PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 19 Juli 1971-1972-1973-1976-1977-1978-1979-1980-1981-1983-1984-1986-1988-1990-

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Senin, 19 Juli 1971.

Presiden Soeharto  telah  mengemukakan  gagasannya untuk mengadakan  penyederhanaan  terhadap  feraksi-fraksi  yang ada di DPR hasil pemilihan umum. Presiden  menginginkan  agar 13  fraksi  yang ada sekarang  dapat disederhanakan menjadi hanya empat fraksi.Dalam  gagasan  Presiden Soeharto itu,menyederhanakan  perlu diteruskan pula  dalam kehidupan  politik  masyarakat dan bukan hanya dalam parlemen  saja.  Demikian  dikemukakan Menteri Negara  Penghubung  Lembaga  Tinggi  Negara. HMS Mintareja,setelah menghadap Presiden Soeharto  di Bina Graha hari ini.
Sebagai realisasi instruksi Presiden beberapa waktu yang lalu kepada Menteri Pertanian untuk mengatasi serangan hama sexava di Sulawesi Utara, maka satu tim yang terdiri dari unsur-unsur Departemen Pertanian, AURI dan ALRI sejak tanggal 14 Juli lalu telah diberangkatkan ke daerah Sangir-Talaud, Sulawesi Utara. Tim ini sedang mempelajari kemungkinan pemberantasan hama sexava yang menghinggapi sebagian besar pohon kelapa dan tanaman lainnya di daerah itu. Hal ini dilaporkan oleh Menteri Pertanian Thoyib Hadiwidjaja kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta.


Rabu, 19 Juli 1972
Presiden Soeharto menyerahkan 25 buah sepeda motor kepada Komdak VII/Jaya, dan lima buah lainnya kepada Kodam V/Jaya. Kenderaan-kenderaan tersebut akan digunakan dalam tugas-tugas pengawalan kehormatan dan protokoler. Penyerahan yang berlangsung di Bina Graha itu diterima oleh Kadapol VII, Irjenpol. Drs. Widodo Budidarmo, dan Pangdam V/Jaya, Jenderal Poniman.

Kamis, 19 Juli 1973
 Hari ini di Padang Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan perluasan Pabrik Semen Padang. Dalam pidatonya Kepala Negara mengungkapkan bahw Pemerintah sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk membangun pabrik-pabrik semen baru di Sumatera. Bilamana usaha ini berhasil, maka keinginan kita untuk dapat memenuhi kebutuhan semen dengan produksi dalam negeri mudah-mudahan akan tercapai.

Kepala Negara juga mengungkapkan harapannya bahwa dengan kemajuan-kemajuan yang sudah diperoleh dalam pengembangan industri semen selama ini akan memungkinkan kita, dalam jangka panjang untuk mengekspor semen ke luar negeri. Ditegaskannya bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil, sebab kita mempunyai bahan baku yang cukup melimpah.

Senin, 19 Juli 1976
Selama dua jam Presiden Soeharto melakukan peninjauan  di kompleks perumahan rumah murah yang sedang dibangun di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah selesai, di kompleks tersebut akan terdapat 150 rumah dari tipe T-45, T-54 dan T-63. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan biaya antara Rp. 1 juta sampai Rp. 1,5 juta.


Selasa,19 Juli 1977.

 Presiden  Soeharto  hari ini  menerima  Sekertaris Jenderal  Konferensi  Islam  Sedunia.  dr.  Amadou  Karin  Gaye.  Dalam  pertemuan  itu Dr.Amadou Karim Gaye  meminta  Indonesia  supaya  tetap  berpartisipasi dalam organisasi Islam sedunia itu. Menurutnya  Indonesia  memiliki potensi yang besar  untuk memainkan  peranan  bagi  kemajuan  Organisasi  Konferensi   Islam di masa-masa mendatang. Negara  Indonesia  tidak dapat  diabaikan  karena  jumlah  umat  Islam  yang besar.

Dalam  pembicaraanya  dengan  presiden  dibahas masalah pendirian  suatu  lembaga  statistik  untuk mengkaji  produksi  dan perdagangan  setiap negara  anggota. Selain  membicarakan  masalah-masalah  yang dihadapi  dalam  rangka kerjasama  dan solidaritas.juga  dibicarakan  mengenai kerjasama  dalam bidang ekonomi  yang merupakan dasar  kerjasama teknik, ekonomi  dan perdagangan generasi  muda melalui   pertemuan-pertemuan  generasi  muda itu.

Rabu, 19 Juli 1978
 Pukul 10.00 pagi ini,bertempat di Bina Graha,Pemimpin Soeharto  memimpin  sidang  kabinet  bidang  politik dan  Keamanan.Sidang  antara lain telah  mendengarkan  laporan Pangkopkamti,Laksamana  Sudomo, tentang  rencana  penglepasan  10.000  tahanan  G-30-S/PKI  secara  bertahap  dalam  tahun ini. Dalam  hubungan ini  Presiden  menginstruksikan  Pangkopkamtib untuk  mempercepat terbitnya buku putih  tentang  G-30-S/PKI. Sebab, demikian Presiden, dengan  adanya bacaan  yang otentik ,maka,rakyat akan mengetahui  apa yang melatarbelakangi  kejadian tersebut.

Kepada peserta sidang, Presiden telah memberikan briefing mengenai kunjungan kerjanya ke Timor Timur baru-baru ini. Dalam hubungan ini Presiden meminta departemen-departemen terkait agar pembangunan Timtim dipusatkan pada bidang prasarana, pertanian dan pendidikan. Kepada Menko Ekuin, Presiden menginstruksikan agar segera melaksanakan keputusan untuk membuka Timtim melalui laut dan udara dengan daerah-daerah lain. Sementara itu kepada Mendagri diminta untuk memantapkan organisasi daerah, baik unsur Pemerintah Daerah maupun dinas-dinas vertikal, dengan menempatkan pejabat-pejabat yang lebih pasti.
Kamis,  19 Juli 1979.

Presiden  Soeharto  di Bina Graha pagi ini  menerima 21 orang  pengurus  baru SPS.Selain Ketua SPS,Soenardi DM, tampak hadir  pula  dalam pertemuan  dengan kepala Negara itu,antara lain,adalah  Jakob  Utama, Norman  Diah,Darajad, Zulharmans, Harmoko,Baliantara Harahap  dan Lukman Umar. Mereka  menghadap Kepala Negara untuk melaporkan hasil-hasil  Kongres  ke -16 yang berlangsung  baru-baru ini.
Kepada pengurus SPS itu, Presiden mengatakan  sendiri  masalah yang dihadapinya dan tidak membebankan semua persoalan  kepada Pemerintah. Diharapkan oleh Presiden  agar  perusahaan -perusahaan pers yang belum maju, terutama  di daerah-daerah.

Sabtu, 19 Juli1980

Presiden  dan Ibu Tien Soeharto  beserta  delapan menteri,hari ini tiba di lapangan terbang Sam Ratulangi,Manado, dengan  pesawat khusus F-28"Arun ", untuk kunjungan kerja selama dua hari di Sulawesi  Utara.Di lapangan terbang,Presiden dan rombongan dijemput oleh Gubernur  Sulawesi  Utara GH Mantik dan Nyonya,serta pejabat -pejabat
Jam 22.20malam ini,bertempatdi Stadion Klaba,Presiden Soeharto membuka Sidang  Raya IX DGI.Dalam pidato  sambutannya,Kepala  Negara  mengajak semua  pemuka agama,ulama  dan rohaniwan,semua  umat beragama  untuk memanfaatkan wadah Musyawarah.Antar Umat  Beragama  semaksimal  mungkin,  sehingga benar-benar mencapai sasaran,yaitu sebagai wadah  bersama untuk  berkonsultasi antara para  pemimpin dan pemuka  agama  dengan pemerintah.

selanjutnya dikatakan  Presiden  bahw  umat  manusia dewasa ini  dihadapkan pada tantagan  baru, tantangan-tantangan  zaman modern,yang belum  pernah dihadapi  umat  manusia sebelum ini. Demikian  luas tantangan-tantangan itu,sehingga panggilan agama tidak mungkin  lagi dibatasi  pada dinding-dinding rumah -rumah ibadah saja. Dalam cita-cita kita untuk  membangun  manusia Indonesia  yang utuh,maka  agama juga ditantang  untuk meningkatkanmkesejateraan hidup lahiriah,disamping pembinaan rohani  dan kejiwaan.pelayanan  kepada masyarakat  itu dapat  terang  lebih  terpuji  jika dapat  dilaksanakan  bersama-sama  dengan lembaga -lembaga  agama lainnya. Di sinilah akan lebih terasa  betapa besarnya  nilai kerjasama  antara semua umat beragama. Demikian Presiden.

Selasa,19 Juli 1981.

Presiden  Soeharto  menghadiri  Nuzul Qur,an  di Masjid  Istiqlal  malam ini,  Kepala  Negara  dalam  amanatnya mengatakan  bahwa   dalam  kesmpatan  seperti ini,marilah kita  semua dengan  penuh kejujuran  pada diri sendiri meneliti diri kita  masing-masing: sudah berapa jauhkah  kita  berhasil  megikuti dan melaksanakan  ajaran-ajaran Kitab Suci kita.
Menurut Presiden, dalam usaha  kita mewujudkan  keseimbangan,keselarasan dan keserasian  dalam kehidupan kita sebagai bangsa,kita ahrus berusaha  menyemarakkan kehidupan  beragama dalam masyarakat.hanya kesemarakan  lahirialah saja.Sebab  agama  terutama menyangkut  mengamankan kehidupan rohaniah  kita. Justru  kehidupan rohaniah itulah  yang akan mengamankan dan menyelamatkan wujud kehidupan  lahirialah kita di dunia  ini akan kebahagiaan kita di akhirat nanti.

Selasa, 19 Juli 1983.

Presiden Soeharto meminta  Federasi Buruh  Seluruh  Indonesia (FBSI),sebagai partener  pemerintah  dalam pembangunan,supaya  lebih meningkatkan  pendidikan,latihan  dan keterampilan kaum buruh, baik yang telah bekerja  maupun yang putus sekolah. Presiden  juga  menekankan betapa pentingnya  pendidikan  bagi  kaum buruh,Khususnya yang menyangkut penataran P4.Demikian dikatakan oleh ketua Umum FBSI, Agus  Sudono, setelah ia bersama pimpinan FBSI  lainnya  diterima  Prsiden  Soeharto  di Bina Graha pagi ini.

Kamis,19 Juli 1984.

Jam 10.00 pagi ini,Presiden  dan Ibu Soeharto menghadiri acara peresmian Gedung  Serbaguna  Cut Nyak Dhien,dan  penanugerahan Lencana  Pancawarsa Gerkanan  Pramuka.kedua  acara ini dilangsungkan  di Graha Wisata pramuka  di Cibubur,Jakarta Timu,secara  berturut-turut.Lencana  Pancawarsa Gerakan Pramuka dianugerahkan  kepada almarhum M Sarbini  ( diwakili isteri almarhum),Hs  Muhtar, Mastani Hardjoprakoso MLS, J Liem Beng Kiat, Nurman  Atmasulisty,dan Emma  Rasdiastuti.
Selanjutnya Presiden dan Ibu Soeharto  berhalal  bil hala dengan para hadirin.

Sabtu, 19 Juli 1986.

Pagi ini  di plaju,Sumatera Selatan, Presiden Soeharto  meresmikan Pusat Aromatik yang mampu  memproduksi 450ton PTA (purifield terephtail acid) sehari.Proyek ini merupakan  pabrik jenis  baru  yang pertama dimiliki Indonesia, yang  menghasilkan bahan baku utama bagi  inustri tekstil.
Dalam sambutannya,Presiden  mengatakan  bahwa  sebanyak  mungkin mengolah  kekayaan  alam di negeri sendiri  merupakan salah satu segi yang sangat penting  dari pembangunan kita, karena kekayaan  alam itu  memang  harus  kita olah untuk sebesar -besar kemakmuran  rakyat. Dengan  mengolah bahan baku  di negeri sendiri berarti membuka kesempatan kerja  lebar,menggerakan  kegiatan  ekonomi lebih luas  memperoleh nilai tambah  yang makin besar dan juga menghemat devisa   yang semula  kita gunakan untuk mengimpor bahan baku.
Selanjutnya  diingatkan oleh Presiden  bahwa  jika dalam pembangunan pabrik-pabrik   yang makin  canggih  kita masih  memerlukan  tenaga asing,maka hadirnya tenaga-tenaga  asing itu justru  kita manfaatkan sebaik- baiknya guna  alihteknologi dan  ketermapilan.kita  menyadari  sedalam- sedalamnya bahwa kita pun harus terus bergerak kearah  kemandirian  dalam  bidang  indusrtri.Dan hal itu hanya  akan tercapai   dengan  makin banyaknya  tenaga  Indonesia  sendiri  yang mampu  menguasai teknologi  yang  makin  canggih dan keterampilan -keteampilan lainnya.


Senin, 19 Juli 1988
Presiden dan Ibu Soeharto melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Utara, siang ini di desa Tampusu, Kabupaten Minahasa, Kepala Negara meresmikan sejumlah proyek pembangunan, antara lain Pusat Pengembangan Ternak Tampusu, Kabupaten  Minahasa, Kepala Negara meresmikan sejumlah proyek pembangunan  Ternak  di Tampusu, Irigasi Pontak, PLTA Tanggari, gedung Politeknik Universitas Sam Ratulangi, dan jembatan Randangan yang merupakan salah satu jembatan terpenting di jalur trans-Sulawesi.
Dalam Pidato peremiannya ,Presiden Soeharto   mengatakan bahwa  dari perjalanan  yang dilakukannya di seluruh  tanah air  ia mendapat kesan bahwa kekuatan-kekuatan pembangunan  rakyat kita  mulai  bangkit.Di katakannya  bahwa  kita  menyadari  bahwa pembangunan  memang  memerlukan kekayaan alam dan modal.Akan tetapi,andalan   utama pembangunan kita adalah kemauan  dan kemampuan  manusia  untuk membangun  dirinya,membangun masyarakatnya,membangun masa depannya. Karena itu, harus kita  kembangkan  dan gerakan bersama- sama,agar  benar-benar  menjadi  kekuatan pembangunan  yang besar.

Kamis,19 Juli 1990.

Tujuh orang anggota Parlemen Filipina melakukan  kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina  Graha pagi ini.Dalam pertemuan itu mereka menyampaikan  penghargaan Parlemen Filipina  sehubungan  dengan  keputusan  Presiden  Soeharto  untuk segera mengirim  bantuan kepada  para  korban  musibah gempa bumi yang  terjadi  di bahagian  utara Filipina baru-baru ini. Kepada Presiden,mereka juga menyampaikan rasa belasungkawa  Presiden  Cory  Aquino  dan rakyat Filipina  sehubungan  dengan tewasnya ratusan jamaah haji Indonesia  dalam musibah terowongan Mina pada awal bulan ini.

Penyusun :Eren