PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden dan Ibu Soeharto Menghadiri Acara Ulang Tahun ABRI Ke - 36

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,


Senin, 5 Oktober 1981 --- Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri acara peringatan ulang tahun ABRI ke-36 yang dipusatkan di Cilegon, Jawa Barat. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa dengan segala masalah dan tantangan yang dihadapinya, Republik Proklamasi dapat tetap tegak seperti sekarng ini, antara lain adalah berkat pengawalan yang setia dari ABRI. Di sana-sini dalam sejarah pertumbuhannya, ABRI memang pernah mengalami berbagai luka pada tubuhnya. Namun secara keseluruhan ABRI tetap utuh dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945, melindungi rakyat dan membentengi negara dari segala macam ancaman.
Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa jika ABRI tetap utuh sampai sekarang, maka kekuatan pokok keutuhan itu adalah kesetiaan ABRI pada cita-cita rakyat, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan. Jika ABRI bberhasil menunaikan panggilan tugasnya mebela keselamatan rakyat dan melindungi kedaulatan negara, maka kekuatan pokonya adalah manunggalan ABRI dan rakyat. Dengan kemanunggalan ABRI dan rakyat, dan dengan melaksanakan dwi-fungsinya, maka peranan dan kegiatan ABRI sebagai pejuang dan prajurit harus sekaligus merupakan pengalaman Pancasila dalam mewujudkan keadilan sosial bagai seluruh rakyat Indonesia.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menjadi Inspektur Upacara Pada Peringatan Haru Ulang Tahun ABRI Ke - 35

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,,


Minggu, 5 Oktober 1980 --- Pagi ini Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara pada peringatan hari ulang tahun ABRI yang ke-35 yang dipusatkan d jalan tol Jagorawi. Peringatan hari ulang tahun ABRI kali ini merupakan acara terbesar yang pernah diselenggrakan, dengan menggelarkan kekuatan ABRI.
Salah satu acara yang menarik adalah peragaan terjun bebas dari ketinggian 12.000 kaki oleh 40 orang anggota Kopassandha. Begitu mereka mendarat dalam jarang lebuh kurang 20 meter dari tribun kehormatan, salah seorang dari mereka menyematkan wing kehormatan ke dada Presiden, sementara yang lainnya mnyampaikan rangkaian bunga anggrek kepada Ibu Soeharto.
Kepala Negara dalam amanatnya antara lain mengatakan bahwa dalam zaman pembangunan masyarakat modern, kemanunggalan ABRI dan rakyat harus tetap kita pertahankan. Karena itulah, gerakan ABRI masuk desa yang kini sedang kita galakan lagi merupakan bagian yang penting untuk memperkuat kemanunggalan ABRI dan rakyat itu. Apapun yang dikerjakan ABRI dalam gerakkan masuk desa ini yang paling utama adalah agar rakyat merasa benar-benar tenteram hatinya. Pendek kata, demikian ditegaskan Presiden, ABRI harus berada di hati rakyat dan dicintai rakyat, karena pada rakyat itulah kekuatan ABRI.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Amanat Presiden Soeharto Dalam Upacara Hari Ulang Tahun ABRI Ke - 34

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Jum’at, 5 Oktober 1979 --- Ulang tahun ABRI yang ke-34, hari ini diperingati dalam suatu upacara di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, dimana Presiden Soeharto bertindak selaku Inspektur Upacara. Dalam amanatnya, Presiden Soeharto mengatakan, ABRI harus dapat menempatkan diri dan memainkan peranan yang tepat dalam situasi rasional, regional, dan internasional sekarang ini. Hal ini karena ABRI merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional baik sebagai kekuatan pertahanan-keamanan maupun sebagai kekuatan sosial.
Selanjutnya Presiden berbicara secara panjang lebar mengenai kepribadian ABRI. Dikatakannya bahwa kepribadian ini lahir dan berkembang dari sejarah perjuangan ABRI sendiri. Karena itu ABRI adalah kekuatan bangsa yang mendukung dan berjuang untuk cita-cita kemerdekaan. Karena itu pula, ABRI sama sekali bukan semata-mata alat negara. Menurut Presiden, disinilah letak suasana kerohanian dan sumber sejarah yang melahirkan Dwifungsi ABRI. Peranan ABRI sebagai kekuatan pertahanan-keamanan dan sebagai kekuatan sosial ini telah dilaksanakan sejak semula, jauh sebelum dikenal istilah Dwifungsi ABRI.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Menghadiri Upacara Ulang Tahun ABRI Ke - 33

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Kamis, 5 Oktober 1978 --- Pagi ini di Parkir Timur Senayan, berlangsung upacara peringatan Hari ABRI ke-33. Pada peringatan ini Presiden Soeharto telah bertindak sebagai Inspektur Upacara. Didalam amanatnya, Presiden mengajak segenap warga ABRI untuk meresapkan dan menghayati kembali kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Dikatakannya bahwa kemanunggalan itu telah pernah terwujud dalam kehidupan bangsa kita. Sekarang dan seterusnya, kemanunggalan itu harus makin diperkuat demi suksesnya sejarah yang diletakkan diatas pundak ABRI.
Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa ABRI bukan kelas khusus yang berada diatas rakyat. Menjadi anggota ABRI bukanlah untuk mencari suatu kehormatan, melainkan suatu kepercayaan, bukan suatu keistimewaan melainkan suatu pengabdian. Jadilah ABRI yang dicintai rakyat, karena ABRI telah setia dan mencintai rakyat. Demikian ajakan Presiden.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Presiden Soeharto Bertindak Sebagai Inspektur Upacara Hari Ulang Tahun ABRI

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Rabu, 5 Oktober 1977 --- Peringatan Hari ini dipusatkan di Senayan, dimana Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara. Dalam amanatnya, Presiden mengemukakan bahwa sebagai kekuatan politik, gagasan dan pikiran ABRI mengenai masalah kenegaraan tetap disalurkan mengenai cara-cara yang demokrasi dan konstitusional. Juga diingatkan bahwa selama inni ABRI juga tidak pernah memaksakan kehendaknya. Hal ini menunjukkan bahwa ABRI sebagai pengawal Pancasila dan UUD 1945, tetap menjunjung ciri-ciri demokrasi kita, yaitu mufakat melalui musyawarah.
Menurut Kepala Negara, sejaralah yang telah melahirkan peranan kembar ABRI, yang kemudian mendapat tempat dalam kehidupan bangsa dan kenegaraan Indonesia yang kemudian dikenal dengan masa Dwifungsi ABRI. Tetapi ia menegaskan bahwa Dwifungsi sama sekali tidak berani bahwa ABRI mencampuri atau mengambil alih urusan sipil, lebih-lebih bidang atau urusan yang telah berjalan dengan baik. Namun duduknya seorang anggota ABRI dalam jabatan sipil harus dapat menjadi teladan, baik dalam mental ideologi, dalam semangat pengabdian, dalam disiplin, maupun dalam kemampuan teknnis. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo

Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ABRI Ke -31

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,


Selasa, 5 Oktober 1976 --- Ulang tahun ABRI yang ke-31, pagi ini diperingati dalam suatu upacara di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, dimana Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara. Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa kepeloporan ABRI bukan didasarkan atas paksaan dengan mengandalkan kekuatan senjata, melainkan dengan bekal dan menyebarkan  kemurnian semangat 45 yang memang menjadi kekuatan pkok ABRI. Inti semangat 45 adalah kesetian pada dasar-dasar dan tujuan kemerdekaan, kerelaan berkorban untuk memperthankan dan mewujudkan tujuan kemerdekaan, serta kemampuan untuk menundukkan tantangan-tantangan dalam mewujudkan cita-cita itu.
Lebih jauh dikatakan oleh Presiden bahwa sepanjang hasil-hasil pemerikasaan hingga sekarang tidak ada kesatuan ABRI__ yang kecil sekalipun ­­­­­­­­­­­__ yang terlibat dalam “Gerakan Sawito” yang baru-baru ini diumumkan oleh pemerintah, Namun demikian, dimintanya agar segenap parajurit ABRI senantiasa waspada, karena setiap ada gerakan ilegal dan inkonstitusional dari manapun datangnya, selalu diusahakan agar ada oknum atau satuan-satuan ABRI yang mendukungnya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo