PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 10 Juni 1966 - 10 Juni 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
JUMAT, 10 JUNI 1966
Jenderal Soeharto menegaskan bahwa partai politik yang tidak mencerminkan hati nurani rakyat, tidak akan mendapat pasaran. Namun kita perlu waspada terhadap masuknya gerilya-gerilya politik dalam tubuh Partindo. Demikian tanggapan Waperdam Hankam, Letjen. Soeharto, atas desakan KAMI Jaya agar Partindo dan organisasi massanya di seluruh lndonesia dibubarkan demi menyelamatkan revolusi. Desakan ini telah disampaikan oleh delegasi KAMI Jaya dalan pertemuan mereka dengan Jenderal Soeharto hari ini.

Dalam pada itu Waperdam Hankam Letjen. Soeharto hari ini menghadiri pembukaan Kongres Luar Biasa Perwari yang X di Gedung Wanita, Jakarta. dalam kata sambutannya, Jenderal Soeharto antara lain mengatakan bahwa menghadapi sidang MPRS telah disinyalir adanya issue seolah-olah sidang tersebut akan dibawa kearah yang pro dan kontra Bung Karno sebagai Presiden. selain membantah issue ini, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa lontaran-lontara semacam ini bertujuan untuk mengaburkan kehendak melaksanakan UUD 1945. Oleh sebab itu diserukan agar masyarakat waspada terhadap gerilya politik PKI.

Dalam Kongres Luar Biasa Perwari ini, kepada Waperdam Hankam Letjen. Soeharto, telah diberikan gelar Penyelamat Revolusi. Sebagai tanggapannya atas pemberian gelar ini, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa gelar yang saya terima akan menjadi pendorong untuk lebih mengabdikan diri bagi negara dan bangsa.


SENIN, 10 JUNI 1968
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto melantik para Menteri Kabinet Pembangunan I di Istana Merdeka, Jakarta. dalam pidato pelantikan, Presiden Soeharto menyatakan bahwa tugas yang dipikul oleh para menteri kabinet ini akan lebih berat dibandingkan dengan masa kabinet sebelumnya. Diingatkan oleh Presiden Soeharto bahwa dalam masa Kabinet Pembangunan l ini kita harus melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun yang pertama serta melaksanakan pemilihan umum pada tahun 1971. Untuk itu, kata Jenderal Soeharto, harus diciptakan lebih dulu stabilisasi politik dan ekonomi. Dalam pencapaian tujuan tersebut, jalan yang telah ditempuh Kabinet Ampera akan tetap dilanjutkan baik di bidang politik dalam dan luar negeri maupun di bidang ekonomi. Demikian antara lain ditegaskan oleh Presiden Soeharto.


SELASA, 10 JUNI 1969
Pagi ini bertempat di Guest House lstana, Presiden menerima laporan beberpa menteri dalam sidang kabinet terbatas, Menteri Perdagangan Sumitro Djojohadikusumo melaporkan bahwa tidak ada lagi bahaya inflasi di lndonesia. Menteri Keuangan Ali Wardhana menjelaskan bahwa dropping uang bagi proyek-proyek pembangunan di daerah-daerah saat ini bukan merupakan persoalan lagi, sebab sudah berjalan dengan lancar. Menteri Perhubungan Frans Seds melaporkan bahwa penanaman modal dalam bidang kepariwisataan di lndonesia saat ini melupiti enam penanaman modal dalam bentuk patungan dan lima penanaman modal dalam negeri. dalam usaha meningkatkan arus pariwisata ini, oleh pemerintah telah diberikan keringanan-keringanan bagi bea masuk untuk bahan-bahan konstruksi, bahan-bahan baku dan pelengkap bagi pembangunan hotel-hotel.


RABU, 10 JUNI 1970
Presiden dan Ibu Tien Soeharto menyambut kedatangan tamu negara Raja Faisal dari Arab Saudi di lstana Merdeka. Setelah berjabat-tangan, Presiden membimbing tamunya ke ruangan kepresidenan, bersama-sama duduk di kursi panjang, sementara lbu Tien duduk di kursi lainnya dekat Presiden percakapan yang berlangsung lebih dari setengah jam itu antara lain diikuti pule oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik, Duta Besar lndonesia untuk Arab Saudi, H Aminuddin Aziz, Menteri Negara Idham Chalid, dan rombongan Raja Faisal.

Malam ini Presiden dan lbu Tien Soeharto mengadakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan Raja Faisal. Dalam pidatonya Presiden Soeharto mengemukakan sekali lagi sikap pemerintah lndonesia yang sepenuhnya berdiri di pihak bangsa Arab dalam perjuangan melawan lsrael. Presiden menyatakan bahwa lndonesia telah mengusahakan dengan segala jalan dan melalui berbagai forum agar resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1967 dilaksanakan sepenuhnya. Indonesia juga berusaha agar hasil-hasil Konferensi Jeddah yang di prakarsai Raja Faisal dapat terlaksana demi penyelesaian krisis Timur Tengah.

Dalam pidato balasannya Raja Faisal menyatakan bahwa sikap lndonesia yang jelas memihak Arab dalam perjuangannya tidak ada yang sanggup mengingkari. Hubungan antara kedua negara akan terus diperkuat dan dikembangkan, sebab hubungan yang telah terjalinitu bukan hanya pada saat terakhir ini, tetapi merupakan tradisi yang didasarkan atas kepercayaan kepada Allah dan Rasulullah.

Setelah acara makan malam, diadakan tukar menukar cendermata. Presiden Soeharto memberikan sebilah keris dan seekor macan yang di awetkan, sedangkan Raja Faisal memberikan sebilah pedang Arab yang disepuh emas.


KAMIS, 10 JUNI 1971
Hari ini Presiden Soeharto berada di Cilacap, Jawa Tengah, untuk meninjau sekaligus meresmikan proyek pasir besi., kawasan industri dan pipa minyak Pertamina. Pada peresmian proyek pasir besi, yang diusahakan oleh PN Aneka Industri, Presiden mengatakan bahwa lndonesia harus mengubah ketergantungan pada ekspor pertambangan di samping berusaha memperbesar nilai hasil pertanian dan perkebunan. Pada kesempatan itu pula Presiden mengungkapkan rasa gembiranya bahwa sekarang ini peranan pertambangan dalam perekonomian lndonesia dengan cepat bertambah besar, terutama dalam dua-tiga tahun belakangan ini. Misalnya, demikian Presiden, dengan adanya ekspor pasir besi dari Cilacap ke Jepang, yang setiap tahunnya mencapai 300.000 ton, maka penerimaan devisa akan bertambah sebanyak 1,5 juta dolar AS setahun.


SELASA, 10 JUNI 1975
Presiden Soeharto menyetujui usul untuk merombak Panitia Penggunaan Uang Zakat. Demikian hasil pembicaraan dengan delegasi Panitia Penggunaan Uang Zakat yang dipimpin oleh ketuanya, Idham Chalid, dan disertai oleh anggota-anggotanya, yaitu Ali Affandi, Saleh Suadi dan M Juned, di Bina Graha pagi ini. Selain memberi pertimbangan perzakatan dan memberikan bimbingan pada panitia-panitia daerah, Panitia Penggunaan Uang Zakat itu bertugas pula untuk menggerakkan anggota-anggota masyarakat agar ikhlas memberikan zakat mereka.


MINGGU, 10 JUNI 1979
Presiden Soeharto dan rombongan jam 14.00 waktu setempat bertolak dari Bandar Udara Haneda, Tokyo, untuk kembali ke tanah air. Ditangga pesawat Kepala Negara dan lbu Soeharto dilepas Menteri Luar Negeri Jepang dan Nyonya Sunoda beserta para pejabat tinggi Jepang, selain oleh masyarakat lndonesia yang berdiam disana.

Tepat pukul 19.10 pesawat DC-8/Siliwangi yang membawa Presiden dan rombongan mendarat di Halim Perdanakusuma. Tampak menyambut kedatangan Presiden dan lbu Soeharto antara lain Wakil Presiden dan lbu Adam Malik, Menteri Koordinator Bidang Kesra, Surono dan Menteri Hankam/Pangab, Jenderal M Jusuf.


SELASA, 10 JUNI 1980
Pagi ini di Bina Graha, Presiden Soeharto bersama Menteri Hankam/Pangab, Jenderal M Jusuf, membahas secara menyeluruh tingkat keamanan bangsa dan negara lndonesia dewasa ini, dan langkah-langkah serta perencanaan di masa mendatang, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Seusai pertemuan itu, Menteri Hankam/Pangab menjelaskan kepada para wartawan bahwa situasi bangsa dan negara lndonesia berdasarkan pengamatannya berada dalam keadaan baik.


RABU, 10 JUNI 1981
Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di lstana Negara, Presiden Soeharto membuka Rapat Kerja Departemen Perindustrian. Dalam sambutannya, Kepala Negara mengajak para pejabat departemen tersebut untuk merenungkan kembali strategi pembangunan industri dalam kerangka strategi besar pembangunan nasional. Ditegaskannya bahwa pembangunan sektor industri sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor lainnya. Sebab, pembangunan sektor industri erat kaitannya dengan sektor-sektor lainnya. Tumbuhnya industri-industri baru harus kita arahkan agar mempunyai akibat-akibat yang positif bagi pembangunan, dengan membuka kemungkinan lain bagi perkembangan kegiatan-kegiatan ekonomi, bertambahnya lapangan kerja, munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang menunjang dan menampung hasil industri baru itu, bertambah luasnya permintaan akan bahan-bahan baku dan jasa-jasa, dan seterusnya. Disamping itu tumbuhnya keterampilan masyarakat dan tumbuhnya sikap mental pembaharua. Demikian antara lain dikatakan Presiden.


SENIN, 10 JUNI 1985
Pagi ini pukul 09.15, Presiden Soeharto menerima Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto, di Bina Graha. Menteri Subroto menghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang PLTU Suralaya dan PLTA Saguling di Jawa Barat. Dilaporkannya bahwa untuk bahan bakar PLTU Suralaya, sementara ini dipergunakan batubara yang diimpor dari Australia. Hal ini disebabkan oleh adanya kelambatan dalam pengiriman batubara dari Bukit Asam, Sumatera Selatan. Adapun kapasitas PLTA Saguling untuk tahap pertama barulah 4 x 175 MW.


SABTU, 10 JUNI 1989
Hari ini, pukul 13.30 waktu setempat, Presiden dan lu Soeharto tiba di Jenewa, Swiss. Malam ini Presiden dan lbu Soeharto beramahtamah dengan masyarakat lndonesia. Dalam sambutannya, Kepala Negara kembali mengingatkan bangsa lndonesia untuk tidak meributkan soal suksesi kepemimpinan nasional karena hal itu hanya akan membuang waktu. Dikatakannya bahwa mereka yang meributkan suksesi kepemimpinan nasional itu ssungguhnya hanya memperlihatkan bahwa mereka sendiri kurang mendalami Pancasila, UUD 1945 dan Ketetapan-ketetapan MPR.

Oleh sebab itu mereka menjadi bingung sendiri sehingga tidak tau lagi bagaimana sebenarnya bentuk Demokrasi Pancasila dengan demokrasi di negara liberal atau otoriter. Padahal, demikian Presiden, menyamakan Demokrasi Pancasila dengan demokrasi liberal atau demokrasi otoriter sama halnya dengan mengkhianati Pancasila dan UUD 1945. Diingatkan oleh Kepala Negara bahwa Demokrasi Pancasila tidak boleh ditafsirkan seolah-olah suara terbanyak berarti menang.


SENIN, 10 JUNI 1991
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima peserta Rapat Kerja Paripurna Departemen Penerangan, bertempat di lstana Negara. dihadapan 445 peserta rapat kerja itu, Presiden meminta segenap pihak, aparatur yang bertugas, peserta pemilihan umum dan seluruh rakyat, agar bersama-sama menjaga supya pemilihan umum nanti berjalan menurut aturan permainan yang ada. Yang paling penting adalah agar suasana tenteram dapat kita pelihara dan persatuan bangsa dapat terus kita perkuat.


RABU, 10 JUNI 1992
Dengan menggunakan Pesawat DC-10 Garuda, Presiden Soeharto siang ini meninggalkan bandar udara Halim Perdanakusuma menuju Rio de Jeneiro. Di ibukota Brazil itu, Kepala Negara akan mengikuti Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup atau yang lebih dikenal sebagai KTT Bumi yang berlangsung pada tanggal 12-14 Juni. Kesempatan ini juga akan dimanfaatkan oleh Presiden untuk mengadakan pembicaraan dengan sejumlah kepala negara atau kepala pemerintahan atas permintaan mereka. Diantara mereka yang sudah menyatakan keinginan untuk bertemu dengan Presiden Mauritius, dan para Perdana Menteri dari Aljazair, lndia, Pakistan, dan Kepulauan Solomon.

Penyusun, Intarti, SPd