PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden Soeharto Meresmikan Lima Pabrik di Surabaya

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Jumat, 2 Mei 1986 

Pukul 11.00 pagi ini Presiden Reagan dan rombongan meninggalkan Bali menuju Tokyo. Di Bandar Udara Ngurah Rai, ia dilepas oleh Presiden Soeharto. Sebelum Presiden Reagn meninggalkan Bali, kedua kepala negara menyatakan puas atas hasil pertemuan mereka di Bali, yang tidak hanya membawa manfaat bagi peningkatan hubungan kerjasama bilateral kedua negara, tetapi juga hubungan ASEAN-Amerika Serikat.

Kunjungan Presiden Reagan di Bali menghasilkan dua buah persetujuan, yaitu mengenai penghindaran pajak berganda dan persetujuan penerbangan. Perjanjian penghindaran pajak berganda memuat saling pengertian mengenai ketentuan yang mengatur berbagai masalah perpajakan yang timbul dari arus perdagangan, jasa dan modal antara kedua negara. sedangkan didalam persetujuan yang disebut Exchange of Note yang mengubah persyaratan perjanjian udara tahun 1968 antara RI-AS, yang mengatur bahwa penerbangan Garuda dari Indonesia ke AS harus melalui negara ketiga. 

Dengan pertukaran nota ini, maka Garuda dapat terbang langsung ke Amerika Serikat.
Setelah mengantarkan keberangkatan Presiden Reagen, Presiden dan Ibu Soeharto terbang ke Surabaya untuk meresmikan sejumlah pabrik di Gresik. Pabrik-pabrik yang diresmikan sore ini adalah Pabrik Pupuk ZA III milik Petrokimia Gresik dan empat pabrik indutri dasar. Pabrik-pabrik industri dasar itu adalah pabrik alkyl benzan suigonate milik PT Aktif Indonesia Indah, Surabaya; pabrik pengerjaan plat milik PT Karpindo Bahagia, Surabaya; pabrik metal product (aluminium) milik PT Alumindo Light Metal Product, Sidoarjo; dan pabrik baja pelat, profil ingot dan lantaran, PT Jayapari Steel, Surabaya.

Dalam sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kelima pabrik itu termasuk kelompok industri hulu. Hasil produksinya kebanyakan merupakan bahan baku dan bahan modal yang digunakan untuk pertumbuhan industri hilir. Lebih jauh dikatakannya bahwa dalam rangka menciptakan struktur industri nasional yang mantap, maka kita perlu terus menerus mengembangkan industri hulu. Dengan demikian impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal secara bertahap dan berencana dapat kita kurangi. Selanjutnya, hal itu berarti penggunaan devisa kita yang lebih efisien, terbukanya lapangan kerja baru, bergeraknya kegiatan ekonomi yang lebih luas, dan banyak arti positif lainnya dalam rangka pembangunan industri dalam arti yang luas.


Publikasi Lita.SH