PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 21 Juli 1970-1975-1976-1979-1980-1981-1983-1986-1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Selasa, 21 Juli 1970
Presiden Soeharto tiba di Yogyakarta mengadakan inspeksi di daerah-daerah sekitar kota Yogyakarta. Yang pertama ditinjaunya ialah proyek irigasi Kalibawang, yang iharapkan akan mampu mengairi kurang lebih 6.000 hektar sawah. Dari proyek irigasi ini Presiden Soeharto meninjau desa Banjararum, dan sempat berdialog dengan lurah, pamong dessa, dan para pemuka tani di desa tersebut. Selanjutnya Presiden menuju ke Purworejo, dimana ia meninjau proyek peternakan dan pameran ternak. Dari Purworejo Presiden melanjutkan ke Candi Borobudur untuk meninjau pemugaran Candi Borobudur.

Selanjutnya Presiden meninjau pembibitan ikan di desa Ngrajeg, yang merupakan tempat pemeliharaan dan penjualan bibit ikan tawar untuk Jawa Tengah dan bahkan Jawa Timur. Disini Presiden Soeharto menghadiahkan 13 helai sarung kepada para petugas, disamping beberapa foto Presiden dan Ibu Tien Soeharto. Desa yang dikunjungi selanjutnya adalah Sumberrejo, di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Presiden bermalam di desa ini sambil berdialog dengan pamong desa dan camat.
Senin, 21 Juli 1975.

Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka Musyawarah Nasional 1 Majelis Ulama seluruh Indonesia bertempat di Istana Negara. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara antar lain mengatakan bahwa Majelis Ulama tidak perlu bergerak di bidang politik, karena wadah untuk itu sudah cukup tersedia berupa dua partai politik dan satu golongan karya. Iya mengharapkan agar Majelis Ulama dapat dan perlu memainkan peranan yang besar dalam menggerakan masyarakat untuk pembangunan. Akan tetapi di ingatkannya bahwa usaha itu tidak perlu mendirikan madrasah, Masjid, dan rumah sakit sendiri, kegiyatan inipun telah di tampung oleh organisasi-organisasi yang bergerak di bidang ke agamaan dan sosial.
Dikatakan oleh Presiden bahwa kerukunan dan persatuan nasional hanya dapat di wujudkan apabila ada erukunan dan persatuan antara kelompok-kelompokdalam keluwarga besara bangsa Indonesia. ditegaskanya bahwa usaha ke arah itu terus bertambah di kalangan umat Islam. Untuk mendukung upaya itu, di anjurkanya untuk umat beragama membentuk semacam badan konsultasi atara umat beragama.

Rabu, 21 juli 1976.

Presiden Soeharto hari ini memerintahkanagar perundingan yang di lakukan pemerintah dengan perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia atas dasar konterak bagi hasil di selesaikan pada akhir bulan ini. Perintah ini di kemukakan Presiden pagi ini ketika iya menerima Menteri Pertambangan Muhammad Sadli, Menteri Negara Ekuin / Ketua Bappenas Widjojo Niti sastero, Menteri Perdagangan Radius Prawiro, dan Direktur Utama Pertamina Piet Haryono di Istana Merdeka.
 
Sabtu, 21 Juli 1979
Presiden dan Ibu Soeharto meninjau dua buah rumah sakit besar di Jakarta, yaitu RSCM dan RS Islam, Presiden telah meresmikan beberapa fasilitas baru rumah sakit terbesar di Indonesia itu, seperti proyek radio diagnostik beserta peralatan radiologi dan perlengkapannya, fasilitas ruangan ICU dan instalasi perawatan ICCU, ruang operasi sengtral, fasilitas sterilisasi alat-alat medis sentral, peralatan angiokardiografi dan proyek pertambahan daya listrik.

Di Rumah Sakit Islam yang terletak di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan tiga gedung perwatan yang berkapasitas 100 tempat tidur. Ketiga gedung yang lengkap dengan peralatan kedokteran ini dibangun dengan dana Bantuan Presiden sebesar Rp. 160 juta.

Ketika Meresmikan fasilitas-fasilitas di Rumah Sakit Islam, Presiden menyuruhkan Kepada umat islam untuk berpatisipasi dalam membangun rumah-rumah sakit yang belum dapat di bangun Pemerintah. Di katakanya bahwa kalau 10juta dari umat Islam Indonesia mampu menyumbang Rp 100,- , maka akan terkumpul dana yang cukup besar untuk membangun sebuah rumah sakit.

Senin, 21 Juli 1980.

Pimpinan Real State Indonesia (REI) pagi ini menghadap Kepala negara di Bina Geraha. Ketua REI, Sukardjo Harjdjosuwirjo, mengatakan bahwa iya dan rekan-rekannya datang untuk melaporkan hasil-hasil Musyawar Nasional REI ke-3 yang di adakan pada bulan Febuari yang lalu anggota-anggota REI membangun rumah-rumah, sederhana dan sedang, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat bayak.
Presiden menyamput baik maksut tersebut, dan memberikan pengarahan-pengarahan. Iya menganjurkan agar para pengusaha Real State mulai membangun rumah-rumah bertingkat di kota-kota besar dengar jalan renovasi.

Selasa, 21 Juli 1981

Presiden Soeharto pagi ini, di Cendana, menerima Direktur Jenderal Pariwisata, Achamad Tirtosudiri. Achmad Tirtosudiro mengahadap untuk menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir sektor industeri pariwisata Indonesia. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara memberikan pengarahan kepaanya agar benar-benar memperhatikan pengembagan kepariwisataan. Ditekankanya agar di dalam memngmbangkan kepariwisataan benar-benar di usahakan pembukaan kesempatan kerja, dan meneingkatkan penerimaan devisa melalui sektor ini.
Malam ini Presiden Soeharto berbuka puwasa bersama dengan para pemimpin redaksi surat-surat kabar dan pimpinan PWI di Cendana. Dalam kesempatan itu Kepala Negara mengatakan bahwa kesadaran rayat untuk berkoperasi perlu di galakan,  koperasi merupakan usaha bersama olehrakyat dan untuk menciptkan kemakmuran rakyat. Selain itu di katakannya pula bahwa 80% penduduk Indonesia berdiyam di desa, Dalam pengembangan Koprasi, KUD berfunsi bebagai tulang punggung ekonomi Nasional. Dasar dari demokrasi ekonomi di Indonesia itu sendiri adalah pasal 33 UUD 1945.
Untuk itu Presiden Soeharto mengharapkan agar pers dapat menyampaikan kebijaksanaan Pemerintah ke pada rakyat, , dan juga menampung keinginan-keinginan yang dapat di ketahui Pemerintah. Ditandaskan oleh presiden bahwa partisipasi rakyat dalam pembangunan meliputi sikap mental, semangat maupun tekat rayat secara keseluruhan bersama-sama dengan penyelenggaraan Negara.

Kamis, 21 Juli 1983.

Pengurus Pusat PII ( Persatuan Insiyur Indonesia) jam 10.00 pagi menghadap Kepala Negara di Bina Geraha. Tampak hadir dalam pertemuan itu, antara lain, Ketua Umum GM Tampubolon, Ketua 1 Soerjanto, dan Sekretaris Jenderal Sumantri.Pada kesempatan itu Kepala   Negara  meminta  kepada para insyiur Indonesia untuk memanfaakan semaksimal mungkin keahlian yang mereka miliki  bagi peningkatan   pelaksanaan  pembangunan  untuk lebih  mempercepat  pencapaian  kesejateraan rakyat.kesempatan  terbuka luas  dalam masa pembangunan  sekarang ini  hendaknya  dapat  dimanfaatkan  seoptimal  mungkin oleh para  ahli indonesia,sehingga  tidak sampai diambil  oleh orang asing. kepada para  insnyiur Pertanian. Presiden mengharaokan agar dapat kiranya mengerahkan tenaga dan pikiran mereka untuk meningkatkan pengembangan sumber-sumber alam tersebut, misalnya di bidang pembudi dayaan udang dan pngolahan industeri hutan.

Sabtu 21 Juli 1984
Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Cendana, Presiden Soeharto menerima Menteri Keuangan Radius Prawiro. Menteri Radius menghadap untuk melaporkan kepada Presiden mengenai usaha-usaha peningkatan evisiensi aparatur bacukai dalam rangka penyelamatan ekonomi negara dari rong-rongan penyelundupan.
Selain itu kepada Presiden juga di laporkannya mengenai serahterima jabatan Direktur Pemberantasan Penyelundupan (P2) di lingkungan Direktorat Jenderal Bea Cukai
Masalah lain yang di laorkannya kepada Presiden Soeharto mengeai pembangunan pabrik di Los Palor, Timor-Timur. Areal tanaman tebuh pabrik ini seluas 6000 sampai 8500 hektar. Selai itu di bangun pula jalan untuk ke perluan pabrik itu sepanjang 10Km. Produksi gula dari pabrik ini di harapkan dapat memenuhi keperlun gula untuk Indonesia bagian timur, karena di bagian ini  baru terdapat satu pabrik gula yang terletak di Sulawesi Selatan,

Senin, 21 Juli 1986.

Pukul 12.00 siang ini, di Bina Geraha, Presiden soeharto mengadakan pertemuan dengan para pejabat di lingkungan Departemen Pekerja Umum, sebagai mana yang telah di lakukannya dengan pejabat-pejabat Departemen pertanian dua hari yang lalu. Setela pertemuan itu, Presiden menugaskan Menteri PAN/Wakil Ketua Bappenas, Saleh Haviff untuk membentuk sebuah tim yang bertugas memperlancar plaksanaan pembangunan proyek-proyek kususnya proyek yang memperoleh bantuan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Akan tetapi di ingakan oleh Presiden bahwa pembentukan tim tidak boleh menambah mata rantai birokerasi yang justeru kanan memperlambat peleksananan proyek-proyek.

Kamis,21 Juli 1988.

Menteri Luar Negeri Ali Alatas menghadap Presiden Soeharto di Cendana, pagi ini. Setelah bertemu Kepala Negara iya mengatakan bahwa iya melaporkan tentang rencana kunjungan Pangeran Sihanau ke Indonesia. Dikatakannya bahwa Pemimpin Kamboja itu di harapkan tiba di Jakarta hari saptu lusa guna memenuhi undangan Presiden soeharto yang tertunda beberapa waktu lalu. Kunjungan Sihanau ke Jakarta bukan untuk menghadiri Jakarta Informal Miting (JIM), melainkan sebagai tamau peribadi Presiden Soeharto.


Penyusun : Eren