PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 30 Agustus 1968 - 30 Agustus 1986

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Juma’at, 30 Agustus 1968
Presiden Soeharto mengatakan bahwa rakyat Sumatera Barat telah menunjukkan perhatian dan kesungguhan dalam usaha perbaikan ekonomi, sesuai dengan sasaran yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Demikianlah kean Presiden tentang  Sumatera Barat yang disampaikan kepada rakyat sebelum meninggalkan provinsi di tepi barat Pulau Sumatera itu. Lebih lanjut Presiden mengemukakan bahwa ia melihat kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan penghasilan rakyat di Sumatera Barat, terutama di sektor pertanian. Untuk itu peranan swasta nasional harus dapat dimanfaatkan. Kepada pemerintah daerah diminta agar dapat memberikan perhatian yang sunguh-sungguh pada bidang perkebunan sehingga dapat meningkatkan hsil ekspor.
Dalam kunjungannya di Sumatera Barat, Presiden telah menghadirkan dua ekor kuda jantan kepada pemerintah daerah setempat, sebagai kenang-kenangan di provinsi itu.

Sabtu, 30 Agustus 1969
Presiden Soeharto mengharapkan agar pola lama manajemen di bidang perbankan dapat segera di ubah. Presiden mengingatkan bahwa dalam masa pembangunan yang kita laksanakan dengan demokratis ini diperlukan pola manajemen yang edukatif-dinamis. Agar perbankan berfungsi dengan baik dan efisien, maka dunia perbankan perlu memahami benar-benar strategi Pelita, prioritas-prioritas sasaran yang hendak di capai, bahkan renana-rencana tahunannya. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden Soeharto ketika meresmikan pembukaan gedung baru Bank Dagang Negara di jalan Thamrin, Jakarta.
Setelah mendengar laporan beberapa menteri bidang ekonomi dalam sidang kabinet terbatas pagi ini di Wisma Negara, Presiden menginstruksikan agar penanaman modal asing disebar di seluruh Indonesia. Dalam hubungan ini Presiden meminta agar diadakan penyelidikan mengenai penyebab daripada menumpuknya investasi asing di Jakarta. Sementara itu Presiden mengharapkan agar para gubernur memberikan perangsang kepada  penanam modal asing, tetapi dengan tidak keluar dari garis-garis yang telah ditetapkan dalam UU penanaman Modal Asing.

Kamis, 30 Agustus 1973
Presiden Soeharto meminta perusahaan penerbangan nasional, Garuda, agar mempersiapkan diri untuk mengangkut jemaah haji lewat udara yang jumlahnya akan lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Demikian dijelaskan oleh Direktur Utama Garuda, Wiweko, setelah menghadap Kepala Negara siang ini.

Sabtu, 30 Agustus 1975
Presiden Soeharto Hari ini di Cendana mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri ad Interim, Mochtar Kusumaatmadja, Kepala Staf Operasi Hankam, Benny Moerdani. pembicaraan tersebut berkisar sekitar perkembangan Dr. Antonio Almeide Santos, untuk Presiden Portugis, di Jakarta. Sedianya Kepala Negara akan menerima Dr. Santos diang ini, akan tetapi karena perundingan dengan pihak Departemen Luar Negeri dinyatakan belum selesai, maka ia tidak jadi diterima oleh Presiden Soeharto.

Selasa, 30 Agustus 1977
Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja setelah diterima Presiden Soeharto di Cendana mengemukakan bahwa Direktur Jenderal Imigrasi telah diintruksikan untuk membantu operasi tertib serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan Kaskopkamtib. Dikatakan selanjutnya Departemen Keakiman juga telah melakukan penertiban sejak lama dan bukan baru sekarang saja. Menteri Kehakiman dalam kesempatan tersebut juga melaporkan tentang hasil-hasil Konferensi Hukum Laut Internasional yang langsung di New York baru-baru ini.

Kamis, 30 Agustus 1979
Hari ini di Semarang, Kepala Negara menganugerahkan Tanda Kehormatan Parasamya Purnakarya Nugraha kepada Daerah Tingkat 1  Jawa Tengah dan Tanda Kehormatan Prayojana Kriya Pata kepada Daerah Tingkat I Jawa Timur. Parasamya Purnakarya Nugraha diberikan lima tahun sekali kepada daerah tingkat I yang menunjukkan hasil karya tertinggi dalam melaksanakan Pelita dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semetara itu, Prayojana Kriya Pata diberikan kepada daerah tingkat I yang mampu mempertahankan laju pembangunan di daerahnya,
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam jangka panjang tujuan pembangunan kita adalah terwujudnya masyarakat yang mendatangkan kemajuan, memberikan kesejahteraan dan terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat. Untuk mewujutkan masyarakat yang demikian itu, kita harus membangun di segala lapangan. Karena itu, demikian diingatkannya, tantangan pembangunan kita juga tidak kecil. Karena itu pula pembangunan ini meminta kesabaran dan meminta waktu, meminta ketekunan bekerja, bahkan kerja keras. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Sabtu, 30 Agustus 1986
Peserta Rapim ABRi 1986, jam 09.00 pagi ini diterima Presiden Soeharto di Istana Negara. Pada kesempatan itu Panglima ABRI Jenderal LB Murdani telah menyampaikan laporan  mengenai hasil-hasil Rapim itu.
Diantara pesan-pesannya kepada para pemimpin ABRI itu, Presiden mengatakan bahwa sebagai stabilisator dan dinamisator pembangunan, ABRI hendaknya mampu menggerakkan seluruh bangsa dalam mewujudkan disiplin nasional agar kita menjadi bangsa yang produktif. Dikatakanya bahwa apabila seminar TNi ABRI yang baru-baru ini diselenggarakan telah menghasilkan sumbangan pikiran dalam mensukseskan pembangunan nasional, maka secara konsekuen ABRI harus menjadi kekuatan bangsa kita yang pertama dalam pelaksanaannya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo