JUMAT, 9 JUNI 1967
Pejabat Presiden, dalam amanat tertulisnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kediaman Menutama Kesra, Idham Chalid, menegaskan bahwa sikap bangsa lndonesia dalam masalah Palestina tidak perlu diragukan lagi. Jenderal Soeharto mengatakan bahwa lndonesia tegas-tegas berdiri di pihak bangsa Arab dalam perjuangan melawan lsrael. Dalam hubungan dengan sikap pemerintah ini, DPR-GR dalam Rapat Paripurna hari ini dengan suara bulat juga telah menyetujui usul resolusi Rosjadi SH dan kawan-kawannya, tentang dukungan rakyat lndonesia terhadap perjuangan negara-negara Arab melawan lsrael, menjadi resolusi DPR-GR.
SENIN, 9 JUNI 1969
Presiden Soeharto dalam sambutan tertulisnya pada pembukaan Raker Pengadilan Tinggi Seluruh lndonesia di Jakarta, menegaskan bahwa tegaknya hukum merupakan salah satu tema yang terpenting dari perjuangan Orde Baru.
RABU, 9 JUNI 1971
Setelah meresmikan Tugu Monumen Sri Mangkunegoro l di makam Raja-raja Mangadeg, siang ini di Surakarta, Presiden Soeharto meresmikan Pasar Klewer yang baru saja selesai pembangunannya. Memberikan amanat tanpa teks pada peresmian itu, Presiden antara lain menanggapi lontaran-lontaran yang ada dalam masyarakat sekarang ini. Dikatakannya bahwa masih ada sementara pemimpin yang menyuarakan bahwa mereka akan berjihad jika pemilihan umum nanti tidak dimenangkan. Menanggapi hal itu, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa “saya peringatkan dari sekarang bahwa pemerintah dan Angkatan Bersenjata akan menghadapi maksud dari suara tersebut bersama-sama rakyat”. Disamping tidak dapat mengerti bahwa masih ada pemimpin-pemimpin yang bersikap sedemikian, Presiden juga mengatakan bahwa ia menilai ucapan itu sebagai usaha untuk mengundang kekacauan dan pemberontakan. Kepada pemimpin-pemimpin itu Presiden menyerukan agar lebih sabar dan tidak menghasut rakyat.
Masalah lain yang juga ditanggapi oleh Presiden pada kesempatan itu adalah yang menyangkut pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungan ini Presiden mengungkapkan keyakinannya akan berhasilnya usaha-usaha pembangunan yang dewasa ini tengah berlangsung. Untuk keberhasilan pembangunan itu Presiden mengharapkan adanya keamanan, persatuan dan kesatuan. Disinggung pula soal kredit-kredit yang diterima oleh lndonesia. Tentang kredit ditegaskannya bahwa semua kredit digunakan untuk pembiayaan pembangunan, dan tidak ada yang digunakan untuk hal-hal seperti pembelian senjata, pembangunan proyek-proyek mercusuar atau untuk keperluan rutin. Juga ditegaskannya bahwa hasil-hasil dari berbagai bidang usaha, seperti kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya, memberikan jaminan bahwa segala utang yang dibuat Indonesia akan dapat dibayar kembali.
Selanjutnya dikatakan bahwa masyarakat adil dan makmur hanya bisa terwujud bilamana kita melakukan serangkaian pembangunan di segala bidang. Menurut keyakinannya, masyarakat adil dan makmur itu benar-benar akan terbentuk bilamana kita membangun dan mengembangkan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat.
Pembangunan dalam pertanian tidaklah terlalu amat sulit karena beberapa prasarana telah kita miliki. Akan tetapi untuk melaksanakan pembangunan industri, banyak prasarana yang belum kita punyai.
Untuk membangun industri, kita mutlak memerlukan modal yang tidak hanya rupiah, melainkan juga devisa untuk memasukkan mesin-mesin dan barang modal lainnya. Disamping itu kita juga memerlukan skill. Tanpa semua itu, kita tidak bisa mengembangkan industri. Selain itu kita juga harus menguasai teknologi.
Setelah itu mengubah bahan mentah menjadi bahan baku industri, tahap berikutnya ialah kita harus mendirikan industri yang bahan bakunya telah kita sediakan menjadi barang jadi. Dalam tahap berikutnya lagi, kita akan mengembangkan industri yang sanggup membuat mesin-mesin guna menjamin kelangsungan industri yang sudah ada dan mebuat industri yang baru.
Begitulah kita memerlukan tahapan-tahapan itu. Kalau setiap tahap kita memerlukan waktu lima tahun, maka untuk lima tahap, kita memerlukan waktu 25 tahun. Dalam waktu sepanjang itu, kita baru akan sampai pada landasan yang penting, yaitu perkembangan industri dan industri yang seimbang. Pada waktu itu barulah ada jaminan untuk memulai mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Dikatakan pula oleh Presiden bahwa ada tiga unsur pokok yang mewakili rakyat dalam kehidupan ekonomi kita. Ketiganya adalah unsur produsen, konsumen, dan pemberi jasa. Ketiga unsur ini harus bekerjasama dengan sebaik-baiknya, dengan berpegang pada prinsip “mengangkat derajat rakyat sebagai produsen, dan melindungi rakyat sebagai konsumen”.
Akhirnya Presiden mengajak rakyat untuk memperbesar pengabdian kepada kepentingan umum, negara dan bangsa. Ia menunjuk pada kata-kata yang tertulis pada tugu monumen Sri Mangkunegoro l, di Mangadeg, yaitu “Tri Dharma” (Tiga Pengabdian): Rumangsa melu handarbeni (merasa turut memiliki), wajib melu hangrungkebi (wajib ikut membela dan memelihara), dan mulat sarira hangrasawani (berani menginstropeksi diri sendiri). Tidak ada jeleknya kita berpegang pada falsafah itu dalam memperbesar rasa pengabdian kita kepada bangsa dan negara Republik lndonesia, yang kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang bercita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
SABTU, 9 JUNI 1973
Mulai pukul 09.00 pagi ini, secara berturut-turut selama dua jam Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Italia dan New Zealand yang baru di lstana Merdeka. Ketika menerima surat kepercayaan dari Duta Besar ltalia, Renzo Luigi Romanelli, Presiden Soeharto mengatakan bahwa hubungan antara kedua negara adalah dalam keadaan yang memuaskan. Hal itu antara lain terlihat dari adanya kemajuan dalam usaha nyata ltalia untuk membantu pembangunan lndonesia.
Kemudian didalam sambutannya terhadap pidato Duta Besar Raymond Leslie Jermyn dari New Zealand, Presiden Soeharto mengatakan bahwa bangsa-bangsa di Asia dan Pasifik memikul tanggungjawab bersama dalam memelihara stabilitas di kawasan ini. Bangsa-bangsa ini harus bersama-sama pula membangun zaman baru mereka demi kehidupan yang lebih baik dan tenteram.
Menteri Perhubungan Emil Salim, pukul 12.00 siang ini menghadap Kepala Negara di lstana Merdeka. Dalam pertemuan itu keduanya telah membahas masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan Konferensi PATA yang akan datang. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto memberikan petunjuknya kepada Menteri Perhubungan agar Pemerintah hendaknya memanfaatkan konferensi PATA itu bukan saja untuk mengembangkan pariwisata, melainkan juga untuk pembangunan dalam bidang-bidang lainnya. Demikian antara lain diungkapkan oleh Menteri Emil Salim usai diterima Presiden.
MINGGU, 9 JUNI 1974
Selama siang dan malam ini Presiden Soeharto telah melakukan dua kali pembicaraan empat mata dengan Presiden Birma, Jenderal Ne Win, di lstana Tampak Siring Bali. Akan tetapi apa yang dibicarakan didalam kedua pertemuan yang masing-masingnya berlangsung lebih kurang satu setengah jam itu tidak disiarkan kepada pers. Disela-sela antara kedua pertemuan itu, kedua kepala negara menyaksikan pertunjukan Tari Barong di desa Ubud Gianyar, disamping melihat-lihat para seniman lukis, tenun, ukir, dan batik yang sedang menekuni pekerjaan masing-masing.
RABU, 9 JUNI 1976
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto meresmikan industri pengolahan kayu jati di Cepu, Jawa Tengah. Industri pengolahan kayu yang dibangun oleh Perum Perhutani ini merupakan industri pengolahan kayu terintegrasi pertama di lndonesia.
Dalam sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa dibangunnya industri pengolahan kayu ini merupakan suatu kemajuan besar bagi kita, karena dengan demikian kita telah dapat mengolah bahan mentah kayu menjadi bahan baku, barang setengah jadi ataupun barang jadi. Diketengahkan oleh Presiden bahwa dengan mengolah bahan mentah di dalam negeri berarti bertambah luasnya kesempatan kerja.
Menurut Presiden, kita harus terus memikirkan segala langkah dan ikhtiar untuk meningkatkan kesempatan kerja, keadilan dan kesejahteraan. Kemungkinan-kemungkinan untuk itu banyak terdapat dalam bidang kehutanan. Umpamanya, penanaman rumput dan makanan ternak lainnya di sela-sela pohon jati, peternakan lebah, pemeliharaan ulat sutera, penyadapan pohon pinus untuk menghasilkan gondorukem, dan pemanfaatan sisa-sisa kayu jati—seperti cabang, tanggul dan akar—untuk barang kerajinan. Dan itu semuanya dapat dikerjakan oleh rakyat yang tinggal di sekitar hutan, sehingga menjadi tambahan penghasilan mereka.
Ditegaskan lebih lanjut oleh Kepala Negara bahwa asas kerakyatan daripada pembangunan ini harus benar-benar kita perhatikan, agar pembangunan berjalan selurus-lurusnya jalan dan arah yang kita cita-citakan. Dan sejak semula memang arah itulah yang kita tuju. Demikian Presiden.
KAMIS, 9 JUNI 1977
Pemerintah dalam tahun anggaran ini akan menyediakan kredit pupuk untuk membantu para petani yang tidak mampu menutupi kebutuhan pupuk yang diperlukan dalam rangka intensifikasi pertanian. Presiden Soeharto menjelaskan hal itu dalam peninjauannya di Sukamandi, dengan didampingi Menteri Pertanian Thojib Hadiwidjaja, Menteri Sekretaris Negara Sudharmono, dan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi. Ia menyebutkan bahwa penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan dosisnya merupakan salah satu sebab tidak tercapainya sasaran produksi padi yang telah ditetapkan.
Presiden juga meminta Perum Sang Hiang Seri untuk membantu Direktorat Penyiapan Tanah Departemen PUTL didalam menyiapkan tanah bagi para transmigran. Disamping itu juga diminta untuk menyediakan bibit padi “gogo sagi” yang pernah dikembangkan di proyek tersebut dengan hasil empat ton.
Dalam peninjauan itu Kepala Negara sering kali duduk berjongkok mengamati keadaan tanah dan bibit yang baru tumbuh. Ia juga menaiki mesin menuai padi. Ketika melihat butir-butir padi yang jatuh, Presiden segera berjongkok dan mengais-ngais onggokan jerami untuk mencari butir-butir padi tersebut.
Di tiga kabupaten Pulau Sumbawa hingga bulan Juni ini tercatat 533 petani ternak yang mengontrak pemelharaan sapi bantuan Presiden Soeharto, demikian diungkapkan Kepala Dinas Peternakan Nusa Tenggara Barat di Ampenan baru-baru ini. Jumlah sapi itu menurut laporan terakhir telah berkembang biak dari 1,326 ekor menjadi 1,659 ekor.
SELASA, 9 JUNI 1981
Bertempat di masjid kampung Ganie, sekitar enam kilometer dari Banda Aceh, AMPI Daerah lstimewa Aceh hari ini menyatakan sikap dan tekad yang menghendaki dikukuhkannya Jenderal (Purn.) sebagai Bapak Pembangunan Nasional dan dipercayakan kembali untuk menjadi Presiden setelah pemilihan Umum 1982.
Pernyataan kebulatan tekad dan sikap ini disampaikan kepada Menteri Agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara.
SENIN, 9 JUNI 1986
Presiden Soeharto pagi ini melakukan Sholat ldul Fitri bersama-sama sebahagian umat lslam di ibukota di Masjid lstiqlal. Sebagaimana telah menjadi tradisi selama ini, pada pagi dan malam hari Presiden dan lbu Soeharto menerima warga ibukota yang ingin berhalal-bi-halal di Cendana. Pagi ini Presiden dan lbu Soeharto menerima ucapan selamat hari raya dari para pejabat tinggi pemerintahan dan anggota korps diplomatik serta para pejabat sipil dan militer lainnya. Masyarakat umum mendapat kesempatan yang sama pada malam hari ini.
SELASA, 9 JUNI 1987
Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto membuka Simposium Anggota Parlemen Negara-negara ASEAN tentang Kelangsungan Hidup Anak, Kependudukan dan Pembangunan di lstana Negara. dalam kata sambutannya Presiden telah menggambarkan kemajuan-kemajuan yang dicapai lndonesia dalam bidang kependudukan selama melancarkan empat Repelita. Dikatakannya bahwa dengan pembangunan itu lndonesia, telah berhasil meningkatkan kemampuan untuk memperbanyak dan memeratakan sarana-sarana kesejahteraan dan pelayanan masyarakat pada umumnya.
Semua itu, demikian Kepala Negara, telah membawa akibat yang luas terhadap peningkatan kesehatan masyarakat, yang ditandai dengan menurunnya tingkat kematian bayi dan meningkatnya umur harapan hidup masyarakat lndonesia. Tingkat kematian bayi telah menurun dari 107 menjadi kurang dari 80 perseribu kelahiran dalam periode 1980-1985, sedangkan umur harapan hidup rakyat lndonesia telah meningkat dari 53 menjadi 56 tahun dalam periode yang sama.
Selanjutnya dikatakan juga oleh Kepala Negara bahwa sekalipun telah banyak yang dicapai dalam mengendalikan pertambahan penduduk melalui program keluarga berencana, damun hasil-hasil pembangunan juga mengakibatkan turunnya tingkat kematian penduduk, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan penduduk lndonesia masih cukup tinggi, yaitu sekitar 2% pada akhir tahun 1986 yang lalu. Pertambahan penduduk ini berarti meningkatnya kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, pemerataan pendapatan dan lain-lain, yang merupakan unsur-unsur dari kesejahteraan lahir batin.
JUMAT, 9 JUNI 1989
Pagi ini Presiden Soeharto terbang dari New York ke Washington untuk menemui Presiden George Bush. Setiba di Washington, siang ini kedua kepala negara mengadakan pembicaraan selama lebih dari setengah jam di Ruang Oval, Gedung Putih. Pembicaraan yang menyangkut berbagai masalah internasional, regional maupun kerjasama bilateral itu juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas, Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono dan Duta Besar AR Ramly di pihak lndonesia, sedangkan Presiden Bush didampingi antara lain oleh Menteri Luar Negeri James Baker serta Kepala Staf Gedung Putih John Sanunu. Sebelum kembali ke New York sore ini, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden dan Quayle di Wisma lndonesia.
Kepada Presiden Soeharto, Presiden Bush mengakui adanya peluang bagi kedua negara untuk lebih meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan. Presiden Bush juga memuji lndonesia dalam menangani soal pembayaran hutang luar negeri dengan menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang sehat. Dalam hubungan ini Presiden Bush berjanji akan membantu meringankan beban lndonesia dalam membayar utang luar negerinya. Janji ini merupakan tanggapan Presiden Bush terhadap penjelasan Presiden Soeharto tentang kian beratnya pembayaran kembali utang luar negeri lndonesia setelah adanya apresiasi mata uang Jepang. Presiden Soeharto juga meminta agar Presiden Bush membuka seluas mungkin pasaran barang ekspor lndonesia di AS.
Malam ini di New York, Presiden dan lbu Soeharto bersilahturahmi dengan masyarakat lndonesia yang berdomisili di kota dunia itu. Dalam ceramahnya, Kepala Negara antara lain mengatakan Golkar, PPP, PDI, dan ABRI mulai sekarang boleh mencari orang yang akan mereka calonkan untuk menjadi presiden atau wakil presiden untuk periode 1993-1998 lewat fraksi masing-masing di MPR. Dikatakannya bahwa jikalau pencalonan presiden dan wakil presiden dilaksanakan melalu prosedur semacam itu, maka suksesi kepemimpinan nasional lima tahun mendatang tidak akan menjadi persoalan.
Menurut Kepala Negara, kalau selama ini yang muncul dan terpilih sebagai presiden adalah dirinya sendiri hal itu hanya suatukebetulan saja. Namun demikian tidak berarti bahwa calon presiden hanya boleh satu orang seperti yang terjadi lima kali belakangan ini. Tetapi ia mengingatkan bahwa proses penentuan siapa yang bakal terpilih harus tetap didasarkan pada musyawarah untuk mufakat.
SELASA, 9 JUNI 1992
Presiden dan lbu Soeharto, pada pukul 08.05 pagi ini tiba di Tempat Pemungutan Suara yang ada didekat rumahnya guna memberikan suara dalam rangka pemilihan umum 1992. Setelah memberikansuara mereka, Presiden dan lbu Soeharto kemudian berkeliling Jakarta untuk meninjau jalannya pemilihan umum di beberapa TPS. TPS-TPS yang dikunjungi Presiden tidak hanya terletak di Jakarta saja, melainkan juga sampai ke Depok dan Cinere, yang berada diluar DKI Jakarta.
Setelah meyaksikan sendiri jalannya pemungutan suara, Kepala Negara berpendapat bahwa tidak ada kecurangan dalam pemungutan suara, Kepala Negara berpendapat bahwa tidak ada kecurangan dalam pemungutan suara, sebab masyarakat bisa menyaksikan perhitungan suara termasuk di TPS yang tidak lengkap jumlah saksinya. Jadi, Presiden mengharapkan agar masyarakat tidak menaruh rasa curiga. Menilai jalannya proses pemungutan suara secara keseluruhan, Presiden mengatakan bahwa pada umumnya berjalan lancar. Menurutnya hal itu mencerminkan tingginya kesadaran politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
Penyusun, Intarti, SPd