PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Pencegahan dan Pengendalian Hama Wereng Coklat

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Kamis, 6 November 1986 --- Presiden Soeharto mengingatkan daerah-daerah, khususnya yang telah mengalami serangan hama wereng coklat, agar mengamati secara sungguh-sungguh serangan yang terjadi dan memberikan angka-angka laporan yang tepat dan sesungguhnya, tidak perlu takut kalau kondisinya nanti tidak baik. Karena dengan demikian, langkah-langkah perencanaan dan pengendalian yang di ambil dapat dilakukan secara cepat dan berhasil pula.

Peringatan itu disampaikan Kepala Negara dalam suatu pertemuan khusus yang membahas soal serangan hama wereng coklat dan langkah-langkah pengendalian dengan sejumlah Gubernur di Bina Graha  siang ini. Para  Gubernur yang diundang Presiden menghadiri pertemuan itu adalah Gubernur DI Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu hadir pula para Kanwil Penerangan, Kapala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dari masing-masing provinsi tersebut, serta ketua-ketua kelompok Tani dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan JawaTimur.

Ditegaskan oleh Presiden bahwa serangan hama wereng coklat yang terjdi sekarang ini serius dan membahayakan. Memang produksi padi tahun 1986 ini diperkirakan masih melebihi kebutuhan nasional sehingga swasembada masih akan tercapai. Akan tetapi serangan yang terjadi sekarang sangat potensial untuk meledak, sehingga apabila tidak segera diatasi akan mengancam pembangunan nasional pada umumnya, pembangunan pertanian pada khususnya, terutama dalam rangka swasemdaba beras yang telah dicapai dengan segala usaha payah dan kerja keras selama ini.

Secara terus terang Kepala Negara memperingati bahwa selama ini daerah-daerah kurang mengamati dan memberikan angka-angka secara tepat. Mungkin karena menyembunyikan sesuatu, takut kalau kondisinya kurang baik, sehingga memberikan angka-angka laporan yang lebih kecil. Secara tegas Presiden memperingati agar hal ini jangan terulang lagi.

Sebelum pertemuan khusus itu, Presiden Soeharto hari ini di Istana Negara telah melantik tiga orang Duta Besar Indonesia. Mereka adalah Duta Besar Marsekal (Purn.) Sukurdi untuk Jerman Barat, Duta Besar Laksamana M Romli untuk Kerajaan Belanda, dan Duta Besar Sularto Sutowardoyo untuk Republik Zimbabwe.

Memberikan sambutan pada acara tersebut, Presiden Soeharto kembali mengigatkan bahwa peranan duta besar dalam melaksanakan politik luar negeri sangatlah penting. Pelaksanaan politik luar negeri tidak lain adalah pelaksanaan ke luar negeri dari usaha menciptakan tujuan nasional. Dalam rangka ini kata Presiden, memang benar bahwa kuat atau lemahnya garis politik luar negeri akan ditentukan oleh bobot keadaan di dalam negeri. Namun juga benar bahwa kelincahan dan ketajaman diplomat ikut menentukan berhasilnya pelaksanaan politik luar negeri itu.

Sementara itu, bertempat di Istana Merdeka, pagi ini Presiden Soeharto secara terpisah menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Jerman Timur untuk Indonesia, Siegfried Kuhnel, dan Duta Besar Thailand, Kamtorn Udomritthiruj.

Membahas pidato Duta Besar Kuhnel, Kepala Negara mengatakan bahwa tahun-tahun mendatang merupakan tahun-tahun yang membuka kemungkinan yang lebih luas bagi Indonesia dan Jerman Timur untuk makin mengembangkan hubungan dan kerjasama  yang saling memberi manfaat di bidang ekonomi dan perdagangan. Hal ini karena selama ini hubungan dan kerjasama antara kedua negara terus meningkat, yang antara lain ditandai oleh penantanganan Protokol mengenai kerjasama Ekonomi dan Perdagangan, serta dibentuknya Komisi besar mengenai kerjasama Ekonomi.

Ketika menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Komtorn Udomritthiruj, Presiden Soeharto mengatakan bahwa ketahanan regional membuat kita sendiri tanpa memberikan kita diombang-ambing oleh kekuatan-kekuatan lain dari luar. Ketahanan regional itu pula yang membuat kita mampu bertahan kendatipun di wilayah sekitar kita masih berkembang gejola-gejolak yang berkepanjangan. Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa dengan Asia Tenggara yang maju dan sejahtera, yang tentaram dan bersatu, yang memiliki ketahanan regional dan mampu mengurus dirinya sendiri, maka kita ingin menyumbangkan semuanya itu juga bagi terwujudnya dunia yang lebih tenteram, lebih sejahtera, dan lebih adil.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo