PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 16 April 1966 - 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Sabtu, 16 Apri 1966

Waperdam  bidang Ekonomi, keuangan  dan pembangunan, Sri  Sultan Hamengkubuwono IX, dalam instruksi  No. 1/1966 tanggal  5 April  menginstruksikan kepada  semua departemen, lembaga  negara dan perusahaan negara/pemerintah yang pernah melakukan peminjaman dan pemutaran uang negara supaya menghentikannya serta melaporkan jumlah yang telah dipinjamkan/dibungakan/diputarkan itu selambat-lambatnya akhir Mei 1966.


Rabu, 16 April 1969

Presiden  Soeharto  menganugerahkan  Samkarya  Nugraha  kepada  Pusat Pasukan khusus  Angkatan Darat, bertempat di Batujajar, Jawa Barat. Penyerahan  ini bertepatan  dengan  ulang tahun  ke -17 Korps Baret Merah itu.

Dalam  amanatnya Presiden mengemukakan  bahwa  dari  seorang  prajurit  ABRI dituntut syarat-syarat yang lebih berat daripada seorang warganegara biasa, dan setiap prajurit memikul tanggungjawab yang lebih besar dari pada warganergara biasa, walaupun demikian tidak berarti bahwa prajurit  ABRI boleh menuntut hak-hak yang lebih besar dari pada warganegara yang lain.

Pemerintah melarang perusahaan-perusahaan yang beromisili di Indonesia untuk mengadakan   hubungan impor dan ekspor dengan Afrika Selatan, Rhodesia Selatan, dan Angol. Larangan ini dikeluarkan  sehubungan  dengan dikenakannya embargo oleh PBB  terhadap  negara-negara tersebut karena menganut  politik diskriminasi  wara kulit.

Hari ini  pula resmi Presiden Soeharto menandatangani pernyataan tidak berlakunya UU tentang persetujuan Dwi - Kewarganegaraan, acara ini ditandai dengan dikeluarkannya UU No. 4 tahun 1969. Dengan demikian mereka yang mempunyai kewarganegaraan rangkap harus memilih untuk mengajukan  menjadi WNI; mereka yang tidak bersedia menjadi WNI, dinyatakan sebagai orang asing. Untuk yang terakhir ini akan berlaku peraturan-peraturan sebagaimana yang berlaku bagi orang asing lainnya.


Kamis 16 April1970

Pukul 08.30 pagi, Presiden Soeharto menerima penyerahan gedung Bina Graha, yang baru saja selesai pembangunannya dari Direktur Pertamina, Ibnu Sutowo. Bangunan yang diserahkan ini adalah proyek pembangunan kompleks kantor Kepresidenan. Gedung yang terletak di samping Istana ini dilengkapi dengan berbagai peralatan mutakhir, seperti close  circuit  television  system. Pada tahap kedua akan dibangun pula gedung tambahan yang akan berfungsi sebagai bahagian administrasi atau sekeretariat kantor kepresidenan.

Pada upacara penerimaan gedung ini Presiden menjawab berbagai pertanyaan dalam masyarakat tentang mengapa gedung  tersebut dibangun  oleh Pertamina. Jenderal  Soeharto  menjelaskan  bahwa pemerintah tidak menyediakan dana untuk pembangunan gedung tersebut sehingga pembangunannya, tidak bisa diserahkan kepada Departemen  Pekerjaan Umum tanpa anggaran, maka akan mengganggu anggaran departemen tersebut. Presiden menambahkan bahwa biaya pembangunan gedung  ini adalah Rp.600 juta yang semuanya ditanggung oleh Pertamina. Presiden Soeharto sendiri akan mempertanggungjawabkan kebijaksanaan ini kepada rakyat melalui sidang MPRS nanti. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto dalam acara serah terima gedung Bina Graha.

Setelah acara serah terima, Presiden mengadakan peninjauan berkeliling gedung Bina Graha dan mencoba peralatan telekomunikasi serta berbicara langsung dengan beberapa orang Gubernur, pada kesempatan  itu Presiden Soeharto  bertanya kepada para Gubernur  di Sulawesi  Selatan, Lampung ( yang diwakili oleh Sekretaris Daerah), Jawa Barat, dan Jawa Timur tentang keadaan di daerah masing-masing.

Selesai peresmian, untuk pertama kalinya  pagi itu Presiden Soeharto  memimpin  sidang  kabinet lengkap di Bina Graha. Dalam sidang  kabinet  ini Presiden antara  lain menginstruksikan  kepada para menteri dan pejabat-pejabat lainnya untuk mengadakan penertiban itu menyangkut kelemahan-kelemahan yang masih ada dalam enam hal, yaitu organisasi, kontrol, koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi.


Jum,at 16 April 1971

Setibanya  di Makassar dari Ambon  hari ini, Presiden  Soeharto  meresmikan Pusat Listrik Tenaga Uap. Pada kesempatan ini Presiden Soeharto mengungkapkan bahwa pemerintah sekarang sedang menyelesaikan pembangunan pusat-pusat tenaga listrik yang besar seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera  Barat, dan Sumatera Utara. 

Malam ini, Presiden Soeharto bertatap muka dengan tokoh-tokoh agama se-Sulawesi Selatan. Pada pertemuan ini Presiden Soeharto memberikan sumbangan uang sebanyak Rp50juta masing-masing kepada tokoh agama Islam, Katholik, dan Protestan. Ketika menyerahkan sumbangan ini Presiden mengatakan bahwa kita jangan hanya memberikan pendidikan bidang spiritual saja kepada anak-anak kita, tetapi juga pendidikan yang menyangkut bidang pembangunan.


Senin,16 April 1973

Presiden Soeharto, selaku  Bapak  Pramuka Tertinggi, bertempat  di Cibubur, Jakarta  Timur, pagi ini membuka Jambore Nasional 1973. Upacara pembukaan  jambore  ini  ditandai  oleh sebuah  acara menarik, yaitu “Dialog Transmigrasi“, yang dibawakan oleh dua orang Pramuka Pembina secara bersahut-sahutan, dan dilanjutkan  dengan nyanyian“Padi Ditumbuk  Menjadi Beras”.

Malam ini Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Istana Merdeka. Dalam sambutannya Pak Harto mengatakan bahwa rasa keadilan memanggil kita untuk menghapuskan penindasan yang kuat terhadap yang lemah Rasa Keadilan dan Persaudaraan yang menjadi tiang utama ajaran agama mewajibkan kita membangun masyarakat yang dapat mencegah timbulnya jurang pemisah antara yang kaya dan miskin. Menurut Presiden, Para nabi sebelumnya telah merintis pembangunan masyarakat yang meliputi pembangunan material dan spiritual dengan agama-agama yang diturunkan Tuhan. “Karena itu”, demikian ditegaskan  oleh Presiden “Membangun masyakat jelas merupakan  tugas agama”.


Rabu,16 April 1975

Bertempat di Istana  Merdeka  pagi ini, Presiden  Soeharto  telah membuka  rapat  kerja  unsur-unsur Departemen Keuangan dan Perbankan. Dalam sambutannya, Kepala Negara  mengatakan bahwa tugas dan kewajiban  aparat keuangan  tidak terbatas pada  kegiatan  yang menggerakan sumber-sumber  keuangan  bagi biaya   negara  dan  pembanggunan saja, melainkan  juga memberikan   arah dan  mengawasi  sumber-sumber  biaya itu, sehingga dapat di gunakan  secara   baik  dan tepat. Selanjutnya  ia mengingatkan  bahwa  setiap  pejabat  dan  pegawai  negeri  supaya benar-benar memahami Ciri-ciri  Repelita II, sebab rencana  pembangunan lima tahun ini akan  menghadapi berbagai tantangan.

Dalam amanat peresmiannya  Kepala Negara  mengatakan  bahwa  Taman Mini  adalah  milik seluruh bangsa Indonesia dan di bangun atas  hasil gotong royong  seluruh  masyarakat. Ia juga mengingatkan bahwa  pembangunan nasional, sesuai  dengan  pola  dasar pembangunan yang telah ditetapkan didalam GBHN.


Sabtu,16 April 1977

Kepala Negara  pagi ini  mengharapkan  pengertian dan kesadaran  masyarakat untuk mencari cara menggunakan  sarana  jalan se-efektif dan sehemat  mungkin, agar  lalu lintas  menggunakan lebih lancar  dan sarana  itu lebih  lestari. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengefisienkan penggunaan kendaraan  bermotor. Umpamanya  dengan menggunakan  mobil-mobil  pribadi  seperti Sedan dan Jeep secara bersama-sama, dengan empat sampai lima orang setiap hari pergi ke kantor dan pulangnya. Hal ini dikemukakan Presiden Soeharto dalam amanatnya  pada peresmian penggunaan jembatan lintas Tomang, Jakarta  peresmian ini disaksikan oleh pula Ibu Tien Soeharto Gubernur Ali Sadikin, dan  para Pejabat  DKI  Jakarta  dan masyarakat  ibukota di sekitarnya.

Presiden  Soeharto menyatakan  rasa  kagum  dan penghargaan  kepada  mereka yang aktif mengambil  bagian  dalam penyelamatan korban kecelakaan  pesawat  twin Ottermilik MNA  di pegunungan  Tinombala penghargaan ini  terutama  diberikan  kepada  empat  orang  regu penyelamat yang di drop  dengan helikopter.  Demikian  dijelaskan  Menteri  Perhubungan  Emil Salim  siang  ini setelah  melaporkan usaha-usaha penyelamatan  itu kepada  Presiden Soeharto  di Cendana , Jakarta.

Hari ini  diumumkan bahwa  kecamatan  Juntinyuat, Kabupaten  Indramayu, telah menerima  bantuan Presiden  Soeharto  berupa  kredit dengan  bunga   yang sangat rendah. Kredit  tersebut di bentuk kredit Paket A yang meliputi 20 ekor  itik  Tegal  dan Paket B yang terdiri dari 10  ekor  itik. Kepala Dinas   Peternakan  Indramayu  Sutarji menjelaskan  bahwa   paket ini  dimaksudkan  agar  petani yang tidak bermodal  dapat  menambah  penghasilan, baik dari telor  maupun dari penjualan  itik tersebut.


Rabu, 16 April 1980

Presiden Soeharto mengatakan bahwa banyak isyu-isyu yang ditujukan kepada diri dan keluarganya, dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu dengan jalan menghalalkan segala cara dalam rangka mencapai tujuan-tujuan mereka. Isyu-isyu yang beredar menjelang Pemilihan Umum 1982 ini antara lain ditujukan kepada Ibu Tien Soeharto. Misalnya disebutkan bahwa Ibu Tien Soeharto selalu menerima komisi dan menentukan kemenangan suatu tender. Sedangkan terhadap dirinya, ia dikatakan seolah-olah mempunyai selir atau simpanan seorang bintang film terkenal.

Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa isyu-isyu tersebut sudah lama beredar, tetapi sekarang dibangkitkan lagi, karena menjelang pemilihan umum. Menurutnya, kebohongan-kebohongan itu dilontarkan dengan maksud untuk menyingkirkan kepemimpinan Orde Baru. Pihak-pihak tertentu itu lupa bahwa andaikata mereka berhasil menyingkirkan kepemimpinan Orde Baru, pasti akan timbul warganegara-warganegara, termasuk prajurit ABRI serta Kopassanda, yang akan menghalang-halangi maksud politik mereka itu. Lebih-lebih lagi jika mereka itu mau mengganti Pancasila dan UUD 1945.

Demikian dikemukakan Presiden Soeharto hari ini ketika menghadiri acara tumpengan menyambut ulang tahun korps baret merah, Kopassanda, di Cijantung, Jakarta.  Pada kesempatan itu, Presiden juga mengingatkan anggota Kopassanda bahwa sebagai prajurit ABRI mereka dapat mengamalkan Tri Dharma dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa.


Sabtu, 16 April 1983

Presiden Soeharto kembali menegaskan pentingnya kerjasama dengan bangsa-bangsa lain dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, meskipun Indonesia sendirilah yang harus memikul beban dan bertanggungjawab pembangunan itu sendiri. Dalam hubungan ini, Kepala Negara menyatakan penghargaannya kepada Republik Federal Jerman yang telah memberikan kerjasamanya bagi pembangunan Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto ketika memberikan sambutan pada upacara penyerahan surat kepercayaan Duta Besar Jerman Barat yang baru, Dr Helmut Matthias, pagi ini. Upacara singkat dan khidmat itu berlangsung di Istana Merdeka.



Senin, 16 April 1984

Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri upacara pembukaan Rapat Kerja Terbatas Para Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Rapat Kerja Nasional Pembinaan Kesejahteraan Keluarga di Istana Negara. Rapat Kerja terbatas Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I yang berlangsung hingga 19 April itu akan membicarakan masalah yang mencakup berbagai masukan dari daerah tentang Repelita IV berikut pelaksanaan APBN  1984/1985. Sementara itu Rapat Kerja Nasional Pembinaan PKK akan membahas masalah peningkatan kesejahteraan keluarga.

Menyambut kedua rapat kerja itu, Kepala Negara mengingatkan bahwa semua hasil yang telah kita capai hingga sekarang, kita jadikan sebagai kekuatan untuk memasuki Repelita IV. Ditegaskannya bahwa kita perlu meneliti kekuatan yang menjadi kunci keberhasilan kita, disamping juga perlu mengetahui kelemahan yang menjadi sebab kekurang-keberhasilan kita di masa lalu. Kekuatannya kita pupuk terus, sehingga kita mempunyai kekuatan yang lebih besar untuk masju lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya kita perbaiki agar tidak terulang lagi di masa datang. Dengan sikap dasar yang demikian, maka dalam Repelita IV akan kita bangun kerangka landasan yang kukuh bagi pembangunan selanjutnya.
Pagi ini juga Presiden Soeharto membuka Rapat Kerja Nasional Kadin, bertempat di Bina Graha. Dalam kata sambutannya Presiden menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendorong kegiatan dunia usaha serta memantapkan iklim yang makin baik bagi investasi  agar sektor  dunia usaha dapat mengadakan investasi yang makin besar. Pada kesempatan ini, Presiden mengungkapkan bahwa dewasa ini pemerintah sedang mempersiapkan RUU mengenai Kadin yang akan memantapkan kedudukan dan peranan Kadin sebagai organisasi penghimpun dunia usaha.


Selasa, 16 APRIL 1985

Presiden Soharto hari ini di Bina Graha menerima Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja. Usai menghadap Kepala Negara, Menteri Luar Negeri mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menyediakan dana sebesar Rp1,3 miliar untuk penyelenggaraanPeringatan Konferensi Asia-Afrika ke-30 di Bandung tanggal 24 April mendatang. Dalam jumlah tersebut sudah termasuk biaya pengamanan dan biaya perbaikan Gedung Merdeka.


Kamis, 16 APRIL 1987

Sebagai kekuatan sosial politik, ABRI harus memahami perubahan-perubahan zaman karena terus bertambah luasnya aspirasi-aspirasi dan keinginan masyarakat. Untuk itu ABRI harus memperluas wawasan dan kepekaan sosial politiknya agar ABRI dapat tetap menjalankan dengan baik peranannya sebagai stabilisator dan dinamisator bangsanya.

Demikian dikatakan Presiden Soeharto dalam amanat tertulisnya pada peringatan ulang tahun ke-35 Kopassus di Jakarta hari ini. Amanat tersebut dibacakan oleh Panglima ABRI, Jenderal LB Murdani.


Sabtu, 16 April 1988

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan bekas Presiden Konfederasi Swiss, Dr. Kurt Fugler. Selain Duta Besar Swiss, Bernard Freymond, dan Prof Dr Pscheid, pertemuan itu juga dihadiri oleh Menteri Riset dan Teknologi, BJ Habibie. Dalam pertemuan tersebut telah dibahas berbagai aspek dan hubungan kerjasama antara kedua negara  yang telah berlangsung selama ini. Kedua peimimpin sepakat bahwa kerjasama antara kedua negara, terutama dalam bidang pendidikan, perlu ditingkatkan. Sebagaimana diketahui kerjasama dalam bidang pendidikan antara kedua negara ditandai dengan pembangunan politeknik di Bandung.

Pagi ini Presiden juga menerima bekas Penasihat Keamanan Nasional Presiden AS, Dr Zbigniew Brzezinski, yang didampingi Duta Besar AS Paul Wolfowitz. Setelah melakukan tukar pikiran selama 45 menit dengan Kepala Negara, Brzezinski mengatakan bahwa AS menganggap sangat penting hubungannya dengan Jepang, Cina, dan Indonesia. Dikatakannya pula bahwa ia sangat setuju dengan pendapat Presiden Soeharto agar AS lebih memusatkan perhatiannya di kawasan Pasifik. Menurut Brzezinski, pada kesempatan itu Presiden Soeharto telah menjelaskan tentang perkembangan ekonomi dan politik di Indonesia.


Senin, 16 April 1990

Menteri  Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi  Soesilo Soedarman menghadap Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Dalam pertemuan itu ia telah melaporkan mengenai perkembangan satelit Palapa B2-R yang telah diluncurkan di Cape Canaveral, Amerika Serikat, pada hari Sabtu yang lalu. Ia juga menyampaikan perkiraan departemennya tentang kemungkinan timbulnya lonjakan permintaan telepon di dalam negeri dan permintaan beberapa negara untuk menyewa Palapa B2-R dari beberapa negara. Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, Kepala Negara menginstrukikan Menteri Soesilo Sudarman untuk mulai mempersiapkan pembuatan dan peluncuran satelit Palapa generasi C.


Kamis,16 April 1992

Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Perdagangan, Arifin M Siregar, di Bina Graha. Arifin Siregar menghadap Presiden, antara lain untuk melapor tentang rencana kunjungan ke Spanyol, Prancis, dan Belanda dalam rangka mempromosikan barang-barang produksi Indonesia serta meningkatkan hubungan antara dunia usaha Indonesia  dengan mitra usaha di ketiga negara itu.

Pada kesempatan itu Kepala Negara memerintahkan Arifin Siregar untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dan pemerintah Belanda mengenai latarbelakang  keputusan pemerintah Indonesia untuk menolak bantuan pemerintah Belanda baru-baru ini. Dikatakan oleh Presiden bahwa keputusan tersebut justru diambil untuk memelihara hubungan antara kedua negara dan bukan untuk merusak hubungan itu. Ditegaskannya bahwa Indonesia ingin memelihara bahkan meningkatkan hubungan dengan Belanda dalam segala bidang, kecuali dalam urusan pemberian bantuan ekonomi. Dalam kaitan ini, Kepala Negara menginstruksikan Menteri Arifin Siregar untuk mengupayakan peningkatan jumlah wisatawan Belanda yang berkunjung ke Indonesia.



penyusun, Intarti, S.Pd