PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto Senin, 14 Juli 1969-1970-1976-1979-1984-1986-1987-1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,

Senin, 14 Juli 1969.
Pagi ini di Istana  merdeka Presiden  Soeharto menerima Duta Besar  Hongaria, Ferenc Turi, yang berpamitan  sehubungan  dengan akhir masa tugasnya  di Indonesia. Dalam pertemuan  tersebut  presiden  menyatakan  bahwa pemerintah  dan rakyat  Indonesia  membuka  pintu  seluas-luasnya  kepada  semua negara, baik Timor maupun Barat,  yang ingin bekerjasama  dengan Indonesia  dalam bidang  ekonomi,asalkan  didasarkan  pada prinsip  saling  bantu, saling menguntungkan  dan tanpa  ikatan politik. Ditambahkan oleh Presiden  bahwa dalam rangka  mempererat kerjasama  ekonomi, pemerintah Hongaria dapat mengirim  utusannya  ke Indonesia untuk mempelajari perkembangan Indonesia  secara mendalam.


Selasa,14 juli 1970

Pagi ini  di Istana Merdeka,  Presiden  Soeharto  menyerahkan  duplikat  bendera  pusaka  dan naskah  proklamasi  kepada  Kowilhan se-Indonesia. Presiden meminta  agar bendera  dan naskah  prokamsi tersebut  disampaikan  kepada daerah-daerah  tingkat 11 di Kowilhan  yang bersangkutan.

Sekitar jam 10.30 pagi ini di tempat  yang sama, Presiden  Soeharto  menerima 15 orang  delegasi  mahasiswa  Jakarta  dan Bandung. Dalam  pertemuan  yang  diprakarsai  oleh Presiden  Soeharto itu, para mahasiswa ini minta agar kasus-kasus  korupsi  segera ditindak. Kepada  para  mahasiswa ini Presiden Soeharto mengatakan  bahwa ia tidak  dapat membenarkan  korupsi. Oleh karena  itu, ia juga  menyatakan  kesediaanya  untuk menerima  laporan-laporan  langsung  dari masyarakat  mengenai  korupsi. Asalkan  disertai  bukti-bukti  yang lengkap, maka ia tak segan-segan  untuk mengambil  tindakan tegas. Presiden  menjelaskan  bahwa  kesulitan yang dihadapi  dalam pemberantasan korupsi  berkaitan dengan masalah  pembuktian  secara hukum.

Pada akhir  pertemuan, presiden  Soeharto  menjanjikan  untuk menerima dengan baik setiap laporan mengenai korupsi  yang  disertai  oleh  bukti-bukti. Untuk itu Presiden  menyediakan  waktu untuk menerima mahasiswa  yang akan memberikan laporan tentang  korupsi setiap  hari Sabtu dari jam 9.00 sampai jam 12.00.



Rabu, 14 Juli 1976
Presiden Soeharto memberikan kredit berupa 100 motor diesel untuk perahu yang berkekuatan 30 sampai 300 PK. Kredit tersebut diserahkan oleh Kepala Negara kepada 17 orang Pimpinan Pusat Pelayaran Rakyat (Pelra) yang menghadapnya di Bina Graha pagi ini.

Selain memberikan kredit  juga menyampaikan  pemikirannya  mengenai  perkembangan  armada  pelayaran rakyat  dan  pelayanan  kepada masyarakat. Kepada pengurus pelra  Negara  yang  diketahui oleh  Drs. H La Ode yang berdiam  di pulau-pulau yang terpencil.juga  dimintanya agar mengusahakan  adanya  tempat penampungan muatan di setiap  pelabuhan,  sehinga  pemasarannya dapat diatur dan awak kapal tidak dipermain-mainkan oleh para tengkulak.


Sabtu, 14 juli 1979.

Pukul 10.00 pagi ini, bertempat  di Istana  Negara, presiden  Soeharto menerima para  peserta  rapat kerja  Departemen  pendidikan  dan kebudayaan. kepada  250 orang  pejabat  di lingkungan  Departemen pendidikan  dan Kebudayaan itu, Kepala Negara mengatakan  bahwa dengan  pembangunan,   kita  memang ingin tumbuh menjadi  bangsa yang modern.  Akan tetapi diingatkannya, bahwa betapun  modernnya  Indonesia  nanti, kita harus tetap menjadi masyarakat  Indonesia. Tanpa  kepribadian  yang kuat,  tanpa kebudayaan sendiri, maka suatu bangsa akan menjadi bangsa  yang lemah. Oleh karena itu, Kata Presiden  selanjutnya  kita juga  harus memiliki ketahanan  kebudayaan nasional



Sabtu, 14 Juli 1984.
 Berada di Lampung Presiden Soeharto meresmikan penggunaan proyek Irigasi Way Rarem, Jembatan Way Tulang Bawang, dan Pabrik Peleburan Bijih Besi Lampung, dalam suatu upacara yang berlangsung di Way Rarem, Lampung Utara.. Proyek irigasi ini mampu mengairi lebih dari 20.000 hektar tanah kering, sementara Jemabtan Way Tulang bawang yang terletak pada jalan Menggala-Pematang Panggang akan menghubungkan provinsi Lampung dengan Sumsel melalui jalur Timur.
Adapun Pabrik Peleburan Bijih Besi Lampung berkapasitas 8000 ton pertahun dan merupakan pabrik pengecoran besi pertama di Indonesia.
Proyek ini meliputi  empat  bidang  yaitu,  pabrik  peleburan  biji besi  yang berlokasi  di way  Rilau,tambang biji di pematang  Burhan, pembangunan sarana  arang  kayu (untuk bahan  bakar  pabrik) di Lampung  Selatan dan Utara, serta  pembangunan  kebun percontohan  lamtorongung  di Bergen.

Selesai upacara peresmian ketiga proyek  tersebut, Presiden Soeharto mengadakan  temuwicara para petani. dengan para petani. Pada kesempatan itu Presiden menganjurkan kepada  para petani yang memanfaatkan  Way Rarem  untuk menanam kedelai sebagai tanaman selang setelah sawah mereka  ditanami  padi. Alasan  Kepala  Negara  untuk menganjur hal itu adalah karena masa depan pasaran kedelai di Indonesia sangat baik, sedangkan  saat ini  Indonesia pun masih mengimpor  kedelai sebanyak 300.000  ton per tahun.  Para petani diminta  mengerjakan sawah secara berkelompok.


Senin,14 juli 1986

Presiden soeharto  menekankan pentingnya  peranan pers dalam upaya  membantu mencari  jalan keluar dari kesulitan ekonomi sekarang serta didalam mengembangkan pikiran-pikiran yang dapat diarahkan bagi suksesnya pembangunan.Pandangan ini  di kemukakan Kepala Negara  kepada Menteri Penerangan Harmoko yang menghadapnya di Cendana pagi ini.

Menteri Harmoko menghadap Presiden  untuk melaporkan tentang hasil sidang pleno Dewan Pers yang telah berlangsung di Magetan, Jawa Timur, pada akhir bulan lalu. Dalam sidang tersebut, Dewan Pers antara lain memberikan rekomendasi bagi suratkabar untuk menambah jumlah halamannya dari 12 menjadi 16 halaman. Rekomendasi ini diberikan dengan beberapa sayarat antara lain, penerbitan 16 halaman itu maksimum diterbitkan dua kali seminggu.


Selasa, 14 Juli 1987.

Presiden  Soeharto menegaskan hari ini bahwa izin Porkas  Sepakbola akan ditinjau kembali jika kemudian terbukti merugikan masayarakat. Demikian dikatakan Menteri Sosial Nani Sudarsono setelah diterima Kepala Negara pagi ini di Bina Graha.

Menteri Sosial menghadap Presiden untuk memberikan laporan mengenai dilakukannya mengenai evluasi tentang Porkas. Evaluasi ini akan dilakukan oleh suatu team yang beranggotakan 12 orang yang berasal dari berbagai instansi. Team ini akan memantau Porkas di 15 Provinsi di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Tingkat produksi beras yang harus dapat di capai Indonesia pada tahun 2000 nanti iyalah sebesar 37,500 juta ton. Demikian dilaporkan oleh Menteri Pertanian, Achmad Affandi, kepada Pressiden Soeharto di Bina Graha siang ini. Titik tolak perhitungan diatas adalah tingkat produksi tahun 1986 yang sebesar 26,784 juta ton. Adapun proyeksi kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya adalah 2,4%,sehingga jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 di perkirahkan berjumlah 222,75 juta jiwa. Tingkat konsumsi beras pada waktu itu diperkirakan akan mencapai 140 kilogram per jiwa.

Usaha meningkatkan produksi beras pada tahun 2000 akan dicapai melalui peningkatan intensifikasi dan kerjasama antara kelompok  Supra  Insus. Adapun areal pertanian yang diperlukan untuk itu sekitar 7 juta hektar  dengan produksi sekitar 10,7 per hektar.


Sabtu, 14 Juli 1990.

Pagi ini, Sultan Selangor (sebuah negara bahagian di Malaysia), Salahuddin Abdul Aziz Shah Alhaj, melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, yang didampingi Dubes Malaysia untuk Indonesia. Tidak ada sesuatu masalah khusus yang diperbincangkan dalam pertemuan tersebut, karena kunjungan ini merupakan kunjungan persahabatan saja. Walaupun demikian, pada kesempatan itu Sultan Selangor telah mengundang Presiden Soeharto untuk berkunjung kesana.Undangan ini diterima baik oleh Kepala Negara.

Penyusun : Eren