PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 18 Juli1973-1977-1998-1980-1983-1984-1985-1987-1988-1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Rabu, 18 Juli 1973
Presiden dan Ibu Tien Soeharto meresmikan pabrik polypropilene yang dibangun oleh Pertamina di Plaju, Palembang. Dalam pidato sambutannya, Presiden menyerukan kepada masyarakat untuk menggunakan produksi dalam negeri. Diserukannya agar produsen tidak perlu malu-malu membubuhkan tulisan “buatan Indonesia” pada barang produksinya. Khusus kepada Pertamina Presiden mengharapkan agar pabrik Polypropilene itu dapat dijadikan suatu awal pembangunan dalam bidang industri petrokimia di tanah air ditegaskannya pula bahwa tersedianya bahan baku untuk industri di bumi kita sendiri dan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat akan mendorong kita untuk berusaha lebih keras lagi.

Senin,18 Juli 1977.

Negara-negara yang sedang  membangun  memerlukan  teknologi  yang dapat  menciptakan  teknik-teknik  produksi  yang optimal.  Demikian  dikemukakan  Kepala Negara  hari ini  dalam sambutannya  ketika  membuka Konferensi  Sela ke -3  Himpunan  Ilmu Pengetahuan  Pasifik  di Depansar, bali. Selanjurtnya  Presiden mengatakan  bahwa" tidak  ada gunanya  kita menerapkan  teknologi  yang tinggi  apabila  jutaan rakyat  menganggur, tanpa  pekerjaan  dan tanpa  penghasilan, lebih-lebih    tanpa hargadiri." Oleh Karena itu,  dalam  mengimpor  teknologi  modern  dari negara maju, tidak  perlu lengkap  keseluruhan   komponennya  karena  beberapa diantaranya  dapat  dan harus  disediakan  sendiri oleh bangsa  yang bersangkutan . Demikian Presiden.


Rabu, 18Juli 1988.

Presiden  Soeharto  dan Presiden  Marcos  meneruskan  pembicaraan  tidak resmi  mereka  di Cavite pada  jam 10.00 pagi ini. Pembicaraan  berlangsung  sampai  menjelang   presiden  Soeharto terbang  kembali  ke Manila  pada pukul 11.45. Sementara itu, kedua  negarawan  telah mengisi  acara pagi  mereka  dengan bermain golf.

pukul  11.45  siang ini, Presiden  Soeharto dan rombongan  tiba kembali  di Jakarta  dari Manila.   Tidak   diperoleh  sesuatu  pernyataan mengenai hasil kunjungan tidak resmi  di Filipina  ataupun menyangkut  pembicaraan  yang   dlakukannya dengan Presiden  Marcos.


Jum’at, 18 Juli 1980.
Presiden Soeharto mengatakan  bahwa hingga sekarang ini ia memahami kekurangan dan kebutuhan perguruan tinggi, namun pemenuhannya  harus dilaksanaan secara  bertahap.  pesan kepalaNegara itu ini disampaikan oleh Zahid Husein, Kepala Biro Proyek-proyek  Banpres pada Sekertariat Operasional Pembangunan, ketika atas nama Preiden  ia menyerahkan tujuh buah kendaraan kepada universitas  Samratulangi  dan IKIP  di Manado hari ini. Acara penyerahan itu berlangsung dipelataran parkir kantor Gubernur, dan diterima  langsung  oleh Rektor IKIP ,Prof.  Worang, dengan  disaksikan  Gubernur  Sulawesi Utara dan para pejabat  setempat.


Senin,18 Juli 1983.

Menteri  penerangan  Harmoko menghadap  Presiden  Soeharto  di Bina Graha  pagi ini. Setelah menghadap,ia mengatakan  bahwa  Kepala Negara telah menegaskan  kembali  bahwa TVRI  harus jalan terus  tanpa iklan.  Juga  dikatakannya  bahwa Pemerintah  sama sekali   tidak akan  membuka  saluran khusus yang dikelola swasta.


Rabu, 18 Juli  1984.

Menteri  Muda  Urusan  Peningkatan  Produksi  Peternakan  dan Perikanan, prof  Dr JH Hutasoit menghadap Presiden  Soeharto di Cendana  pagi ini. Setelah  menghadap ,ia  mengatakan  bahwa Kepala Negara telah menginstruksikan agar   pemasukan sapi dari luar negeri lebih diperketat, dan sama  sekali  tidak  mememperbolehkan  impor sapi dari negara-negara Amerika  Latin. Hal ini karena  hasil penelitian yang dilakukan  di Inggris  memperlihatkan bahwa jenis  penyakit  mulut  dan kuku sapi yang mrnyerang  ternak  di Indonesia  hanya terdapat  di Amerika Latin.


Kamis, 18 Juli 1985.

Presiden  berpesan  agar kesatuan  dan persatuan  organisasi  OPEC ditingkatkan, serta berusaha  mengadakan  dialog  dengan negara-negara  produsen  minyak  non-OPEC  untuk menciptakan  tigkat harga minyak  yang wajar.Pesan tersebut  disampaikan  kepala  Negara kepada  Direktur  Utama  Pertamina,AR  Ramly, yang melaporkan  persiapan delegasi  RI  dalam sidang  OPEC tanggal 12 Juli mendatang  di Jenewa.Pertemuan  pagi ini dengan Kepala Negara juga dihadiri oleh  Menteri  Perindustrian  Hartarto  dan  Sekertaris Jenderal Departemen  Pertambangan  dan Energi, Anwar Nurhadi.


Sabtu,18 Juli 1987.

Pukul 09.00  pagi ini Presiden  Soeharto  melantik  636 perwira  remaja ABRI  dalam suatu   upacara di halaman  Istana  Merdeka  Dalam upacara  itu Kepala Negara menyematkan  tanda  pangkat kepada  empat  perwira  lulusan terbaik,   yaitu  Letda. Muhammad  Herindra (Angkatan Darat),   Letda. Harjo Susworo(Angkatan Laut), Letda.Miarto (Angkatan Udara),  dan Letda. M Tito Karnavian (Polri).

Dalam amanatnya Presiden  antara lain  mengatakan  bahwa  pada tahun-tahun  yang akan datang  akan makin rampung  peralihan  generasi  dalam jajaran ABRI.Proses peralihan generasi  itu terjadi  dalam semua  kader-kader  dan lapisan masyarakat kita.

Selanjutnya  dikatakan pula  bahwa  karena  negara  kita  adalah  negara  kekeluargaan,karena  tradisi  kemanunggalan  ABRI  dan rakyat,maka  pelantikan  perwira-perwira remaja  ABRI bukan hanya  berarti  bertambahnya  pimpinan bangsa kita di masa datang.


Senin,18 Juli 1988.

Bertempat di Istana Negar,pagi ini Presiden Soeharto membuka Rapat Kerja Departemen  Kehutanan. Dalam pidato sambutannya,Kepala Negara   menyampaikan harapannya  agar seluruh jajaran Departemen Kehutanan dapat benar-benar  mempertahankan  dan bahkan  terus  meningkatkan  momentum  pembangunan.   Harapan itu peranannya  dalam  melestarikan hidup dan, di lain phak,dapat  memberikan sumbangannya  bagi pembangunan.

Selanjutnya  Presiden  meminta  perhatian  para  peserta  rapat  kerja atas beberapa hal, dalam rangka  penyiapan   rencana  kerja  untuk pelaksanaan Revelita V. pertama, tersedianya bahan baku yang cukup  dan  berkelanjutan  bagi industri  pengolahan hasil hutan yangtelah ada.Untuk itu penting  sekali berhasilnya  pembangunan hutan tanaman  industri, dan  dilanjutkannya pelaksanaan sistem terbang  pilih  Indonesia. kedua, pelaksanaan penganekaragaman  produk,  baik produk hasil hutan maupun olahannya,  termasuk peningkatan pemanfaatan limbah.

Ketiga, pelaksanaan  rehabilitasi lahan-lahan  kritis dan penanganan  peladang  berpindah  menjadi  peladang  menetap. Untuk itu perlu  ditingkatkan keikutsertaan masyaraka, baik dari kalangan masyarakat perhutanan. Keempat, konverasi   hutan perlu terus menerus  dimantapkan ,terutama  melalui  penignkatan penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat.

Pukul 10.00 pagi ini , setelah membuka  rapat  kerja  Departemen  kehutanan, Presiden Soeharto  menerima Menteri  Perindustrian  Hartarto  dan Menteri  Muda Perindustrian  Ariwibowo  di Istana Merdeka. Mereka  menghadap  Kepala Negara  antara lain untuk melaporkan  tentang  hasil kerja 61 BUMN  dalam lingkungan  Departemen Perindustrian. Dilaporkan  mereka bahwa dalam semester  pertama tahun 1988, terdapat  19 perusahaan mengalami  kerugian, yang keseluruhannya  berjumlah Rp 35,348 miliar.  Akan tetapi,jika  dibandingkan  dengan kerugian yang  dialami  20 perusahaan dalam kurun waktu yang sama tahun lalu sebesar  Rp 58,589 miliar, berarti terjadi penurunan sebesar Rp 23, 241 miliar.

Di tempat  yang sama,45 menit  kemudian, Presiden  Soeharto  menerima  Menteri  Luar Negeri  Siprus, George Iacouu. Dalam  pertemuan  itu Kepala Negara telah menjelaskan kepada tamunya  tentang  kebijaksanaan politik luar  negeri  Indonesia ,upaya-upaya  pembangunan  dan peningkatan  kesejateraan  rakyat  Indonesia.

Setelah bertemu  Presiden,george lacouu  mengatakan  bahwa pembicaraan  juga menyinggung  tentang  penyelenggaraan  KTT  Non- Blok, tetapi ia tidak mengungkapkan dengan tegas apakah  negerinya  akan mendukung  keinginan Indonesia  untuk menjadi tuan rumah  KTT  Non- Blok  yang akan berlangsung  pada tahun depan.


Sabtu, 18 Juli 1992.

Pada jam  09.00 pagi ini  Presiden Soeharto ketika  menerima  Menteri  Keuangan JB  Sumarlin yang menghadapnya  bersama   Menteri/ Sekertaris Negara  Moerdiono.  Mereka datang untuk melapor tentang  hasil sidang CGI  di paris yang sepakat  untuk memberikan bantuan  kepada Indonesia sebesar  U$$ 4,94  miliar. menanggapi laporan  itu, Kepala  Negara mengajak  masyarakat dan jajaran  pemerintah  untuk  menjaga  kepercayaan negara-negara  dan lembaga  internasional  anggota  CGI,  dengan  mengusahakan agar  bantuan  itu dimanfaatkan sebaik-baiknya  untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.

Pada kesempatan  itu Presiden juga menyampaikan  penghargaannya kepada  anggota-anggota  CGI atas perhatian dan pengertian  mereka  akan masalah-masalah yang dihadapi Indonesia  dalam meaksanakan  pembangunan.

Penyusun : Eren