentukan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto menjajikan peinjaman sebesar Rp3 Miliyar kepada BMI. Pinjaman itu diberikan Presiden tanpa bunga dan dananya akan di ambil dari YAMP. Selain member pinjaman, secara peribadi  Presiden juga menjanjikan akan mengumpulkan modal dasar yang diperlukan BMI sebesar Rp 10 Miliar.

Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 26 Agustus 1966 - 26 Agustus 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Jum’at, 26 agustus 1966
AD menyelenggarakan Seminar di Bandung yang berlangsung hari ini samapai 31 Agustus 1966. Menpangad Jenderal Soeharto pada pembukaan seminar tersebut antara lain mengharapkan para peserta dapat menghasilkan dua konsep/pasaran tentang pemerintahan, yaitu yang satu berupa perasaan berupa langkah –langkah yang perlu diambil oleh Negara, untuk menciptakan suasana setabil dalam bidang politik; dan yang kedua berupa prasaan tentang cara-cara kita mengatasi kehidupan perekonomian nasional.

Senin, 26 Agustus 1968
Pagi ini Presiden Soeharto bersama rombongan ,meninggalkan Jakarta menuju Pekan Baru. Pekanbaru merupakan persinggahan pertama, dalam rangka kunjungan kerja Presiden ke empat Provinsi di Sumatra, Yaitu Riau, Sumatera Barat, Aceh dan Sumatera Utara. Kunnjungan Presiden ke Sumatera merupakan bagian kedua dari kunjungan kerja sumatera. Sebagai mana di ketahui pada tanggal 15 – 12  Juli yang lalu, Presiden Soeharto telah berkunjung ke tiga provinsi lainnya di pulau tersebut, yaitu Lampung, Sumatera Selatan dan Jambi.
Di Pekanbaru hari ini Prsiden Soeharto menghadiri siding istimewa DPRD-GR Riau. Dalam Pidatonya, Presiden Soeharto antara Lain mengatakan bahwa PKI sedang merencanakan untuk berkuwasa kembali di Indonesia. Dalam rangka itu, demikinan Jenderal Soeharto, Partai terlarang merencanakan menggunakan daerah Riau sebagai basisnya, dari sana PKI selanjutnya akan berubah menguwasai seluruh Sumatera. Dipilihnya daerah Riau ini sebagai basis gerakan polotik PKI, tidal lain karena daerah ini sangat setrategis letaknya, antara lain dekat dengan jangkauan gerakan omunis Internasional.

Kamis, 26 Agustus 1971
Presiden dan Ibu Tien Soeharto menyambut Kepala Negara Belanda Ratu Julian dan Pangeran Bernhard di lapangan udara Kemayoran. Mereka berada di Indonesia selama 10 hari, dan ini merupakan kunjungan pertama dari Kepala Negara Belanda di Negara yang pernah menjadi jajahannya.
Untuk menghormati kunjungan Ratu Julian dan Pangeran Bernhard di Indonesia, mala mini Presiden dan Ibu Tien Soeharto meyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara. Dalam sambutannya, Presiden antara lain mengatakan keyakinanya bahwa seluruh rakyat Indonesia saat ini di liputu rasa bahagia dan kehormatan, karena justeru dalam masa Orde Baru ini telah terjadi peristiwa bersejarah: yaitu kunjungan pertamakalinya Kepala Negara Belanda, sejak adanya hubungan antara kedua bangsa yang telah berlangsung berabad-abad dan diliputi oleh segi suka-dukanya. Pada kesempatan itu Presiden juga mengucapka terima kasih atas segala pengertian dan bantuan bangsa Belanda kepada usaha-usaha Indonesia untuk membangun diri sesuai dengan pandangan hidup, cita-cita dan jalannya sendiri.

Minggu, 26 Agustus 1973
Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Israk Mikraj yang berlangsung di Masjid Istiqlal mala mini. Dalam pidatonya, antara lain Presiden membantah Isyu-isyu yang mengatakan bahwa RUU Perwakilan bertentangan dengan dan Mangbaikan ajaran Islam. Menyangkut masalah RUU Perwakilan yang sedang di bahas oleh DPR itu, ia meminta agar kita sebagai orang yang beragama dapat menahan diri. Selanjutnya kepala DPR ia mengharapkan agar lembaga legislative ini dapat menyelesaikan RUU tersebut dengan memperhatikan kepentingan masyarakat banyak.

Selasa, 26 Agustus 1975
Kepala Negara menginsteruksikan kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Koperasi untuk mengarahkan tataniga kopra kearah yang betul-betul menguntungkan para petani dengan menggunakan system BUUD/KUD. Selain itu Kepala Negara juga menginsteruksikan Instansi-Intansi terkait untuk melaksankan programnya masing-masing secara carmat, sehingga persediaan bahan pokok benar-benar terjamin selama bulan puasa dan lebaran. Instruksi tersebut dikeluarkan Presoiden didalam Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung pagi ini di Bina Graha.
Pada kesempatan itu, Presiden telah mengabulkan permintaan pemerintah Laos agar Negara tetangga di Indo-Cina itu dapat menggunakan setenga dari bantuan yang di berikan Indonesia untuk membeli beras dari Muangthai, sebagai mana dilaporkan oleh Menteri Perdagangan Radius Parwiro. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu Indonesia telah memberikan bantuan sebesar US$1.000.000,- kepada Laos. Ketika itu disepakati oleh kedua belah pihak bahwa dari sejumlah tersebut, US$500.00,- dapat digunakan oleh pemerintah Laos secara bebas sedangkan sisanya untuk membeli produk Indonesia yang dibutuhkan rakyat Laos, seperti Tekstil.

Selasa, 26 Agustus 1981
Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Selatan dalam rangka Panen Raya “ Operasi Lappo Ase” ( operasi gudang beras) si Watampone, kabupaten Bone. Kedatangan Kepala Negara dan rombongan disambut meriyah oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Selain menghadiri Panen Raya, Presiden juga meresmikan Sekolah Guru Perawat Tidung, Ujung Pandang, Pusat Pembibitan Ulat Sultera, Bili-bili dan Jembatan Sungai Tallo.
Menyambut Panen raya itu, Presiden menyatakan rasa Bangga dan berterimakasih kepada para petani karena produksi beras kita dapat terus di tingkatkan dengan angka-angka yang benar-benar mengesankan. Dikataknya bahwa tingkat produksi yang tinggi ini terutama adalah hasil jerih payah para petani dengan bantuan para pembinanya. Akan tetapi Presiden juga mengingatkan kembali bahwa produksi beras itu bertujuan meningkatkan taraf hidup kaum tani yang merupakan lapisan terbesar masyarkat Indonesia.

Kamis, 26 Agustus 1982
Pukul 10.15 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Ketua umum HSNI, Sugiharto, di Bina Graha. Pada Kesempatan itu Presiden Mengatakan bahwa pemerintah sekarang ini sedang menjajaki kemungkinan untuk mengusahakan penggantian kapal trawl dengan kapal jenis lain. Ini merupakan salah satu jawaban Pemerintah atas masalah yang di ajukan HSNI, yaitu bagaimana mengatasi masalah yang timbul akibat pelaksanaan Kepres No. 39 Tahun 1981 tentang penghapusan pengoprasian kapal-kapal trawal di seluruh Indonesia yang mulai dilaksanakan pada awal tahun ini.

Senin, 26 Agustus 1985
Presiden Soeharto, Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah dan sejumlah menteri Kabinet Pembangunan pagi ini melakukan Shalat Idul Adha 1405 Hijriah di masjid Istiqlal, Jakarta, bersama sebagian umat Islam ibu Kota. Setelah Shalat Ied, Presiden Soeharto menyerahkan kurban beberapa ekor sapi jantan kepada panitia kurban Masjid Istiqlal. Hal yang sam juga di lakukan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.

Rabu, 26 Agustus 1987
Presiden dan Ibu Soeharto hari ini mengadakan pertemuan silahturahmi dengan para peserta Musyawarah Nasional VI Persatuan Isteri Purnawirawan ABRI ( Persipa ) yang berlangsung di TMII.
Dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa agar kita berhasil dan selamanya dalam melampaui tahapan pembangunan yang menentukan di tahun-tahun yang akan datang, maka kita perlu terus memperbahuri semangat sebagai bangsa perjuang. Teradisi sebagai bangsa perjuang inilah yang harus tetap kita hidup-hidupkan dalam menghadapi tantangan-tantangan dan ujian-ujian pembangunan yang terberat di hadapan kita. Pengalaman pejuang bangsa kita menunjukan bahwa dengan bermodal semangat juang yang tinggi, kita berhasil merebut dan mempertahunkan kemerdekaan. Kita pun yakin bahwa dengan semangat juang yang tinggi, maka kita pasti akan dapat melanjutkan pembangunan dalam tahapan-tahapan yang akan datang.

Senin, 26 Agustus 1991
Pukul 11.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima 300 orang peserta apel besardan saeasehan bekas anggota BKR ( Badan Keamanan Rakyat ) di Istana Negara. Memberikan sambutan di acara itu, Presiden mengatakan bahwa cara untuk menjawat tantangan pembangunan memang berbeda cara-cara untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Perkembangan zaman yang terus berubah dengan sangat di namis harus mengubah cara-cara dalam menjawab suatu tantangan. Hamun jiwa, semangat dan etika perjuangan yang telah berhasil menjawab tantangan sejarah harus tetap menjadi pembimbing kita dalam melaksanakan pembanmgunan.

Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo

Jejak Langkah Pak Harto 25 Agustus 1969 - 25 Agustus 1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 25 Agustus 1969
Presiden Soeharto pagi ini menyerahkan Samkarnya Nugraha kepada Kodam IV/Sriwijaya dalam suatu upacara di Palembang. Dalam amanatnya Presiden antara lain menyatakan bahwa banyak sukses yang dicapai oleh ABRI dan banyak hal-hal positif yang telah dikerjakan, akan tetapi rakyat menuntut lebih banyak dan lebih baik lagi dari ABRI. Hal itu merupakan konsekuensinbagi ABRI yang menempatkan dirinya sebagai pelopor dalam perang kemerdekaan dan pelopor dalam pembangunan.

Selasa, 25 Agustus 1970
Dalam sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi yang berlangsung hari ini di Bina Graha, Presiden Soeharto telah meminta agar produksi dalam negeri dapat ditingkatkan. ia juga meminta kepada semua menteri agar masyarakat jangan terpikat oleh produksi luar negeri.

Rabu, 25 Agustus 1971
Masih berada di Palembang, pagi ini bertempat di Gubernuran Sumatera Selatan, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para alim ulama kota Palembang. Pada kesempatan ini Presiden mendorong para ulama untuk meningkatkan dakwah, sehingga umat islam setempat memenuhi kewajiban untuk membayar zakat. Ini merupakan potensi umat islam sendiri yang dapat digsli untuk dijadikan dana pembiayaan bagi kemajuan umat islam.
Kemudian, ditempat yang berbeda, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Lurah dan para pejabat daerah lainnya, serta pimpinan organisasi-organisasi politik. Dalam kesempatan ini Presiden menekankan pentingnya pelaksanaan keluarga berencana sekarang ini bagi pembangunan bangsa hari ini maupun masa mendatang.

Kamis, 25 Agustus 1977
Sebuah pesan khusus dari Presiden Soeharto telah disampaikan kepada Kepala Negara Nigeria Letjen. Olusedum Obasanjo, sehubungan dengan diselenggarakannya Konferensi Dunia Menentang Apartheid di Lagos mulai tanggal 22 -26 Agustus. Presidn telah pula menyampaikan ucapan selamat kepada pemerintah dan rakyat Nigeria sehubungan dengan peristiwa tersebut. Selanjutnya Presiden menyatakan, rakyat Nigeria telah menyediakan dirinya sebagai pemimpin dan berdiri dibarisan terdepan  dalam membantu perjuangan menentang rasialisme dan ketidakadilan serta menghapuskannya dan menunjukkannya kepada masyarakat internasioan.
Diadakannya konferensi ini mencerminkan keprihatinan yang semakin besar terhadap suatu sistem yang tidak hanya melukai hati nurani kemanusiaan, melainkan juga mengancam perdamaiandan keamanan. Kesadaran ini, kata Presiden, telah memperkuat keutuhan hati untuk mengenyahkan sama sekali apartheid yang didasarkan atas mentalitas rasialis dan kolonialis.

Senin, 25 Agustus 1980
Presiden Soeharto hari ini menerima Menteri pekerjaan umum, Purnomosidi Hadjisarosa, di Bina Graha. Menteri Purnomosidi menghadapm Kepala Negara untuk melaporkan tentang perkembangan persiapan proyek pemukiman transmigrasi. Dalam pertemuan itu, Presiden kembali enekankan perlunya penyiapan pemukiman transmigrasi pada waktunya. Untuk itu, menurut Presiden, kemamouan kontraktor yang melakukan pekerjaan penyiapan proyek pemukiman itu perlu ditingkatkan.

Sabtu, 25 Agustus 1984
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima para pengurus Serikat Penerbit Suratkabar di Bina Graha. Pimpinan SPS, yang antara lain terdiri atas Sunardi DM (Ketua Umum), H Zulharmans, Sukarno Hadiwibowo, Lukman Umar , dan Jakob Oetama, itu melaporkan hasil kongres yang telah diselenggarakan pada bulan Juli yang lalu, disamping untuk memperkenalkan diri kepada Kepala Negara. Dalam kunjungan ini mereka didampingi oleh Menteri Penerbangan Harmoko.
Pada kesempatan itu Presiden meminta kepada Pengurus SPS supaya mulai sekarang memikirkan pembuatan komponen-komponen percetakan di dalam negeri, sehingga kita tidak lagi tergantung pada impor.

Minggu, 25 Agustus 1985
Di kediamannya malam ini, Presiden Soeharto menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Vietnam, Nguyen Co Thach. Pertemuan itu dihadari juga oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja. Masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara dan hubungan bilateral Indonesia-Vietnam merupakan fokus pembicaraan malam ini.
Kepada Menteri Luar Negeri Vietnam itu, Presiden mengatakan bahwa kontak-kontak perlu terus dipelihara untuk mencari penyelesaian masalah Kamboja. Dengan selesainya konflik di Indocina itu, maka Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang stabil, dimana semua negara di kawasan ini  akan dapat hidup berdampingan secara damai tanpa ada campur tangan terhadap urusan dalam negeri masing-masing, sekalipun ada perbedaan didalam sistem politik,ekonomi dan sosialnya.

Senin, 25 Agustus 1986
Presiden dan Ibu Soeharto pada pukul 08.30 pagi ini menghadiri acara pembukaan Kongres ke-19 perhimpunan Ahli Gula Tebu Sedunia (International Society of Sugar Cane Technologist, ISSCT) yang dilaksanakan di Manggala Wanabakti, Jakarta. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa bagi Indonesia, yang sebagian besar penduduknya terdiri dari kaum tani, maka industri gula dan hasil-hasil pertanian serta perkebunan lainnya mempuyai artian yang luas dan dalam. dari sektor pertanian itulah di harapkan peningkatan expor yang menghasilkan devisa, pembuka lapangan kerja dan terbukanya peluang untuk memperbaiki penghasilan dan peningkatan berjuta-juta petani dan keluarganya.
karena itu lah, kata Presiden menganjurkan, di samping membahas penemuan-penumuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi gula tebu, seyoginya di bahas pula masalah-masalah serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan petani, hususnya petani tebu. Dalam hal ini perlu dipikirkan pula penyelarasan perkembangan dan pengelolaan pabrik-pabrik gula, sambil meningkatkan kesejahteraan petani tebu.

Kamis, 25 Agustus 1988
Bertempat di Istana Negara, pagi in Presiden Soeharto melanti delapan orang duta Besar baru di Indonesia. Kedelapan Duta Besar itu adalah Brigjen. (Purn.) Drs sunarso Djajusman untuk Malaysia, Mayjen. (Purn.) Tuk Setyohadi untuk Singapura, Drs I Gusti Ngurah Gedhe untuk Jerman Timur, Bustanul Arifin untuk Hongaria, Alex Rumambi untu Brazil merangkap Peru, Bolivia dan Colombia, Drs Karjadi Sindunegoro untuk Pakistan, Laksda (Purn.)  Soewarso Harjosedarmo MSc untuk Filipina, Drs Pujianto Sadarjoen untuk Argentina merangkap Cili, Uruguay dan Paraguay, dan Brigjen. (Purn.) Atwar Nurhadi untuk Yogoslavia merangkap Yunani.
Tampak hadir dalam upacara ini antara lain Ketua MPR/DPR Kharis Suhud, Ketua DPA M Panggabean, Ketua Bepeka M Jusuf, para menteri Kabinet Pengbangunan V, Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno, dan KSAD Jenderal Edi Sudrajat.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Peyusun : Rayvan Lesilolo



   




Jejak Langkah Pak Harto 24 Agustus 1967 - 24 Agustus 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Kamis, 24 Agustus 1967
Pejabat Presiden Jenderal Soeharto dikediamannya hari ini menerima kunjungan kehormatan Letjan. Edmundson dari USAF ( United States Air Force ) yang didampingi oleh Duta Besar AS di Indonesia, Marshall Green. Pada kesempatan ini Jenderal Soeharto menyampaikan harapan agar USAF dapat membantu AURI.
 
Senin, 24 Agustus 1968
Siang ini Presiden Soeharto menerima 150 utusan pimpinan pusat dan cabang Parmusi dari seluruh Indonesia. pada kesempatan ini Presiden menyerukan kepada segenap bangsa Indonesia, khusunya pimpinan partai politik dan organisasi massa, agar meninggalkan pola berpikir sempit yang berkotak-kotak, pola berpikir golongan dan partai sentris. Selanjutnya Presiden mengajak rakyat untuk mengganti pola pikir itu dengan pola berpikir dan bertindak yang berorientasi pada program. Dari segi prinsip, pengkotak-kotak golongan dan ideologi sama sekali tidak ada tempatnya bagi kita, karena kita semuannya telah bersumpah untuk mempertahankan kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan, dari segi pengalaman, penkotak-kotak semacam itu ternyata membawa pertentangan dan paham golongan yang sempit. Oleh karenanya keharusan berorientasi pada program adalah obyektif dari perpaduan antara prinsip dan pengalaman kita sendiri selama ini, terutama pengalaman yang sangat pahit di masa Orde Lama.
 
Minggu, 24 Agustus 1969
Presiden Soeharto menegaskan bahwa ia tidak pernah mengeluarkan perintah untuk melakukan “de-Siliwangisasi” dalam tubuh slagorde AD. Pemberitaan mengenai hal itu dianggap Presiden sebagai suatu fitnah dan usaha untuk menimbulkan kekacauan. Tanggapan ini disampaikan kepada Pangdam IV/Siliwangi Mayjen. AJ Witono, sehubungan dengan berita surat kabar mingguan Srikandi yang terbit di Jakarta, baru-baru ini. Presiden mengungkapkan pula bahwa ia bermaksud memerintahkan Jaksa Agung untuk melakukan pengutusan.
 
Selasa, 24 Agustus 1971
Presiden beserta Ibu Tien Soeharto siang ini tiba di Palembang untuk membuka pekan Olahraga Mahasiswa (POM) IX. POM IX dibuka oleh Presiden sore ini.
 
Selasa, 24 Agustus 1976
Di Cilacap hari ini Presiden Soeharto meresmikan kilang minyak Pertamina. Dalam pidatonya Kepala Negara mengingatkan agar didalam berusaha mencapai kemajuan, kita dapat bersikap penuh perhitungan dan tidak bertindak untung-untungan, melainkan usaha besar penuh perhitungan; demikian ditegaskannya. Oleh karena itu ia meminta agar Pertamina bertindak dan melangkah dengan cara demikian. Lebih jauh dikatakannya bahwa dengan perencanaan-perencanaan yang matang dapatlah dihindarkan kesulitan-kesulitan seperti yang tahun-tahun terakhir ini dialami oleh Pertamina, dengan akibatnya yang luas itu.
 
Kamis, 24 Agustus 1978
Menteri Perekonomian Republik Federal Jerman, Dr.Otto Graf Lambsdorff, dalam keterangan persnya sore ini mengatakan bahwa Indonesia telah megalami kemajuan dalam pembangunan ekonominya. Menurutnya, neraca pembayaran Indonesia menggambarkan hal yang cukup menggembirakan itu.
Diungkapkannya bahwa Pemerintah Jerman Barat akan membantu perluasan tahap kedua pembangunan pabrik baja PT Krakatau Steel di cilegon, Jawa Barat. Selain itu pemerintahnya juga akan memberikan bantuan untuk perluasan galangan kapal di Surabaya.
 
Rabu, 24 Agustus 1981
Selesaim acara pamitan resmi di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini mengantarkan Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong ke lapangan udara Halim Perdanakusuma. Hari kedua tamu agung dari negara tetangga itu mengakhiri kunjungan resmi mereka di Indonesia. Selanjutnya mereka melakukan kunjungan tidak resmi ke Solo, Yogyakarta dan Bali.
 
Selasa, 24 Agustus 1982
Dengan memukul gong tiga kali, pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto membuka Konferensi Internasional Ahli Ekonomi Pertanian ke-18. Dalam upacara yang berlangsung pada jam 09.00 itu, Presiden dalam kata sambutannya mengatakan bahwa ia sangat menaruh perhatian terhadap koferensi ini, antara lain karena pokok pembahasannya adalah bidang yang menjadi salah satu pusat perhatian pembangunan Indonesia. Karena itu Indonesia akan mengambil manfaat yang sebesar-besarnyadari konferensi ini.
Dijelaskan oleh Presiden bahwa dengan menempatkan bidang pertanian sebagai pusat perjuangan pembangunan, Indonesia berharap agar bidang pertanian dapat menjadi dasar dan penggerak pembangunan di bidang-bidang lainnya. Dengan membangun pertanian, Indonesia ingin meningkatkan pendapatan dan taraf hidupberpuluh juta petani, ingin berswasembada pangan, ingin mengembangkan ekspor komoditi pertanian dalam arti luas. Dalam jangka panjang, Indonesia berusaha untuk membuat seimbang struktur ekonominya, yaitu struktur ekonomi yanng memiliki industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang kokoh, karena hanya dengan struktur ekonomi yang demikian itilah Indonesia akan dapat mencapai cita-cita kemerdekaannya, yaitu masyarakat yang maju, sejahtera dan berkeadilan sosial. 

Minggu, 24 Agustus 1986
Pukul 17.00 sore ini, Presiden Corazon C Aquino tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan kenegaraan untuk memenuhi undangan Presiden Soeharto. Nyonya Cory Aquino dan rombongannya akan berada di Jakarta sampai pagi hari tanggal 26 Agustus. Di lapangan udara ia di sambut oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara penyambutan dengan kebesaran militer. Setiba di Istana Merdeka, Presiden Aquino langsung melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto.
Pukul 20.15 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara untuk menghormat Presiden Aquino. Jamuan santap malam ini di teruskan dengan acara kesenian yang berlangsung sampai pukul 23.30.
Dalam pidato selamat datangnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa sebagai negara tetangga terdekat, Indonesia selalu mengikuti perkembangan di Filipina. Indonesia menghormati dan mendukung segala keputusan yang di ambil oleh pemerintah dan rakyat Filipina yang di anggap sebagai yang paling baik dan Indonesia pun memahami sepenuhnya perubahan-perubahan yang terjadi di negara itu.

Senin, 24 Agustus 1987
Pukul 10.00 Pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeahrto membuka Konferensi Regional Internasional Council on Social Welfare (ICSW) untuk kawasan ASIA dan Pasifik Barat.
Dalam kata sambutanya, Kepala Negara mengatakan bahwa kesejahteraan yang di inginkan Indonesia Bukanlah Kesejahteraan Lahairiyah semata-mata. Juga bukan hanya kesejahteraan Rohani belaka.  Kesejahteraan yang di impi-impikan adalah kesejahteraan jasmani yang seimbang dengan kepuwasan Rohani. Karena itu lah demikian Presiden, maka dalam melaksanakan pembangunan, Indonesia tidak saja berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lahiriah masyarakat saja melainkan juga berusaha untuk dapat memuaskan tuntutan-tuntuan lainnya.
Lebih jauh dikatakannya bahwa penglaman pembangunan masyarakat-masyarakat maju yang kita saksikan sampai sekarang juga menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan lahir saja tidak cukup. Kecukupan kehidupan yang serba benda saja bahkan sering kali membuwat kehidupan ini terasa kering, tidak ramah dan kejam. Jika hal ini sampai terjadi, maka bukan kesejahteraan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan, melainkan kegelisaan.
Akan tetapi di tegaskannya bahwa untuk meningkatkan kesahteraan lahir batin suwatu bangsa yang dewasa ini jumlahnya 170 juta orang, memnag memerlukan kerja keras dan usaha pembangunan yang tak mengenal lelah dalm kurun waktu yang berjangka panjang.

Sabtu, 24 Agustus 1991
Pukul 09.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Presiden/Ketua Dewan Direksi PT Caltex Indonesia. Harun Al Rasjid, di Cendana. Kepada Presiden, Harun Al Rasjid melaporkan tentang kegiatan pameran KIAS ( Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat ). Dilaporkannya bahwa kegiatan KIAS terdiri empat pameran inti, yaitu pameran seni kraton, patung atau ukiran, seni taridari seluruh daerah Indonesia, dan kebudayaan di lawar Jawa. Kegiatan yang sudah berlangsung selama setahun sejak lampau itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat AS.
Setelah menerima Harun Al Rasid, Presiden Soeharto menerima menteri Luar Negeri Ali Alatas, Ali Alatas menghadap untuk melaporkan tentang persoalan tuan rumah KTT Non – Blok, sehubungan dengan kemungkinan mundurnya Nikaragua sebagai salah satu calon Ketua KTT itu. Juga dilaporkannya tentang rencana kunjungan pendahulu Team PBB ke Timor Timur pada akhir September sampai awal Oktober mendatang. Team merupakan team pendahulu sebelum kunjungan team Parlemen Portugal.
Menanggapi laporan itu, kepala Negara memberikan persetujuannya atas rencana kunjungan team Parlemen Portugal. Berkenaan dengan itu, pemerintah akan menerima DPR untuk mengundang Parlemen Portugal untuk mengunjungi Timor Timur.

Senin, 24 Agustus 1992
Presiden Soeharto hari ini meresmikan kampus Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ( STPDN) di Jatinegara Sumedang, Jawa Barat. Bersamaan dengan itu Presiden mewisuda 487 orang lulusan pertama STPDN.
Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa seluruh STPDN harus mampu melayani masyarakat dengan sebaik-bainya, apalagi bangsa Indonesia di masa mendatang akan semakin maju, kritis dan makin luas cakrawala pemikirannya. Karena itu, demikian Presiden, adalah wajah kita harus mempersiapkan kader pemerintahan secara sungguh-sungguh. Dikatakannya pula bahwa para lulusan STPDN harus mampu berkomunikasi dengan para manajer professional berbagai badan usaha serta para perwira tamatan lulusan akademi militer.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo