PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 4 Oktober 1965 - 4 Oktober 1989

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Senin, 4 Oktober 1965
Dalam masyarakat beredar anggapan bahwa AURI berada dibalik penghianatan PKI; olwh swbab itu melalui RRI Presiden Soekarno mengeluarkan pernyataan yang bersifat membela AURI. Presiden menegaskan dalam siaran RRI itu, bahwa: 1. Tuduhan bahwa AURI tersangkut dalam G-30-S adalah tidak benar; 2. Kepergiannya ke Pangkalan Angkat Udara Halim adalah atas kemauannya sendiri; dan 3. Harus waspada jangan sampai AU dan AD dapat diadudomba.
Pada jam 9.00 pagi PangkostradMayjen. Soeharto telah berada di Lubang Buaya untuk menyaksikan sendiri pengangkatan jenazah enam perwira tinggi dan satu perwira pertama AD dari seebuah sumur tua. Dengan bantuan anggota Kipam (Kesatuan Intai Para Amfibi) KKO-AL dan rakyat setempat, jenazah para perwira TNI-AD yang menjadi korban keganasan PKI itu dapat dikeluarkan satu demi satu. Pengangkatan jenazah baru selesai lebih-kurang pukul 2.00 siang. Selesai pengangkatan tersebut, Jenderal Soeharto memberikan komentar: “...jelas betapa kejam dan biadapnya aniaya yang dilakukan oleh petualang-petualang Gerakan 30 September. Ketujuh jenazah Pahlawan Revolusi, enam Jenderal dan seorang perwira pertama, ditemukan dalam keadaan tubuh yang jelas penuh luka karena siksaan. Bekas luka disekujur tubuh akibat siksaan sebelum ditembak mati masih membalur pada tubuh-tubuh pahlawan kita”. Selanjutnya dikatakannya, “... karena Lubang Buaya jelas berada di kawasan AURI, jelas ada oknum AURI yang terlibat. Saya minta pimpinan AURI segera mengambil tindakan terhadap anggotanya yang melanggar sumpah prajurit”.

Selasa, 4 Oktober 1966
Dlam sambutannya menyongsing ulang tahun ABRI ke-21, 5 Oktober 1966, yanng disiarkan secara langsung oleh TVRI Menutama Hankam/Menpangad Jenderal Soeharto mengatakan bahwa kekuatan utama Angkatan Bersenjata sepanjang perrjuangan kemerdekaan terletak pada persatuan, kesadaran kebangsaan dan kewaspadaan mengamankan dan mengamalkan falsafah Pancasila.

Sabtu, 4 Oktober 1970
Dalam musyawarah komando yang dihadiri oleh perwira tinggi Angkatan Bersenjata, Menhankam Jenderal Soeharto memberikan penjelasan tentang pelaksanaan reorganisasi dalam Departemen Hankam. Reorganisasi ini merupakan pelaksanaan dari surat keputusan Presiden No. 132 tahun 1969, yang antara lain menetapkan integrasi Angkatan Bersenjata.
Musyawarah Alim Ulama se-Indonesiayang telah berlangsung beberapa hari di Gedung Pola, Jakarta, hari ini ditutup. Dalam amanat tertulisnya dalam pada penutupan ini Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa islam adalah agama kemajuan sesuai dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang didalamnya banyak menitikberatkan pada soal-soal pembangunan masyarakat. Oleh karena itu Presiden Soeharto mengajak para alim-ulama, pemimpin-pemimpin islam untuk lebih memperhatikan kehidupan manusia. Menurut Presiden, partisipasi umat islam sangatlah menentukan bagi berhasilnya pembangunan di negeri kita.
Oleh sebab itu Presiden mengharapkan agar para ulama dapat merealisasikan hasil-hasil musyawarah dalam bidang amaliyah sosial Islam. Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto juga berbicara tentang kemunduran umat Islam di Indonesia, sebagaimana yang banyak disinggung oleh peserta musyawarah. Dalam hal ini Presiden berpendapat bahwa kemunduran itu disebabkan karena oleh kurangnya kita memperhatikan masalah kehidupan manusia secara lahiriah.

Selasa, 4 Oktober 1977
Presiden Soeharto menginstruksikan keapada seluruh daerah untuk mengikuti perkembangan daerahnya masing-masing dalam menghadapi masalah paceklik akibat serangan hama dan kekeringan sekarang ini, dan segera melaporkan jika terjadi gejala-gejala kekurangan pangan, sehingga dapat segera ditanggulanggi. Demikian instruksi Presiden Soeharto dalam sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berkangsung pagi ini. Dalam sidang itu juga telah ditentukan prosedur operasi standard daripada penanggulangan itu. Pertama, bagi daerah yang tidak mungkin ditanami padi, petani setempat harus diarahkan untuk menanam palawija, seperti ketela, jagung dan lain-lain sebagainya. Kedua, jika penanaman palawija tidak dimungkinkan, maka tenaga kerja petani harus di manfaatkan untuk proyek padat karya yang sesuai dengan keperluan pembangunan setempat, seperti proyek pengairan, penghijauan dan pembangunan jalan. Ketiga, jika proyek padat karya tidak mungkin, maka pemerintah akan menyediakan bantuan pangan dalam bentuk lumbung-lumbung pangan yang diisi dengan beras atau pangan lainnya, yang bisa dipinjam oleh petani dan dikembalikan lagi secara mencicil stelah panen tiba. Keempat, bagi petani yang benar-benar tidak mampu disediakan bantuan dari Departeman Sosial dan bilamana perlu diusahakan bantuan Presiden. Kelima, kredit candak-kulak perlu ditingkatkan, tetapi harus dijaga jangan sampai uang pinjaman itu habis dimakan dan tidak dipergunakan untuk berdagang.

Rabu, 4 Oktober 1978
Bertempat di Bina Graha, jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka Lokakarya Nasional Pembinaan Generasi Muda. Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan pengikat bangsa dan masyarakat kita yang majemuk ini. Pancasila benar-benar merupakan rangkuman yang padat dan padu dari cita-cita yang hidup dalam kalbu bangsa kita. Adanya perristiwa-peristiwa destruktif dan perorangan terhadap kesaktian Pancaslia, sebenarnya adalah karena masih ada orang-orang yang belum menghayati dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu, untuk menghindari krisis dan kemelut seperti yang pernah terjadi pada masa-masa lalu, kita harus memasyarakatkan Pancasila agar benar-benar dihayati dan diamalkan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Khusus mengenai generasi muda, Presiden Soeharto me gemukakan bahwa bangsa kita akan mengalami kemunduran dan kehilangan ekan dinamis apabila generasi muda hanya menjadi “pengekor” dan bukan “pelopor”. Apa yang kita harapkan tidak lebih dari terpeliharanya keutuhan dan kelestarian bangsa kita, sehingga dalam mengejar kemajuan kita tidak perlu terhambat oleh hal-hal yang bersifat membuang-buang waktu, pikiran dan tenaga. Untuk itu, demikian ditegaskannya, perlu pada usaha-usaha dari generasi muda sendiri untuk menghilangkan faktor-faktor yang memecah belah generasi muda.

Kamis, 4 Oktober 1979
Presiden Soeharto hari ini memutuskan untuk membentuk Team Koordinasi Penanganan Masalah Tanah yang secara langsung bertanggungjawab kepada Presiden. Team yang diketahui Menteri Negara PAN itu diberi tugas untuk mengadakan penelitian dalam masalah tanah, Selain itu, team juga berwenag menyusun dan menyiapkan bahan-bahan bagi perumusan kebijaksanaan pemerintah dalam masalah tanah berdasarkan undang-undang yang berlaku. Demikian dikatakan Menteri PAN, Sumarlin, setelah menghadap Kepala Negara di Bina Graha siang ini.

Sabtu, 4 Oktober 1980
Presiden Soeharto menginstruksikan kepada Menteri Pertambangan Energi Subroto, agar mempelajari sistem Filipina mengembangkan sumber energi panas bumi. Di ASEAN, Filipina merupakan negara yang termaju dalam hal ini, karena negeri itu sudah membangun sumber tenaga panas buminya sejak tahun 1973/1974. Kini tenaga panas bumi Filipina berkekuatan 4.500 megawatt. Demikian dikatakan Prof Subroto setelah menghadap Presiden di Cendana pagi ini. Dalam pertemuan dengan Presiden itu hadir pula Direktur Utama Pertamina, Piet Haryono, dan Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono.

Senin, 4 Oktober 1982
Dalam sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha telah diambil keputusan untuk memberikan berbagai bantuan kepada petani dalam menghadapi musim tanam di musim penghujan mulai bulan ini. Bantuan yang berupa bibit, penyediaan pupuk yang cukup, penyediaan beras dalam menghadapi paceklik, dan proyek padat karya itu, khususnya diberikan untuk daerah-daerah yang memberikan yang menderita akibat kekeringan.
Bertempat di Bina Graha, pukul 13.00 siang ini, Presiden Soeharto mnerima pimpinan baru DPR/MPR, yaitu Ketua Amirmachmud, para Wakil Ketua Kharis Suhud, Amir Murtono, Nuddin Lubis, Hardjanto Sumodisastro, Sunandar Priyosudarmo, dan Sekretaris Jenderal Wang Suwandi. Mereka berkunjung untuk bersilaturrahmi dengan Kepala Negara sehubungan dengan baru terpilihnya mereka menjamin pimpinan MPR/DPR.

Kamis, 4 Oktober 1984
Presiden Soeharto menginstruksikan kepada segenap menteri dalam bidang Kesra untuk membahas secara mendalam cara-cara mengatasi berbagai hal yang dapat merusak moral, mental, dan iman masyarakat. Secara khusus Presiden mengharapkan  Departemen Penerangan dan Dewan Film Nasional ikut memberikan perhatian dalam mengatasi masalah pornografi dan sadisme. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara mengharapkan agar Pancasila tidak hanya menjadi falsafah atau tema-tema dalam pidato saja, tetapi benar-benar dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian dikatakan Menteri Koordinator bidang Kesra, Alamsyah Ratu Perwiranegara, setelah mengahadap Presiden pagi ini di Bina Graha. Dalam pertemuan itu ia telah melaporkan berbagai masalah dalam bidang kesejahteraan rakyat, termasuk soal berkembangnya pornografi dan sadisme dalam masyarakat di kota-kota besar belakngan ini. Masalah ini akan dibahas lebih jauh dlaam sidang koordinasi dengan sejumlah menteri terkait minggu depan.

Rabu, 4 Oktober 1989
Departemen Luar Negeri hari ini membenarkan bahwa Presiden Soeharto telah menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Yang Shangkun sehubungan dengan ulang tahun yang ke-40 RRC pada tanggal 1 Oktober. Ucapan selamat itu dikirimkan melalui Perwakilan Tetap RI di PBB.
Didalam sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpin Presiden Soeharto di Bina Graha hari ini, Pemerintah mengelurkan kebijaksanaan baru tentang penyederhanaan beberapa prosedur, yang memberikan berbagai kemudahan bagi peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan RI dengan Uni Soviet serta negara-negara Eropa Timur. Kemudahan yang diberikan berdasarkan keputusan itu mencakup bidang imigrasi dan perhubungan laut.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo