PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 25 Agustus 1969 - 25 Agustus 1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 25 Agustus 1969
Presiden Soeharto pagi ini menyerahkan Samkarnya Nugraha kepada Kodam IV/Sriwijaya dalam suatu upacara di Palembang. Dalam amanatnya Presiden antara lain menyatakan bahwa banyak sukses yang dicapai oleh ABRI dan banyak hal-hal positif yang telah dikerjakan, akan tetapi rakyat menuntut lebih banyak dan lebih baik lagi dari ABRI. Hal itu merupakan konsekuensinbagi ABRI yang menempatkan dirinya sebagai pelopor dalam perang kemerdekaan dan pelopor dalam pembangunan.

Selasa, 25 Agustus 1970
Dalam sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi yang berlangsung hari ini di Bina Graha, Presiden Soeharto telah meminta agar produksi dalam negeri dapat ditingkatkan. ia juga meminta kepada semua menteri agar masyarakat jangan terpikat oleh produksi luar negeri.

Rabu, 25 Agustus 1971
Masih berada di Palembang, pagi ini bertempat di Gubernuran Sumatera Selatan, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para alim ulama kota Palembang. Pada kesempatan ini Presiden mendorong para ulama untuk meningkatkan dakwah, sehingga umat islam setempat memenuhi kewajiban untuk membayar zakat. Ini merupakan potensi umat islam sendiri yang dapat digsli untuk dijadikan dana pembiayaan bagi kemajuan umat islam.
Kemudian, ditempat yang berbeda, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Lurah dan para pejabat daerah lainnya, serta pimpinan organisasi-organisasi politik. Dalam kesempatan ini Presiden menekankan pentingnya pelaksanaan keluarga berencana sekarang ini bagi pembangunan bangsa hari ini maupun masa mendatang.

Kamis, 25 Agustus 1977
Sebuah pesan khusus dari Presiden Soeharto telah disampaikan kepada Kepala Negara Nigeria Letjen. Olusedum Obasanjo, sehubungan dengan diselenggarakannya Konferensi Dunia Menentang Apartheid di Lagos mulai tanggal 22 -26 Agustus. Presidn telah pula menyampaikan ucapan selamat kepada pemerintah dan rakyat Nigeria sehubungan dengan peristiwa tersebut. Selanjutnya Presiden menyatakan, rakyat Nigeria telah menyediakan dirinya sebagai pemimpin dan berdiri dibarisan terdepan  dalam membantu perjuangan menentang rasialisme dan ketidakadilan serta menghapuskannya dan menunjukkannya kepada masyarakat internasioan.
Diadakannya konferensi ini mencerminkan keprihatinan yang semakin besar terhadap suatu sistem yang tidak hanya melukai hati nurani kemanusiaan, melainkan juga mengancam perdamaiandan keamanan. Kesadaran ini, kata Presiden, telah memperkuat keutuhan hati untuk mengenyahkan sama sekali apartheid yang didasarkan atas mentalitas rasialis dan kolonialis.

Senin, 25 Agustus 1980
Presiden Soeharto hari ini menerima Menteri pekerjaan umum, Purnomosidi Hadjisarosa, di Bina Graha. Menteri Purnomosidi menghadapm Kepala Negara untuk melaporkan tentang perkembangan persiapan proyek pemukiman transmigrasi. Dalam pertemuan itu, Presiden kembali enekankan perlunya penyiapan pemukiman transmigrasi pada waktunya. Untuk itu, menurut Presiden, kemamouan kontraktor yang melakukan pekerjaan penyiapan proyek pemukiman itu perlu ditingkatkan.

Sabtu, 25 Agustus 1984
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima para pengurus Serikat Penerbit Suratkabar di Bina Graha. Pimpinan SPS, yang antara lain terdiri atas Sunardi DM (Ketua Umum), H Zulharmans, Sukarno Hadiwibowo, Lukman Umar , dan Jakob Oetama, itu melaporkan hasil kongres yang telah diselenggarakan pada bulan Juli yang lalu, disamping untuk memperkenalkan diri kepada Kepala Negara. Dalam kunjungan ini mereka didampingi oleh Menteri Penerbangan Harmoko.
Pada kesempatan itu Presiden meminta kepada Pengurus SPS supaya mulai sekarang memikirkan pembuatan komponen-komponen percetakan di dalam negeri, sehingga kita tidak lagi tergantung pada impor.

Minggu, 25 Agustus 1985
Di kediamannya malam ini, Presiden Soeharto menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Vietnam, Nguyen Co Thach. Pertemuan itu dihadari juga oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja. Masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara dan hubungan bilateral Indonesia-Vietnam merupakan fokus pembicaraan malam ini.
Kepada Menteri Luar Negeri Vietnam itu, Presiden mengatakan bahwa kontak-kontak perlu terus dipelihara untuk mencari penyelesaian masalah Kamboja. Dengan selesainya konflik di Indocina itu, maka Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang stabil, dimana semua negara di kawasan ini  akan dapat hidup berdampingan secara damai tanpa ada campur tangan terhadap urusan dalam negeri masing-masing, sekalipun ada perbedaan didalam sistem politik,ekonomi dan sosialnya.

Senin, 25 Agustus 1986
Presiden dan Ibu Soeharto pada pukul 08.30 pagi ini menghadiri acara pembukaan Kongres ke-19 perhimpunan Ahli Gula Tebu Sedunia (International Society of Sugar Cane Technologist, ISSCT) yang dilaksanakan di Manggala Wanabakti, Jakarta. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa bagi Indonesia, yang sebagian besar penduduknya terdiri dari kaum tani, maka industri gula dan hasil-hasil pertanian serta perkebunan lainnya mempuyai artian yang luas dan dalam. dari sektor pertanian itulah di harapkan peningkatan expor yang menghasilkan devisa, pembuka lapangan kerja dan terbukanya peluang untuk memperbaiki penghasilan dan peningkatan berjuta-juta petani dan keluarganya.
karena itu lah, kata Presiden menganjurkan, di samping membahas penemuan-penumuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi gula tebu, seyoginya di bahas pula masalah-masalah serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan petani, hususnya petani tebu. Dalam hal ini perlu dipikirkan pula penyelarasan perkembangan dan pengelolaan pabrik-pabrik gula, sambil meningkatkan kesejahteraan petani tebu.

Kamis, 25 Agustus 1988
Bertempat di Istana Negara, pagi in Presiden Soeharto melanti delapan orang duta Besar baru di Indonesia. Kedelapan Duta Besar itu adalah Brigjen. (Purn.) Drs sunarso Djajusman untuk Malaysia, Mayjen. (Purn.) Tuk Setyohadi untuk Singapura, Drs I Gusti Ngurah Gedhe untuk Jerman Timur, Bustanul Arifin untuk Hongaria, Alex Rumambi untu Brazil merangkap Peru, Bolivia dan Colombia, Drs Karjadi Sindunegoro untuk Pakistan, Laksda (Purn.)  Soewarso Harjosedarmo MSc untuk Filipina, Drs Pujianto Sadarjoen untuk Argentina merangkap Cili, Uruguay dan Paraguay, dan Brigjen. (Purn.) Atwar Nurhadi untuk Yogoslavia merangkap Yunani.
Tampak hadir dalam upacara ini antara lain Ketua MPR/DPR Kharis Suhud, Ketua DPA M Panggabean, Ketua Bepeka M Jusuf, para menteri Kabinet Pengbangunan V, Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno, dan KSAD Jenderal Edi Sudrajat.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Peyusun : Rayvan Lesilolo