PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 16 Juli 1974-1978-1979-1981-1986-1987-1990-1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Selasa, 16 Juli 1974
 Pukul 10.00pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung  di Bina Graha, Jakarta. Sidang  hari ini  telah  membahas berbagai  masalah ekonomi  dan keuangan. Dalam sidang tersebut, Kepala Negara telah Presiden  telah menyetujui diberlakukannya pembebasan pajak penjualan atas jasa docking   dan reparasi kapal yang dikerjakan oleh industri kapal dalam negeri. Persetujuan Kepala Negara diberikan atas pertimbangan bahwa Pemerintah perlu mendorong pengembangan industri galangan kapal dalam negeri.

Didalam  sidang  kali ini  Menteri  Perhubungan  Emil Salim  telah  dilakukannya  di pelabuhan Tanjung  Priok, Jakarta. Sementara  itu menteri  Keuangan Ali  Wardhana  telah  menguraikan tentang  perkembangan  beberapa  indikator  ekonomi keuangan, selain  memberikan  penjelasan mengenai  langkah  penerbitan  yang dilakukannya  dilingkungan  departemennya. Menyangkut  masalah  penertiban ini,terungkap  didalam sidang  adanya  tekad  pemerintah  untuk mengambil tindakan  tegas,termasuk  mengajukan  tuntutan  pengadilan, terhadap pejabat-pejabat  instansi  pemerintah  yang menjadikan  pengurusan  soal-soal administrasi  negara  sebagai sumber  penghasilannya.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri  Keuangan  Ali Wardhana  kepada pers seusai sidang.

Minggu, 16 Juli 1978
 Pukul 08.30 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto meninggalkan Jakarta menuju Baucau, untuk memulai kenjungan kerja selama dua hari di Timor Timur. Dalam kunjungan kerja ini Presiden membawa rombongan yang sangat besar; menurut Kepala Negara, inilah rombongan terbesar yang pernah diajaknya mengunjungi sesuatu daerah selama ini.

Di Dili  sore ini Kepala Negara  dan Ibu Soeharto menyaksikan pertunjukan  drumband  Pramuka  daerah Timor-Timur. Selanjutnya, dari Gubernuran, Presiden  stasiun  relay TVRI.


Senin, 16 Juli 1979.

Presiden Soeharto  hari ini  menginstruksikan  Badan  Koordinasi  Transmigrasi  untuk mempercepat  pembukaan  lokasi  transmigrasi  baru Pembukaan  lokasi  baru itu  diharapkan  sudah  terwujud  pada bulan  Oktober  yang akan datang,yaitu  saat  tibanya  musim  penghujan.  Juga diinstruksikan  Kepala Negara agar peranan  riset  dan teknologi  lebih  diikutsertakan  dalam  program  transmigrasi.

Instuksi -Instruksi tersebut di sampaikan  Presiden  kepada  Badan  Koordinasi  Transmigrasi  dalam suatu  pertemuan  yang berlangsung  selama satu jam lebih  di Bina Graha pagi ini. Sebagaimana  diketahui , Badan Koordinasi  Transmigrasi  ini terdiri atas Menteri  Tenaga kerja dan Transmigrasi, Menteri  PAN, Menteri  Riset dan Teknolog, Menteri  pekerjaan Umum, Menteri  Muda  Transmigrasi, Direktur Jenderal Transmigrasi, dan Menteri/ Sekertaris Negara.



Kamis, 16 Juli 1981

Presiden Soeharto  di Bina Graha  pagi ini menerima  kunjungan  kehormatan Ketua  Parlemen  Jepang Masatosi Tokunaga. Seusai  pertemuan tersebut Masatosi  Tokunaga mengatakan  bahwa  tidak  ada pembicaraan  khusus  dengan Presiden  Soeharto. Didalam pertemuan, Presiden  Soeharto  mengharapkan adanya  kerjasama  dengan Pemerintah  Jepang dalam menyelesaikan  masalah  Kamboja. Dikatakannya pula bahwa  antara Jepang  dengan Indonesia  tidak ada sesuatu  perbedaan  pandangan mengenai masalah Kamboja.

hari ini,Presiden Soeharto menerima  Menteri  Negara PPLH, Emil Salim  di Bina Graha. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan  masalah pengawasan pembangunan. Presiden  mengatakan kepada Menteri untuk meminta para inspektur jenderal semua departemen mengungkapkan berbagai hal yang menyangkut pelaksanaan pengawasan pembangunan agar unsur keterbukaan dalam melaksanakan pengawasan pembangunan  dapat berjalan.

Wakil Gubernur DIY, Pakualam VIII, atas nama Presiden,hari ini  menyerahkan bantuan Presiden kepada Taman Siswa sebesar Rp. 50 juta. Bantuan tersebut langsung diterima Ketua Umum Majelis Luhur Taman Siswa, Ki Suratman, dan akan dipergunakan untuk membangun gedung Ibu Pawiyatan di kompleks Pendopo Taman Siswa Yogyakarta.


Rabu, 16 Juli 1986.

Bertempat  di Bina Graha, siang ini Presiden Soeharto  memberikan pengarahan  kepada para pejabat  di lingkungan  Departemen  Pertanian. Dari  lingkungan  departemen tersebut, selain Menteri Achmad  Affandi  dan para menteri  muda, ikut  semua direktur  jenderal  sekertaris  jenderal dan  inspektur jenderal. Atas instruksi Presiden,hadir pula dalam pertemuan  itu Menteri  keuangan,Radius  Prawiro, Menteri Perencanaan  Pembangunan  Nasional/ Ketua Bappenas, Sumarlin,,Menteri PAN Salef Afif,Menteri/Sekertari Negara,Sudharmono,Menteri Muda/Sekertaris  Kabinet, Moerdiono,Sesdalopbang Solihin GP, dan Irjenbang  Sukasah.

Dalam pertemuan yang  berlangsung  selama lebih dari satu jam  itu, Kepala Negara menginstruksikan  agar  semua hambatan  dalampelaksanaan proyek-proyek pembangunan,khususnya yang dibiayai oleh Bank  Dunia  dan Bank Pembangunan Asia,dapat segera diatasi. Diperitahkan pula oleh Presiden  kepada para pejabat Departemen Pertanian tersebut untuk segera mengambil langkah-langkah guna mempercepat pelaksanaan proyek-proyek tersebut. Diingatkanya bahwa kita perlu memelihara gerak pembangunan  dan memanfaatkan  dengan sebaik-baiknya kepercayaan pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.

Dalam rangka memperingati 10 tahun  usia Provinsi  Timor-Timur, yang jatuh pada tanggal 17 Juli besok,Presiden Soeharto  hari ini menandatangani Peraturan Pemerintah  No. 30  Tahun 1986. Dalam Peraturan Pemerintah ini dituangkan kebijaksanaan untuk memberikan tunjangan penghargaan/ santunan kepada janda/duda  bekas pegawai pemerintah sementara Timtim selama masa perjuangan mengintegrasikan Timor-Timur kedalam Republik Indonesia. Tunjangan itu adalah sebesar Rp 50.000,- per bulan. Kebijaksanaan  ini juga diberlakukan bagi para pensiunan bekas pegawai pemerintah kolonial Timor Portugis yang ada di Provinsi Timor-Timur.


Kamis,16 Juli 1987.

Presiden  Soeharto memperingatkan  agar lahan pertanian berpengairan teknis kelas satu jangan sampai  digusur untuk lokasi industri. Sehubungan dengan itu Presiden  menginstruksikan  agr lahan pertanian kelas satu itu dipelihara,sedangkan pembangunan industri agar diarahkan ke wilayah yang bukan lahan pertanian yang baik.

Demikian dikatakan Menteri KLH, Emil Salim, seusai diterima  Presiden  Soeharto di Bina Graha. Sebagai contoh ia menunjukan bahwa Jawa Timur yang kini berpenduduk sebanyak 25 juta jiwa, pada tahun 2000 nanti jumlah penduduknya akan mencapai 37 juta. Di provinsi itu sektor industri hendaknya dikembangkan ke wilayah  utara,yaitu  Surabaya-Gresik,Tuban yang daerahnya relatif gersang dan berkapur.Jadi bukannya kearah selatan, yaitu Surabaya-Malang yang tanahnya subur.

Presiden memerintahkan Menteri  Muda Urusan  peningkatan  Produksi Peternakan dan Perikanan, Prof Dr J. Hutasoit, agar menata kembali dengan lebih baik pelaksanaan Keputusan  Presiden No. 50/1983 tentang pengaturan peternakan unggas. Presiden menginstruksikan hal ini karena pelaksanaan Keppres itu di lapangan banyak yang tidak sesuai  dengan jiwa dan tujuan Keputusan Presiden itu. Sebagai contoh penyimpangan itu Kepala Negaramengatakan bahwa ada sejumlah perusahaan peternakan unggas yang dibentuk atas nama beberapa orang,namun ternyata pemiliknya hanya satu orang.

Sebagaimana diketahui, tujuan dikeluarkannya Kepres No 50/1983 adalah untuk mengatur agar usaha peternakan unggas tidak melampaui jumlah ternak yang diupayakan 5.000 ekor. Jika ingin lebih dari batas itu, perusahaan bersangkutan harus terbentuk peternakan inti rakyat yang mengikut sertakan peternak-peternak kecil.


Senin, 16 Juli 1990.

Pagi ini di Yogyakarta  Pressiden  Soeharto  membuka Kongres VI dan Seminar  Nasional HIPIIS( Himpunan  Indonesia untuk pembangunan Ilmu-Ilmu Sosial). Dalam acara ini Presiden juga menyampaikan penghargaan ilmu-ilmu  sosial  kepada Dr Sudjatmoko  dan Prof Dr Sartono Kartodirjo.

Dihadapan 300 ilmuwan sosial , Kepala Negara antara lain mempertanyakan,mengapa pembangunan manusia dan masyarakat harus merupakan prioritas  yang makin penting. Presiden mrngemukakan beberapa alasannya. Pertama,pembangunan dalam era tinggal landas adalah pembangunan yangharus dapat bergulir  sendiri, yang terutama  harus didukung oleh kekuatan, prakarsa dan dinamika masyarakat kita sendiri. Keadaan itu hanya  dapat kita ciptakan dengan meningkatkan kualitas mereka  sehingga mandiri,mampu mengangkat dirinya sendiri.

Kedua, pembangunan kebendaan dan kuantitatif saja sudah tidak memadai lagi. Pembangunan seperti itu belum tentu menghasilkan kesejateraan dan kebahagiaan, bahkan ternyata dapat membawa dampak sosial budaya yang kurang menguntungkan.

ketiga, makin derasnya laju perubahan  masyarakat.Laju perubahan sosial akan makin deraslagi pada kurun waktu pemangunan jangka panjang 25 tahun kedua nanti.Era tinggal landas akan banyak membawa kesempatan dan kegiatan baru yang makin mendorong perubahan masyarakat. Disamping  itu, Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta komunikasi, serta perubahan global lainnya pada abad ke-21 akan mempunyai pengaruh terhadap bangsa dan masyarakat  kita sendiri.

Semua itu, demikian ditegaskan Kepala Negara,merupakan tantangan yang harus kita hadapi dengan kualitas manusia yang memadai serta pemangunan masyarakat Pancasila yang terbuka, yang tetap mampu menghadapi tuntutan masa depan.

Kamis, 16 Juli 1992
Presiden dan Ibu Soeharto berada di Ujung Pandang dalam rangka peresmian beberapa proyek pembangunan, antara lain Kantor Gubernur, Gedung Juang 45, pabrik kelapa sawit, Rumah Sakit Haji Mina, dan kapal latih Politeknik Pertanian Universitas Hasanuddin.

Dalam kata sambutannya, Kepala Negara kembali mengingatkan  tentang ujian pembangunan. Dikatakannya bahwa pembangunan kita adalah pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan rakyat. Kesejateraan rakyat itu jelas sudah meningkat, tetapi kita menyadari  bahwa pembangunan adalah kegiatan bertahap, terpadu dan kita lakukan terus menerus tanpa mengenal henti. Kita pun memahami bahwa pembangunan tidak selalu berjalan mulus. Selalu ada tantangan, hambatan,dan gangguan. Karena itu, dalam melaksanakan pembangunan kita harus selalu memelihara semangat membangun.

Penyusun : Eren