Senin, 14 Juli 1969.
Pagi ini di Istana merdeka Presiden Soeharto menerima Duta Besar Hongaria, Ferenc Turi, yang berpamitan sehubungan dengan akhir masa tugasnya di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut presiden menyatakan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia membuka pintu seluas-luasnya kepada semua negara, baik Timor maupun Barat, yang ingin bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang ekonomi,asalkan didasarkan pada prinsip saling bantu, saling menguntungkan dan tanpa ikatan politik. Ditambahkan oleh Presiden bahwa dalam rangka mempererat kerjasama ekonomi, pemerintah Hongaria dapat mengirim utusannya ke Indonesia untuk mempelajari perkembangan Indonesia secara mendalam.
Selasa,14 juli 1970
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menyerahkan duplikat bendera pusaka dan naskah proklamasi kepada Kowilhan se-Indonesia. Presiden meminta agar bendera dan naskah prokamsi tersebut disampaikan kepada daerah-daerah tingkat 11 di Kowilhan yang bersangkutan.
Sekitar jam 10.30 pagi ini di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima 15 orang delegasi mahasiswa Jakarta dan Bandung. Dalam pertemuan yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto itu, para mahasiswa ini minta agar kasus-kasus korupsi segera ditindak. Kepada para mahasiswa ini Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia tidak dapat membenarkan korupsi. Oleh karena itu, ia juga menyatakan kesediaanya untuk menerima laporan-laporan langsung dari masyarakat mengenai korupsi. Asalkan disertai bukti-bukti yang lengkap, maka ia tak segan-segan untuk mengambil tindakan tegas. Presiden menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi berkaitan dengan masalah pembuktian secara hukum.
Pada akhir pertemuan, presiden Soeharto menjanjikan untuk menerima dengan baik setiap laporan mengenai korupsi yang disertai oleh bukti-bukti. Untuk itu Presiden menyediakan waktu untuk menerima mahasiswa yang akan memberikan laporan tentang korupsi setiap hari Sabtu dari jam 9.00 sampai jam 12.00.
Selasa,14 juli 1970
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menyerahkan duplikat bendera pusaka dan naskah proklamasi kepada Kowilhan se-Indonesia. Presiden meminta agar bendera dan naskah prokamsi tersebut disampaikan kepada daerah-daerah tingkat 11 di Kowilhan yang bersangkutan.
Sekitar jam 10.30 pagi ini di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima 15 orang delegasi mahasiswa Jakarta dan Bandung. Dalam pertemuan yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto itu, para mahasiswa ini minta agar kasus-kasus korupsi segera ditindak. Kepada para mahasiswa ini Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia tidak dapat membenarkan korupsi. Oleh karena itu, ia juga menyatakan kesediaanya untuk menerima laporan-laporan langsung dari masyarakat mengenai korupsi. Asalkan disertai bukti-bukti yang lengkap, maka ia tak segan-segan untuk mengambil tindakan tegas. Presiden menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi berkaitan dengan masalah pembuktian secara hukum.
Pada akhir pertemuan, presiden Soeharto menjanjikan untuk menerima dengan baik setiap laporan mengenai korupsi yang disertai oleh bukti-bukti. Untuk itu Presiden menyediakan waktu untuk menerima mahasiswa yang akan memberikan laporan tentang korupsi setiap hari Sabtu dari jam 9.00 sampai jam 12.00.
Rabu, 14 Juli 1976
Presiden Soeharto memberikan kredit berupa 100 motor diesel untuk perahu yang berkekuatan 30 sampai 300 PK. Kredit tersebut diserahkan oleh Kepala Negara kepada 17 orang Pimpinan Pusat Pelayaran Rakyat (Pelra) yang menghadapnya di Bina Graha pagi ini.
Selain memberikan kredit juga menyampaikan pemikirannya mengenai perkembangan armada pelayaran rakyat dan pelayanan kepada masyarakat. Kepada pengurus pelra Negara yang diketahui oleh Drs. H La Ode yang berdiam di pulau-pulau yang terpencil.juga dimintanya agar mengusahakan adanya tempat penampungan muatan di setiap pelabuhan, sehinga pemasarannya dapat diatur dan awak kapal tidak dipermain-mainkan oleh para tengkulak.
Sabtu, 14 juli 1979.
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara, presiden Soeharto menerima para peserta rapat kerja Departemen pendidikan dan kebudayaan. kepada 250 orang pejabat di lingkungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan itu, Kepala Negara mengatakan bahwa dengan pembangunan, kita memang ingin tumbuh menjadi bangsa yang modern. Akan tetapi diingatkannya, bahwa betapun modernnya Indonesia nanti, kita harus tetap menjadi masyarakat Indonesia. Tanpa kepribadian yang kuat, tanpa kebudayaan sendiri, maka suatu bangsa akan menjadi bangsa yang lemah. Oleh karena itu, Kata Presiden selanjutnya kita juga harus memiliki ketahanan kebudayaan nasional
Selain memberikan kredit juga menyampaikan pemikirannya mengenai perkembangan armada pelayaran rakyat dan pelayanan kepada masyarakat. Kepada pengurus pelra Negara yang diketahui oleh Drs. H La Ode yang berdiam di pulau-pulau yang terpencil.juga dimintanya agar mengusahakan adanya tempat penampungan muatan di setiap pelabuhan, sehinga pemasarannya dapat diatur dan awak kapal tidak dipermain-mainkan oleh para tengkulak.
Sabtu, 14 juli 1979.
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara, presiden Soeharto menerima para peserta rapat kerja Departemen pendidikan dan kebudayaan. kepada 250 orang pejabat di lingkungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan itu, Kepala Negara mengatakan bahwa dengan pembangunan, kita memang ingin tumbuh menjadi bangsa yang modern. Akan tetapi diingatkannya, bahwa betapun modernnya Indonesia nanti, kita harus tetap menjadi masyarakat Indonesia. Tanpa kepribadian yang kuat, tanpa kebudayaan sendiri, maka suatu bangsa akan menjadi bangsa yang lemah. Oleh karena itu, Kata Presiden selanjutnya kita juga harus memiliki ketahanan kebudayaan nasional
Sabtu, 14 Juli 1984.
Berada di Lampung Presiden Soeharto meresmikan penggunaan proyek Irigasi Way Rarem, Jembatan Way Tulang Bawang, dan Pabrik Peleburan Bijih Besi Lampung, dalam suatu upacara yang berlangsung di Way Rarem, Lampung Utara.. Proyek irigasi ini mampu mengairi lebih dari 20.000 hektar tanah kering, sementara Jemabtan Way Tulang bawang yang terletak pada jalan Menggala-Pematang Panggang akan menghubungkan provinsi Lampung dengan Sumsel melalui jalur Timur.
Adapun Pabrik Peleburan Bijih Besi Lampung berkapasitas 8000 ton pertahun dan merupakan pabrik pengecoran besi pertama di Indonesia.
Proyek ini meliputi empat bidang yaitu, pabrik peleburan biji besi yang berlokasi di way Rilau,tambang biji di pematang Burhan, pembangunan sarana arang kayu (untuk bahan bakar pabrik) di Lampung Selatan dan Utara, serta pembangunan kebun percontohan lamtorongung di Bergen.
Selesai upacara peresmian ketiga proyek tersebut, Presiden Soeharto mengadakan temuwicara para petani. dengan para petani. Pada kesempatan itu Presiden menganjurkan kepada para petani yang memanfaatkan Way Rarem untuk menanam kedelai sebagai tanaman selang setelah sawah mereka ditanami padi. Alasan Kepala Negara untuk menganjur hal itu adalah karena masa depan pasaran kedelai di Indonesia sangat baik, sedangkan saat ini Indonesia pun masih mengimpor kedelai sebanyak 300.000 ton per tahun. Para petani diminta mengerjakan sawah secara berkelompok.
Senin,14 juli 1986
Presiden soeharto menekankan pentingnya peranan pers dalam upaya membantu mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi sekarang serta didalam mengembangkan pikiran-pikiran yang dapat diarahkan bagi suksesnya pembangunan.Pandangan ini di kemukakan Kepala Negara kepada Menteri Penerangan Harmoko yang menghadapnya di Cendana pagi ini.
Menteri Harmoko menghadap Presiden untuk melaporkan tentang hasil sidang pleno Dewan Pers yang telah berlangsung di Magetan, Jawa Timur, pada akhir bulan lalu. Dalam sidang tersebut, Dewan Pers antara lain memberikan rekomendasi bagi suratkabar untuk menambah jumlah halamannya dari 12 menjadi 16 halaman. Rekomendasi ini diberikan dengan beberapa sayarat antara lain, penerbitan 16 halaman itu maksimum diterbitkan dua kali seminggu.
Selasa, 14 Juli 1987.
Presiden Soeharto menegaskan hari ini bahwa izin Porkas Sepakbola akan ditinjau kembali jika kemudian terbukti merugikan masayarakat. Demikian dikatakan Menteri Sosial Nani Sudarsono setelah diterima Kepala Negara pagi ini di Bina Graha.
Menteri Sosial menghadap Presiden untuk memberikan laporan mengenai dilakukannya mengenai evluasi tentang Porkas. Evaluasi ini akan dilakukan oleh suatu team yang beranggotakan 12 orang yang berasal dari berbagai instansi. Team ini akan memantau Porkas di 15 Provinsi di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Tingkat produksi beras yang harus dapat di capai Indonesia pada tahun 2000 nanti iyalah sebesar 37,500 juta ton. Demikian dilaporkan oleh Menteri Pertanian, Achmad Affandi, kepada Pressiden Soeharto di Bina Graha siang ini. Titik tolak perhitungan diatas adalah tingkat produksi tahun 1986 yang sebesar 26,784 juta ton. Adapun proyeksi kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya adalah 2,4%,sehingga jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 di perkirahkan berjumlah 222,75 juta jiwa. Tingkat konsumsi beras pada waktu itu diperkirakan akan mencapai 140 kilogram per jiwa.
Usaha meningkatkan produksi beras pada tahun 2000 akan dicapai melalui peningkatan intensifikasi dan kerjasama antara kelompok Supra Insus. Adapun areal pertanian yang diperlukan untuk itu sekitar 7 juta hektar dengan produksi sekitar 10,7 per hektar.
Sabtu, 14 Juli 1990.
Pagi ini, Sultan Selangor (sebuah negara bahagian di Malaysia), Salahuddin Abdul Aziz Shah Alhaj, melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, yang didampingi Dubes Malaysia untuk Indonesia. Tidak ada sesuatu masalah khusus yang diperbincangkan dalam pertemuan tersebut, karena kunjungan ini merupakan kunjungan persahabatan saja. Walaupun demikian, pada kesempatan itu Sultan Selangor telah mengundang Presiden Soeharto untuk berkunjung kesana.Undangan ini diterima baik oleh Kepala Negara.
Proyek ini meliputi empat bidang yaitu, pabrik peleburan biji besi yang berlokasi di way Rilau,tambang biji di pematang Burhan, pembangunan sarana arang kayu (untuk bahan bakar pabrik) di Lampung Selatan dan Utara, serta pembangunan kebun percontohan lamtorongung di Bergen.
Selesai upacara peresmian ketiga proyek tersebut, Presiden Soeharto mengadakan temuwicara para petani. dengan para petani. Pada kesempatan itu Presiden menganjurkan kepada para petani yang memanfaatkan Way Rarem untuk menanam kedelai sebagai tanaman selang setelah sawah mereka ditanami padi. Alasan Kepala Negara untuk menganjur hal itu adalah karena masa depan pasaran kedelai di Indonesia sangat baik, sedangkan saat ini Indonesia pun masih mengimpor kedelai sebanyak 300.000 ton per tahun. Para petani diminta mengerjakan sawah secara berkelompok.
Senin,14 juli 1986
Presiden soeharto menekankan pentingnya peranan pers dalam upaya membantu mencari jalan keluar dari kesulitan ekonomi sekarang serta didalam mengembangkan pikiran-pikiran yang dapat diarahkan bagi suksesnya pembangunan.Pandangan ini di kemukakan Kepala Negara kepada Menteri Penerangan Harmoko yang menghadapnya di Cendana pagi ini.
Menteri Harmoko menghadap Presiden untuk melaporkan tentang hasil sidang pleno Dewan Pers yang telah berlangsung di Magetan, Jawa Timur, pada akhir bulan lalu. Dalam sidang tersebut, Dewan Pers antara lain memberikan rekomendasi bagi suratkabar untuk menambah jumlah halamannya dari 12 menjadi 16 halaman. Rekomendasi ini diberikan dengan beberapa sayarat antara lain, penerbitan 16 halaman itu maksimum diterbitkan dua kali seminggu.
Selasa, 14 Juli 1987.
Presiden Soeharto menegaskan hari ini bahwa izin Porkas Sepakbola akan ditinjau kembali jika kemudian terbukti merugikan masayarakat. Demikian dikatakan Menteri Sosial Nani Sudarsono setelah diterima Kepala Negara pagi ini di Bina Graha.
Menteri Sosial menghadap Presiden untuk memberikan laporan mengenai dilakukannya mengenai evluasi tentang Porkas. Evaluasi ini akan dilakukan oleh suatu team yang beranggotakan 12 orang yang berasal dari berbagai instansi. Team ini akan memantau Porkas di 15 Provinsi di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Tingkat produksi beras yang harus dapat di capai Indonesia pada tahun 2000 nanti iyalah sebesar 37,500 juta ton. Demikian dilaporkan oleh Menteri Pertanian, Achmad Affandi, kepada Pressiden Soeharto di Bina Graha siang ini. Titik tolak perhitungan diatas adalah tingkat produksi tahun 1986 yang sebesar 26,784 juta ton. Adapun proyeksi kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya adalah 2,4%,sehingga jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 di perkirahkan berjumlah 222,75 juta jiwa. Tingkat konsumsi beras pada waktu itu diperkirakan akan mencapai 140 kilogram per jiwa.
Usaha meningkatkan produksi beras pada tahun 2000 akan dicapai melalui peningkatan intensifikasi dan kerjasama antara kelompok Supra Insus. Adapun areal pertanian yang diperlukan untuk itu sekitar 7 juta hektar dengan produksi sekitar 10,7 per hektar.
Sabtu, 14 Juli 1990.
Pagi ini, Sultan Selangor (sebuah negara bahagian di Malaysia), Salahuddin Abdul Aziz Shah Alhaj, melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, yang didampingi Dubes Malaysia untuk Indonesia. Tidak ada sesuatu masalah khusus yang diperbincangkan dalam pertemuan tersebut, karena kunjungan ini merupakan kunjungan persahabatan saja. Walaupun demikian, pada kesempatan itu Sultan Selangor telah mengundang Presiden Soeharto untuk berkunjung kesana.Undangan ini diterima baik oleh Kepala Negara.
Penyusun : Eren