PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 20 Mei 1967-1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
SABTU, 20 MEI 1967

Pemerintah telah mengeluarkan instruksi-instruksi kepada semua penguasa yang ada hubungannya dengan masalah penyelundupan untuk memberantas penyelundupan. Demikian dikatakan Jenderal Soeharto dalam wawancara dengan wartawan di Gubernuran Medan, sehubungan dengan sinyalemen tentang adanya penyelundupan barang-barang yang berasal dari Malaysia dan Singapura. Mengenai gagasan regional diantara beberapa negara Asia Tenggara, Jenderal Soeharto, hubungan dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara sedang berkembang. Negara-negara tersebut harus berusaha dengan kekuatan dan kemampuannya senditi untuk mengembangkan perekonomian negara masing-masing.

“Lahirnya Siliwangi bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional; ini berarti bahwa perjuangan Siliwangi merupakan kelanjutan Orde Baru dan pelaksanaan Ampera,” demikian dikatakan Menpangad Jenderal Soeharto pada upacara peringatan ulang tahun ke 21 Kodam VI/Siliwangi di Bandung.




SABTU, 20 MEI 1972

Presiden Soeharto hari ini di Istana Negara menganugerahkan bintang Yudha Dharma dan bintang Mahaputra kepada tujuh orang perwira tinggi, sehubungan dengan jasa-jasa dan pengabdian mereka kepada nusa dan bangsa.

Bintang Yudha Dharma Kelas I dianugerahkan kepada almarhum Jenderal Sudirman, almarhum Letjen. Urip Sumohardjo, Jenderal AH Nasution, Jenderal M Panggabean, Letjen. (Pur.) TB Simatupang. Presiden Soeharto juga menganugerahkan bintang Mahaputra Kelas II kepada Jenderal M Panggabean dan Letjen. Ibnu Soetowo, serta Bintang Mahaputra Kelas III kepada Jenderal Soemitro.

Presiden Soeharto me ngangkat anggota-anggota tambahan MPR dari utusan golongan politik dan Golkar, berdasarkan imbangan hasil pemilu 1971, serta anggota MPR dari organisasi-organisasi yang memperoleh jaminan utusan di DPR. Untuk golongan politik, diangkat 42 orang, yaitu satu orang dari Partai Katolik, tiga dari PSII, 20 dari NU, delpan dari Parmusi, sembilan dari PNI, dan satu orang dari Perti. Golkar mendapat tambahan 79 orang, sementara Partai Murba dan IPKI masing-masing memperoleh jaminan satu orang utusan di MPR. Demikian tercantum dalam Keppres No. 84/M tahun 1972 yang dikeluarkan hari ini.




SENIN, 20 MEI 1974

Dalam rangka merayakan Hari Kebangkitan Nasional, pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto meresmikan Gedung Kebangkitan Nasional ini merupakan bekas gedung Stovia yang baru selesai dipugar kembali. Dalam amanat peresmiannya, Kepala Negara mengatakan bahwa pendidikan sejarah kebangsaan sangat penting untuk memperkokoh pembangunan bangsa Indonesia seterusnya.

Setelah acara peresmian, Kepala Negara mengadakan peninjauan keliling, dan mendengar aubade para pelajar. Dalam acara keliling itu, Presiden telah meninjau ruangan Museum Kesehatan, ruangan Perpustakaan Mohammad Yamin, dan ruangan Museum Pers.





SELASA, 20 MEI 1975

Mulai pukul 10.00 pagi ini, di Bina Graha telah berlangsung sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Dalam sidang hari ini Kepala Negara telah menginstruksikan agar mobil-mobil mewah yang dimasukkan ke Indonesia tidak diberikan nomor polisi. Nomor polisi baru akan diberikan kepada mobil-mobil mewah tersebut apabila pemiliknya melunasi bea-cukai dan kewajiban-kewajiban lainnya. Latarbelakang dikeluarkannya instruksi ini, menurut Presiden, adalah dalam rangka melancarkan cara hidup sederhana. Diharapkannya bahwa dengan adanya ketentuan tersebut maka orang-orang kaya tidak lagi memamerkan kekayaan mereka.

Selain instruksi tersebut, sidang kali ini juga telah menyetujui program stabilitas harga karet alam dan penyelenggaraan cadangan penyangga stabilisasi harga karet alam dan penyelenggaraan cadangan penyangga karet alam. Dijelaskan bahwa program tersebut bertujuan untuk menstabilkan harga karet alam pada tingkat yang layak bagi konsumen dan memberikan pendapatan yang wajar bagi para produsen dan atau petani karet. Dalam rangka ini, sidang telah pula menyetujui pembentukan organisasi cadangan penyangga karet internasional dan keikutsertaan Indonesia didalamnya.

Selesai memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional, pukul 13.15 siang ini Kepala Negara menerima pengurus Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia) yang dipimpin oleh Moh. Ali Partokusumo. Pada kesempatan itu Presiden menyatakan bahwa ia akan memberikan sumbangan Rp1 juta setiap bulannya kepada organisasi itu, yaitu untuk membiayai aktifitasnya. Kepada para pengurus Pertuni, Kepala Negara menyarankan agar tenaga-tenaga guru yang tuna netra dapat diusahakan penempatannya di sekolah luar biasa bagian A. juga dimintanya agar Pertuni menempatkan tenaga-tenaga tunanetra yang telah terlatih di perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan keahlian mereka, dengan gaji yang sama dengan yang tidak cacat mata. Ia menyerukan kepada mereka yang telah bekerja agar jangan enak-enak saja setelah menerima gaji, tetapi membantu rekan-rekan lain yang sependeritaan.




KAMIS, 20 MEI 1976

Pukul 16.30 sore ini, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan unit bedah Rumah Sakit Gatot Subroto di Jakarta. menyambut penggunaan unit bedah itu, Kepala Negara mengatakan bahwa hingga sekarang ini pemerintah telah memperoleh dana sebesar Rp40 miliar dari peraturan tata niaga cengkeh yang ditetapkan beberapa tahun yang lalu. Dana tersebut dipergunakan untuk berbagai kegiatan sosial, seperti pembangunan rumah-rumah sakit. Pembangunan unit bedah RSGS yang menghabiskan biaya sebesar Rp4,5 miliar inipun uangnya juga berasal dari dana yang dihasilkan oleh tata niaga cengkeh. Demikian diungkapkan oleh Presiden.




SABTU, 20 MEI 1978

Presiden Soeharto menjelaskan bahwa penetapan pengangkutan haji untuk tahun 1978/1979 hanya dengan menggunakan pesawat udara adalah karena pengangkutan dengan kapal laut cenderung merugikan perusahaan yang menanganinya, PT Arafat. Sebagaimana diketahui perjalanan haji tahun yang lalu telah mengakibatkan PT Arafat, Parwis Nasution setelah ia menghadap Kepala Negara pagi ini di Bina Graha.





MINGGU, 20 MEI 1979

Dalam rangka peringatan hari kebangkitan Nasional, malam ini Presiden Soeharto meresmikan Gedung Pola sebagai Gedung Perintis Kemerdekaan. Avara yang berlangsung mulai jam 19.30 sampai jam 21.00 itu antara lain dihadiri Ibu Soeharto dan beberapa Perintis Kemerdekaan yang masih tinggal.

Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa dijadikannya Gedung Pola sebagai Gedung Perintis Kemerdekaan adalah untuk melestarikan penghargaan kita kepada para Perintis Kemerdekaan. Walaupun diakuinya bahwa langkah ini mungkin agak terlambat, karena jumlah Perintis Kemerdekaan yang masih tinggal makin hari makin berkurang, namun dipandangnya tetap penting sebagai tanda bahwa kita tidak ingin melupakan mereka. Mereka akan tetap merupakan kebanggaan kita, demikian ditekankan oleh Presiden.

Pada kesempatan itu Kepala Negara mengharapkan agar para Perintis Kemerdekaan yang masih tinggal dapat mewariskan semangat dan pengalaman mereka kepada generasi muda yang akan tampil kedepan memegang kendali kepemimpinan bangsa kita di masa depan. Hal ini karena, demikian Presiden, salah satu cara untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik adalah dengan meresapi dan menghayati kembali semangat kepeloporan dan jiwa pengorbanan para perintis kemerdekaan kita.




SELASA, 20 MEI 1980

Presiden Soeharto pagi ini menerima Menteri Muda Urusan Produksi Pangan, Ir. Achmad Affandi, di kediaman Jalan Cendana. Menteri Affandi menghadap Kepala Negara untuk melaporkan keadaan dan perkembangan produksi pangan di Indonesia dewasa ini. Seusai menghadap Kepala Negara untuk melaporkan keadaan dan perkembangan produksi pangan di Indonesia dewasa ini. Seusai menghadap ia mengatakan bahwa pemerintah sudah mempersiapkan langkah-langkah penanggulangan jika terjadi rawan pangan di sesuatu daerah, seperti NTB sekarang ini.

Dikatakannya pula bahwa sebagai akibat dari kampanye langsung yang dilakukan Presiden, maka kini telah terjadi pelonjakan dalam peningkatan mutu intensifikasi. Hal ini terlihat dari meningkatnya produksi pertanian pangan, terutama di daerah-daerah yang menjadi pusat produksi pertanian pangan, terutama di daerah-daerah yang menjadi pusat produksi padi selama ini, seperti Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Menanggapi hal ini, Presiden Soeharto telah memberikan pengarahan agar dilakukan semi mekanisasi dalam melaksanakan usaha pertanian.




RABU, 20 MEI 1981

Hari ini Presiden Soeharto meresmikan terminal petikemas di Tanjung Priok. Dalam sambutannya, Kepada Negara mengatakan bahwa dengan digunakannya Terminal Petikemas ini, maka kelancaran pengangkutan barang-barang ekspor dan impor kita akan dapat ditingkatkan.

Lebih jauh dikatakan bahwa dalam tahun-tahun mendatang kemampuan angkutan itu harus kita tingkatan. Hal ini harus kita lakukan, dan tidak boleh tertunda-tunda, karena kemajuan pembangunan di tahun-tahun yang akan datang akan menghasilkan peningkatan-peningkatan yang besar dari produksi di berbagai bidang. Demikian antara lain dikatakan Presiden.



SELASA, 20 MEI 1986

Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Balai Sidang Senayan, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional.  

Dalam amanatnya pada peristiwa itu, Presiden antara lain mengatakan bahwa persatuan nasional sekarang mempunyai kekuatan pengikat yang sangat kuat, ialah dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penegasan ini sama sekali tidak berarti bahwa kita menghilangkan perbedaan diantara kita yang tercermin dalam kebhinekaan kita. Penegasan kita mengenai Pancasila sebagai satu-satunya asas justru memberi nafas segar, menggerakkan dinamika dan mendorong kreativitas dalam rangka memberi makna pada semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Selanjutnya dikatakan Presiden bahwa saat perkembangan dan pertumbuhan lebih kita perlukan dewasa ini pada saat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional kita menghadapi tahun-tahun yang sulit. Jangan sampai pikiran, perhatian dan tenaga kita terpecah untuk mengatasi hal-hal yang kurang perlu, justru pada saat semua pikiran, perhatian dan tenaga kita itu harus kita curahkan untuk memenangkan perjuangan penting dalam melanjutkan pembangunan kita dalam menghadapi tahun-tahun yang penuh ujian di depan kita.
Demikian antara lain amanat Presiden.



JUMAT, 20 MEI 1988

Presiden dan Ibu Soeharto pada jam 09.00 pagi ini menghadiri acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diadakan di Balai Sidang, Jakarta. dalam kata sambutannya, Kepala Negara antara lain mengingatkan bahwa dengan wawasan kebangsaan tidak berarti kita menutupi diri dari luar, yang dengan sadar harus kita serap agar kita mampu berkembang menjadi bagian yang bertanggungjawab dari kebudayaan umat manusia di zaman ini dan di zaman-zaman yang akan datang. Diantara nilai-nilai dari luar itu adalah asas-asas organisasi modern serta ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Lebih jauh dikemukakan Presiden bahwa sejarah kita menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang mampu menyerap nilai-nilai dari luar. Bukan untuk menghilangkan nilai-nilai kita sendiri yang luhur, bukan untuk menghilangkan kepribadian kita, melainkan untuk memperkaya nilai-nilai luhur kita sendiri dan menjadikan kita bangsa yang sanggup mengejar kemajuan.






SABTU, 20 MEI 1989

Menyambut peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-81 yang berlangsung di Balai Sidang, Jakarta, pagi ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa peringatan sekarang ini kita laksanakan dalam suasana bangsa kita sedang berada diambang Kebangkitan Nasional kita yang ke-2. Presiden bahkan menegaskan bahwa proses tinggal landas pada Repelita VI memandang sebagai momen Kebangkitan Nasional ke-2. Dikatakannya pula bahwa jika Kebangkitan Nasional pertama ditahun 1908 bertujuan mendirikan suatu negara kebangsaan yang didasarkan pada persatuan dan kesatuan, maka kebangkitan nasional yang ke-2 nanti bertujuan untuk menempatkan negara dan bangsa ini sejajar dengan negara dan bangsa yang lebih maju.




SENIN, 20 MEI 1991

Pagi ini, pada jam 09.30, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-83 yang diadakan di Balai Sidang Senayan, Jakarta. dalam amanatnya, Presiden Soeharto menyerukan rakyat Indonesia untuk mengembangkan dan mengamalkan Pancasila secara kritis, kreatif, dan dinamis. Dengan demikian Pancasila terasa selalu segar. Tetapi, demikian diingatkannya, jangan sekali-kali kita memasukkan nilai-nilai dari  paham lain kedalam Pancasila dan Prinsip-prinsip UUD 1945, karena hal itu dapat memecah belah kita.

Dikatakan oleh Presiden bahwa baru sejak 1969 kita dapat mulai membangun dengan lebih tertib, teratur dan berencana. Dalam era baru ini, Pancasila kita amalkan melalui serangkaian pembangunan nasional yang meliputi semua bidang kehidupan bangsa kita. Titikberat pembangunan memang kita letakkan pada ekonomi, karena bidang inilah yang paling ketinggalan dalam kurun waktu sebelumnya. Melalui pembangunan ekonomi inilah kita dapat memberikan dukungan yang efektif untuk kemajuan bidang-bidang lainnya. Melalui pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, kita tidak saja meningkatkan taraf hidup rakyat, tetapi juga memantapkan Pancasila dalam hati bangsa kita.





RABU, 20 MEI 1992

Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang berlangsung di TMII Jakarta Timur. Dalam pidatonya, Kepala Negara antara lain menegaskan PJPT II nanti tidak boleh sampai menggeser cita-cita kita untuk mengamalkan Pancasila di segala bidang kehidupan bangsa kita. Dengan mengatakan demikian, Presiden kembali mengingatkan apa yang telah sering diingatkannya bahwa ancama yang kita hadapi terutama justru datang dari diri kita sendiri yang disebabkan ketidakmampuan kita dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila secara setia dan sungguh-sungguh

Siang ini Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan Gedung Granadi (Graha Dana Abadi) yang terletak di jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Gedung yang terdiri atas 12 lantai itu dibangun dengan dana Rp32 miliar. Dalam kata sambutannya, Presiden menegaskan gedung itu bukanlah miliknya, melainkan milik enam yayasan. Empat diantara yayasan yang akan berkantor di gedung tersebut adalah Yayasan Dharmais, Yayasan Dakab (Dana Abadi Katya Bhakti), Yayasan Supersemar, dan YAMP.


Penyusun Intarti, S.Pd