PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 15 Juli 1968-1970-1971-1974-1975-1977-1978-1980-1982-1985-1989-1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Senin, 15 Juli 1968
Dengan menumpang pesawat Hercules C-130 AURI, Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini berangkat ke Tanjung Karang (Lampung) untuk memulai kunjungan kerja ke provinsi-provinsi Sumatera bagian Selatan, yang akan berlangsung sampai tanggal 21 Juli 1968. Dalam rapat umum di Tanjung Karang, sore harinya, Presiden mengemukakan bahwa maksud kunjungannya ke daerah-daerah ialah untuk melihat secara langsung perkembangan daerah dalam rangka pembangunan nasional. Disamping itu Presiden juga ingin mendengarkan sendiri saran-saran dan pendapat-pendapat daerah tentang pembangunan. Menurut Jenderal Soeharto saran-saran tersebut sangat berguna, sementara hubungan timbal balik antara pemimpin nasional dan rakyat akan memberikan kepercayaan kepada kepala negara dalam melaksanakan tugas yang dibebankan oleh rakyat. Pada kesempatan itu pula Presiden mengajak rakyat Indonesia untuk meninggalkan pertentangan-pertentangan politik dan agama, sehingga dapat dicapai stabilitas nasional yang merupakan syarat mutlak bagi pelaksanaan pembangunan.

Rabu, 15 Juli 1970
Presiden menginstruksikan Menteri Kehakiman, Prof. Oemar Senoadji SH, untuk menyusun suatu peraturan mengenai pendaftaran kekayaan pejabat negara. Instruksi ini disampaikan oleh Presiden kepada Menteri Kehakiman ketika yang belakangan ini menghadapnya di Istana Merdeka tadi pagi.

Kamis, 15 Juli 1971
Presiden Soeharto hari ini meninjau pembangunan beberapa hotel di Jakarta. Hotel-hotel yang ditinjau adalah hotel yang bertaraf internasional, seperti Hotel Menteng, Hotel Sabang, President Hotel, Interhouse Hotel, Hotel Asoka, Ramayana City Hotel, Hotel Gajah Mada, dan Hotel Banteng. Dalam peninjauan yang didampingi oleh gubernur DKI Jakarta, Menteri Perhubungan, Ketua Bappenas, Gubernur Bank Sentral, dan Dirjen Pariwisata itu, Presiden memberikan perhatian besar pada fasilitas yang dimiliki oleh hotel-hotel tersebut.

Senin, 15 Juli 1974.
 Hari ini Presiden Soeharto meninjau proyek percobaan komponen rumah perlit di desa Muara, Kecamatan Citeureup, Bogor. Dalam peninjauan ini Kepala Negara telah memberikan perhatian besar terhadap proses produksi komponen rumah yang ada di pabrik percontohan itu. Alasan mengapa Presiden memberikan perhatian yang demikian besar terhadap pabrik ini, sebab ini merupakan solusi bagi pemerintah untuk menyediakan rumah murah bagi rakyat, khususnya pegawai negeri. Kepala Negara mengungkapkan bahwa Pemerintah tengah memikirkan untuk membentuk koperasi perumahan bagi pegawai negeri. Ia mengharapkan bahwa melalui koperasi itu akan terbentuk dana yang akan memungkinkan pegawai negeri untuk memiliki rumah murah.

Selasa, 15 Juli 1975
 Tepat pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka  sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha. Menneg Ekuin Wdjojo Nitisastro memberi penjelasan tentang hasil-hasil di bdang ekonomi yang dicapai Indonesia dari kunjungan Presiden Soeharto dan rombongan ke beberapa negara pada akhir Juni hingga awal Juli lalu.

Hasil yang dicapai di Iran adalah berupa kesepakatan Iran untuk meningkatkan hubungan perdagangan langsung kedua negaa. Dalam kaitan ini Indonesia akan mengambil langkah-langkah lbih lanjut, yaitu dengan mengirimkan misi perdagangan ke negeri yang dipimpin oleh Shah Iran itu.

Di Yugoslavia, Indonesia berhasil memperoleh dukungan Presiden Tito untuk pembangunan beberapa proyek. Pihak Yugoslavia telah menyatakan kesediaan untuk membantu pembangunan proyek listrik sebesar US$80 juta dan pengembangan proyek alat berat PT Barata yang akan menghabiskan biaya sebesar US$ 45 juta. Selain itu Yugoslavia telah pula menyepakati untuk memberikan bantuan peralatan bagi Departemen PUTL senilai US$ 30 juta.

Sementara itu pemerintah Kanada akan memberikan pinjaman melalui Canadian International Development Agency (CIDA) sebesar US$ 40 juta. Selain itu pemerintah Kanada juga menyetujui untuk memberikan tambahan  pinjaman melalui CIDA sebesar US$ 25 juta, dan melalui bank-bank komersil sebanyak C$175 juta.

Dari Amerika Serikat, Indonesia  akan memperoleh pinjaman lunak sebesar  U$$ 50 juta  melalui  USAID. Bank Exim  Amerika Serikat  juga akan menyediakan pinjaman sebesar U$$ 200 juta; pinjaman  dalam jumlah yang sama  juga akan disediakan  oleh bank-bank lainnya.

Pemerintah Jepang telah menyetujui membantu proyek Asahan sebesar US$ 870 juta, dengan pengertian bahwa 30% dari jumlah tersebut merupakan modal saham sedangkan 70% sisanya merupakan modal pinjaman. Modal saham yang diikutsertakan Jepang dalam proyek ini merupakan 75% dari keseluruhan saham, sementara 25% sisa saham dimiliki pemerintah Indonesia. Disamping itu, Jepang juga akan memberikan pinjaman lunak sebesar US$ 140 juta melalui OECF dalam rangka pembangunan Waduk Wlingi, proyek listrik di Gresik, proyek transmisi dan distribusi listrik dan perkapalan. Juga disepakati untuk membangun terminal minyak bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.


Jum,at, 15 Juli 1977

 presiden  Soeharto  hari ini membuka Konferensi palang Merah dan Sabit Merah ASEAN ke -2.Dalam  amanatnya kepala Negara menyatakan  bahwa  adanya perhimpunan  palang Merah dan Bulan  Sabit  Merah  negara-negara ASEAN  akan lebih  memasyarakatkan  ASAEN  itu sendiri. Dengan  adanya  perhimpunan  ini,  kata  Presiden  Soeharto, apa yang dapat  kita capai  bersama  akan lebih besar  dari apa  yang mungkin dapat kita capai  sekiranya kita berjalan sendiri-sendiri.


Sabtu, 15 Juli 1978.

Secara berturut-turut  selama  dua jam,  mulai pukul  09.00, di Istana  Merdeka  pagi ini  Presiden  Soeharto  menerima  surat-surat Ahmad, dan Duta Besar  Republik  Demokrasi Somalia. Adan Isaak  balasan  yang ditujukan  kepada  Duta Besar  Ahmed. Kepala  Negara mengatakan bahwa Indonesia  bukan  saja menentang  penjajahan  politik  terang -terangan  maupun  yang terselubung. Indonesia  berpendirian  bahwa kemerdekaan  politik  adalah tahap  permulaan  dari perjuangan  suatu  bangsa.  Kemerdekaan  politik  tanpa  pembangunan ekonomi  adalah timpang,  malahan  mungkin menjadi awal dari penjajahan  dalam  bentuk  lain. Karena  itu Indonesia  sejak Orde Baru berketetapan  hati untuk meneruskan  perjuangan tahap lanjutan,yaitu memberi isi kepada  kemerdekaan  dengan pembangunan.

Selanjutnya  dikatakan  oleh Presiden  bahwa  dengan  tetap  berjalan pada rencana -rencana  dan tujuan-tujuan  yang luhur, Indonesia  memberi  arti penting  bagi kerjasama  ekonomi  dengan  negara-negara  lain. Dalam penjajakan, sehingga  dapat  memberi  isi  pada hubngan  persahabatan  antara kedua negara.

Sementara itu ketika  menerima  surat kepercayaan Duta Besar  Sobri,  Presiden  Soeharto  menyingkapkan  kenyataan bahwa kerjasama  ekonomi  antara Indonesia  dan Yordania  belum  berkembang  dalam arti  yang lebih nyata. Namun hal itu  tidak dianggap sebagai  hal yang  mengecewakan  dalam hubungan antara kedua negara, demikian ditambahkannya.


Selasa, 15 Juli 1980
Presiden Soeharto selaku Ketua Yayasan Dharmais memberikan  bantuan sebesar Rp. 4 juta lebih kepada Yayasan Pemeliharaan Anak Yatim (YPAY) Ambon.Demikian  dikatakan  oleh  Ketua  organisasi itu, purnawirawan  Kol. dr. HM  Ishak, hari ini.


Kamis,15 Juli 1982.

Team P7 menyarankan  agar  politik  perburuhan  di Indonesia  didasarkan  pada usaha-usaha  yang dapat  meningkatkan  kesejateraan  buruh dan pegawai; dengan  demikian  akan meningkatkan  pula daya  beli masyarakat. Demikian   dikemukakan  oleh  Ketua  Team  P7,Dr. Roeslan  Abdulgani, setelah ia bersama-sama  GPH  Djatikusumo, dr  Satrio, Harsono Tjokroaminoto, Maskun dan  Sukarton  menemui  Presiden  Soeharto  di Bina Graha pagi ini.  Mereka  mengunjungi  Kepala Negara untuk menyampaikan  laporan  mengenai  kegiatan-kegiatan  yang  telah  mereka lakukan selama ini.

Dalam  pertemuan  itu, Presiden  telah  berbicara  mengenai  sejarah perjuangan  nasional, Ia menekankan  betapa  pentingnya  masyarakat,  khusunya  generasi  muda, untuk mengetahui sejarah  perjuangan nasional, karena  pengetahuan itu dapat  memperkokoh  persatuan  dan kesatuan  bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.


Senin, 15 Juli 1985.

Jam 09.30 pagi ini, Presiden  Soeharto menerima  Menteri  Muda Urusan Peningkatan Produksi  Tanaman  keras, Hasjrul  Harahap, di Bina Graha.setelah pertemuan itu, Menteri mengatakan  bahwa Indonesia  dewasa ini sudah dapat  mengembangkan  tanaman  kelapa  sawit secara  komersial dengan memakai  sistem kultur  jaringan.Hal  itu  dapat dilakukan  setelah penelitian  laboratorium yang mendalam  di Sumatera  Utara.

Dalam  kesempatan itu, Presiden menekankan  agar  penelitian  terus  menerus dilakukan, sehingga  kita  dapat  menghasilkan  bibit  yang baik  dan  meingkatkan  produksi  minyak  sawit. Produksi  minyak  sawit perlu ditingkatkan terus, mengingat  kelapa sawit banyak  digemari orang  karena  minyaknya kurang mengandung kolestrol.


Sabtu, 15 Juli 1989.

Presiden  Soeharto  meminta  agar  komunikasi dan dialog  dengan generasi  muda, termasuk mahasiswa terus diintensifkan  guna memberi kesempatan  bagi  mereka  menyampaikan dan  mengembangkan  pendapat. Menurut  Kepala Negar,dengan  dialog  berkala  semacam itu, maka generasi  muda diharapkan  dapat  mengikuti  dan  memikirkan  usaha-usaha  bangsa  untuk mengatasi  berbagai  tantangan  yang  diperkirakan muncul pada  masa-masa mendatang.

Demikian diungkapkan  oleh Menteri Negara  pemuda  dan Olaraga,  Akbar Tanjung, setelah setelah diterima Presiden  di Bina Graha  pagi ini.pada  kesempatan  itu Akbar Tanjung  antara lain melapor  tentang perkembangan  pelaaksanaan  pengerahan  sarjana  untuk bekerja  di pedesaan, sebuah  program  baru  yang kini masih dalam proses  perintisan.

Sepuluh orang  pengurus  Asosiasi   Rekanan  dan Distributor  Indonesia  (Ardin)menghadap  Kepala Negara  di Bina Graha  pagi ini. kepada  mereka presiden  menegaskan  bahwa  peluang  yang  disediakan  pemerintah  bagi  pengusaha  asing  untuk memasuki sektor perdagangan eceran harus  dimanfaatkan  secara bersama-sama  dengan  pengusaha  nasional  untuk menghindari  terjadinya  monopoli. kepala Negara mengingatkan memang  telah  terjadinya pola  perdagangan  di dalam  negeri,  karena  selama  ini perdagangan  pula  bahwa  kegiatan  itu harus dilakukan  secara  bersama dengan  pengusaha  dalam negeri,  misalnya  dengan anggota  Ardin. Karena  itu Kepala Negara meminta pengurus  Ardin untuk  menyiapkan jajarannya untuk bekerj sama  dengan pemodal  asing yang masuk.


Senin, 15 Juli 1991.

pukul 09.00 pagi ini, presiden Soeharto  membuka kongres  Bahasa  Jawa 1991  di Semarang, Jawa Tengah. Dalam  kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan  bahwa  bahasa  Jawa mempunyai arti yang besar  dalam kebudayaan Jawa  dan banyak masalah yang berkaitan  dengan bahasa Jawa. Karena  itu, demikian  Presiden  seyogianyalah  para peserta kongres memilih  pokok-pokok  bahasan  yang  relevan  dengan  perkebangan  zaman.Dengan demikian,kongres  ini juga  akan  membawa  arti bagi  perkembangan  bahasa  dankebudayaan  Jawa  di masa -masa mendatang.

Hari ini, pada  pukul 12.00  sampai  13.00, Presiden  Soeharto  menghadiri  pembukaan Pekan  Nasional Kontak  Tani dan  Nelayan  ke - 8 dan pertasikencana  Tahun 1991  dalam suatu  upacara di Magelang.Pada kesempatan  itu Kepala Negara  antara lain mengatakan bahwa  dalam  usaha  meningkatkan kemakmuran  dan  kesejateraan  rakyat  melalui pembangunan, peranan  sektor  pertanian,koperasi  dan keluarga  berencana  sangat  penting. Sebab, keberhasilan  pembangunan  sektor-sektor itu merupakan kunci penting  bagi peningkatan  kemakmuran  dan kesejateraan  rakyat. Karena  itu,merupakan  kewajiban  kita  semua untuk terus  membangun  pertanian, koperasi, dan keluarga berencana.


Penyusun : Erens