PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 26 Agustus 1966 - 26 Agustus 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Jum’at, 26 agustus 1966
AD menyelenggarakan Seminar di Bandung yang berlangsung hari ini samapai 31 Agustus 1966. Menpangad Jenderal Soeharto pada pembukaan seminar tersebut antara lain mengharapkan para peserta dapat menghasilkan dua konsep/pasaran tentang pemerintahan, yaitu yang satu berupa perasaan berupa langkah –langkah yang perlu diambil oleh Negara, untuk menciptakan suasana setabil dalam bidang politik; dan yang kedua berupa prasaan tentang cara-cara kita mengatasi kehidupan perekonomian nasional.

Senin, 26 Agustus 1968
Pagi ini Presiden Soeharto bersama rombongan ,meninggalkan Jakarta menuju Pekan Baru. Pekanbaru merupakan persinggahan pertama, dalam rangka kunjungan kerja Presiden ke empat Provinsi di Sumatra, Yaitu Riau, Sumatera Barat, Aceh dan Sumatera Utara. Kunnjungan Presiden ke Sumatera merupakan bagian kedua dari kunjungan kerja sumatera. Sebagai mana di ketahui pada tanggal 15 – 12  Juli yang lalu, Presiden Soeharto telah berkunjung ke tiga provinsi lainnya di pulau tersebut, yaitu Lampung, Sumatera Selatan dan Jambi.
Di Pekanbaru hari ini Prsiden Soeharto menghadiri siding istimewa DPRD-GR Riau. Dalam Pidatonya, Presiden Soeharto antara Lain mengatakan bahwa PKI sedang merencanakan untuk berkuwasa kembali di Indonesia. Dalam rangka itu, demikinan Jenderal Soeharto, Partai terlarang merencanakan menggunakan daerah Riau sebagai basisnya, dari sana PKI selanjutnya akan berubah menguwasai seluruh Sumatera. Dipilihnya daerah Riau ini sebagai basis gerakan polotik PKI, tidal lain karena daerah ini sangat setrategis letaknya, antara lain dekat dengan jangkauan gerakan omunis Internasional.

Kamis, 26 Agustus 1971
Presiden dan Ibu Tien Soeharto menyambut Kepala Negara Belanda Ratu Julian dan Pangeran Bernhard di lapangan udara Kemayoran. Mereka berada di Indonesia selama 10 hari, dan ini merupakan kunjungan pertama dari Kepala Negara Belanda di Negara yang pernah menjadi jajahannya.
Untuk menghormati kunjungan Ratu Julian dan Pangeran Bernhard di Indonesia, mala mini Presiden dan Ibu Tien Soeharto meyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara. Dalam sambutannya, Presiden antara lain mengatakan keyakinanya bahwa seluruh rakyat Indonesia saat ini di liputu rasa bahagia dan kehormatan, karena justeru dalam masa Orde Baru ini telah terjadi peristiwa bersejarah: yaitu kunjungan pertamakalinya Kepala Negara Belanda, sejak adanya hubungan antara kedua bangsa yang telah berlangsung berabad-abad dan diliputi oleh segi suka-dukanya. Pada kesempatan itu Presiden juga mengucapka terima kasih atas segala pengertian dan bantuan bangsa Belanda kepada usaha-usaha Indonesia untuk membangun diri sesuai dengan pandangan hidup, cita-cita dan jalannya sendiri.

Minggu, 26 Agustus 1973
Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Israk Mikraj yang berlangsung di Masjid Istiqlal mala mini. Dalam pidatonya, antara lain Presiden membantah Isyu-isyu yang mengatakan bahwa RUU Perwakilan bertentangan dengan dan Mangbaikan ajaran Islam. Menyangkut masalah RUU Perwakilan yang sedang di bahas oleh DPR itu, ia meminta agar kita sebagai orang yang beragama dapat menahan diri. Selanjutnya kepala DPR ia mengharapkan agar lembaga legislative ini dapat menyelesaikan RUU tersebut dengan memperhatikan kepentingan masyarakat banyak.

Selasa, 26 Agustus 1975
Kepala Negara menginsteruksikan kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Tenaga Kerja, Trasmigrasi dan Koperasi untuk mengarahkan tataniga kopra kearah yang betul-betul menguntungkan para petani dengan menggunakan system BUUD/KUD. Selain itu Kepala Negara juga menginsteruksikan Instansi-Intansi terkait untuk melaksankan programnya masing-masing secara carmat, sehingga persediaan bahan pokok benar-benar terjamin selama bulan puasa dan lebaran. Instruksi tersebut dikeluarkan Presoiden didalam Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung pagi ini di Bina Graha.
Pada kesempatan itu, Presiden telah mengabulkan permintaan pemerintah Laos agar Negara tetangga di Indo-Cina itu dapat menggunakan setenga dari bantuan yang di berikan Indonesia untuk membeli beras dari Muangthai, sebagai mana dilaporkan oleh Menteri Perdagangan Radius Parwiro. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu Indonesia telah memberikan bantuan sebesar US$1.000.000,- kepada Laos. Ketika itu disepakati oleh kedua belah pihak bahwa dari sejumlah tersebut, US$500.00,- dapat digunakan oleh pemerintah Laos secara bebas sedangkan sisanya untuk membeli produk Indonesia yang dibutuhkan rakyat Laos, seperti Tekstil.

Selasa, 26 Agustus 1981
Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Selatan dalam rangka Panen Raya “ Operasi Lappo Ase” ( operasi gudang beras) si Watampone, kabupaten Bone. Kedatangan Kepala Negara dan rombongan disambut meriyah oleh masyarakat setempat dengan upacara adat. Selain menghadiri Panen Raya, Presiden juga meresmikan Sekolah Guru Perawat Tidung, Ujung Pandang, Pusat Pembibitan Ulat Sultera, Bili-bili dan Jembatan Sungai Tallo.
Menyambut Panen raya itu, Presiden menyatakan rasa Bangga dan berterimakasih kepada para petani karena produksi beras kita dapat terus di tingkatkan dengan angka-angka yang benar-benar mengesankan. Dikataknya bahwa tingkat produksi yang tinggi ini terutama adalah hasil jerih payah para petani dengan bantuan para pembinanya. Akan tetapi Presiden juga mengingatkan kembali bahwa produksi beras itu bertujuan meningkatkan taraf hidup kaum tani yang merupakan lapisan terbesar masyarkat Indonesia.

Kamis, 26 Agustus 1982
Pukul 10.15 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Ketua umum HSNI, Sugiharto, di Bina Graha. Pada Kesempatan itu Presiden Mengatakan bahwa pemerintah sekarang ini sedang menjajaki kemungkinan untuk mengusahakan penggantian kapal trawl dengan kapal jenis lain. Ini merupakan salah satu jawaban Pemerintah atas masalah yang di ajukan HSNI, yaitu bagaimana mengatasi masalah yang timbul akibat pelaksanaan Kepres No. 39 Tahun 1981 tentang penghapusan pengoprasian kapal-kapal trawal di seluruh Indonesia yang mulai dilaksanakan pada awal tahun ini.

Senin, 26 Agustus 1985
Presiden Soeharto, Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah dan sejumlah menteri Kabinet Pembangunan pagi ini melakukan Shalat Idul Adha 1405 Hijriah di masjid Istiqlal, Jakarta, bersama sebagian umat Islam ibu Kota. Setelah Shalat Ied, Presiden Soeharto menyerahkan kurban beberapa ekor sapi jantan kepada panitia kurban Masjid Istiqlal. Hal yang sam juga di lakukan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.

Rabu, 26 Agustus 1987
Presiden dan Ibu Soeharto hari ini mengadakan pertemuan silahturahmi dengan para peserta Musyawarah Nasional VI Persatuan Isteri Purnawirawan ABRI ( Persipa ) yang berlangsung di TMII.
Dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa agar kita berhasil dan selamanya dalam melampaui tahapan pembangunan yang menentukan di tahun-tahun yang akan datang, maka kita perlu terus memperbahuri semangat sebagai bangsa perjuang. Teradisi sebagai bangsa perjuang inilah yang harus tetap kita hidup-hidupkan dalam menghadapi tantangan-tantangan dan ujian-ujian pembangunan yang terberat di hadapan kita. Pengalaman pejuang bangsa kita menunjukan bahwa dengan bermodal semangat juang yang tinggi, kita berhasil merebut dan mempertahunkan kemerdekaan. Kita pun yakin bahwa dengan semangat juang yang tinggi, maka kita pasti akan dapat melanjutkan pembangunan dalam tahapan-tahapan yang akan datang.

Senin, 26 Agustus 1991
Pukul 11.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima 300 orang peserta apel besardan saeasehan bekas anggota BKR ( Badan Keamanan Rakyat ) di Istana Negara. Memberikan sambutan di acara itu, Presiden mengatakan bahwa cara untuk menjawat tantangan pembangunan memang berbeda cara-cara untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Perkembangan zaman yang terus berubah dengan sangat di namis harus mengubah cara-cara dalam menjawab suatu tantangan. Hamun jiwa, semangat dan etika perjuangan yang telah berhasil menjawab tantangan sejarah harus tetap menjadi pembimbing kita dalam melaksanakan pembanmgunan.

Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo