PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 27 Oktober 1966 - 27 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Kamis, 27 Oktober  1966

Ketua Presidium Kabinet Ampera Jenderal Soeharto, pada resepsi ulang tahun ke-19 Gasbindo hari ini, menegaskan bahwa Orde Baru adalah sikap mental yang penuh semangat perjuangan yang menguntungkan Ampera yang lebih efektif dalam mendapatkan kita pada realisasi cita-cita revolusi 17 Agustus 1945.


Jum’at, 27 Oktober 1967


Sementara itu,dalam  rapat-rapat umum yang dihadiri oleh pejabat Presiden di Manado dan Gorontalo selalu terdapat beberapa buah poster Yang menuntut pembubaran PNI/FM. Antara lain berbunyi PNI/FM antek Orla, dan bubarkan PNI.


Selasa, 27 Oktober 1970


Pukul 13.00 siang ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto beserta rombongan bertolak menuju Banjarmasin untuk kunjungan kerja selama tiga hari.


Rabu, 27 Oktober 1971

Ketua DPR-GR HA Sjaichu dan Wakil-wakil Ketua Isnaeni, Ben Mang Reng Say, dan Sulistio di Istana Merdeka hari ini berpamitan kepada Presiden Soeharto, sehubungan dengan berakhirnya masa jabatan mereka. Masa jabatan mereka berakhir hari kamis tanggal 28 Oktober dengan dilantiknya anggota-anggota DPR baru hasil pemilihan umum. Dalam sistem parlemen Indonesia, pimpinan DPR dipilih oleh para anggota parlemen.


Sabtu, 27 Oktober 1973

Presiden Soeharto mengawali Hari Idul fitri 1 Syawal 1393H dengan mengikuti shalat ied di Masjid Istiqlal bersama-sama dengan sebahagian masyarakat Jakarta. Usai shalat, Kepala Negara memberikan sambutannya, dimana antara lain ia mengatakan bahwa masalah-masalah kemiskinan yang kita hadapi masih besar, karena itu kita harus memberantasnya tidak secara setengah-setengah dan musim-musiman saja. Pada kesempatan itu Presiden juga menyatakan rasa syukurnya atas tercapainya gencatan senjata di Timur Tengah. Di akhir amanatnya, kepala Negara meminta maaf kepada Rakyat Indonesia atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin telah diperbuatnnya.

Dalam rangka hari raya umat Islam ini, selama dua hari berturut-turut, Presiden dan Ibu Soeharto memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk bersilaturahmi di jalan Cendana 8. Acara ini berlangsung baik pagi maupun malam hari.


Rabu, 27 Oktober 1976

Ketua LAPAN, Salutan, menghadap Kepala Negara pagi ini di Bina Graha. Ia dating untuk melaporkan tentang perkembangan dana kegiatan yang dipimpinnya itu. Ia melaporkan bahwa dalam tahun 1982 nanti LAPAN diharapkan sudah dapat meluncurkan satelit Indonesia yang pertama. Sehubungan dengan laporan itu, Kepala Negara memerintahkan agar LAPAN mematangkan lebih lanjut rencana pengembang di bidang angkasa luar.


Sabtu, 27 Oktober 1979

Utusan khusus PLO, Khalid Al Sheikh, pukul 09.50 pagi ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Pertemuan pagi ini telah membahas situasi politik di Timur Tengah. Pada kesempatan itu Kepala Negara kembali menegaskan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia akan terus mendukung perjuangan bangsa Arab Palestina.


Selasa, 27 Oktober 1981

Preseden soeharto hari ini mengirimkan kawat ucapan selamat kepada CC Devan Nair, berkenaan dengan terpilihnya pemimpin serikat buruh Singapura itu sebagai Presiden Republik Singapura yang baru. Dalam kawat yang sama Presiden Soeharto mengaharapkan agar hubungan kedua Negara akan dapat lebih berkembang lagi di masa-masa mendatang.


Sabtu, 27 Oktober 1984

Secara berturut-turut, pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima surat-surat kepercayaan dari para duta besar tiga Negara sahabat. Para duta besar ini adalah Duta Besar Republik Demokrasi Rakyat Aljazair, Mohamed Kossouri, Duta Besar Kerajaan Denmark, Amders Bradstrup, dan Duta Besar Republik Sosialis Romania, Valeriu Goergescu.

Dalam pidato  balasannya kepada Duta Besar Aljazair, Presiden Soeharto mengatakan bahwa sebagai neraga yang sedang membangun, maka kedua bangsa memikul tugas dan tanggungjawab yang tidak ringan. Kedua Negara tidak saja harus melaksanakan pembangunan nasional dengan sarana yang terbatas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang menyolok antara negara-negara maju dan Negara-negara berkembang. Untuk mengatasi hal itu, maka negara-negara yang sedang membangun perlu tetap gigih berjuang unutk mewujudkkan Tata Ekonomi Dunia Baru, yang lebih menjamin keadilan dan kemajuan bagi semua bangsa tanpa kecuali.

Ketika menerima surat kepercayaan Duta Besar Denmark, Presiden Soeharto mengatakan sambutan dengan gembira keiginan dan usaha Denmark untuk aktif mengambil bagian dalam pembangunan Indonesia. Dalam hubungan ini Presiden berharap agar hubungan baik dan kerjasama yang saling bermanfaat antara Denmark dan Indonesia yang telah terjalin erat saat ini akan terus berlanjut dan makin meluas di masa mendatang.

Sementara itu, kepada Duta Besar Romania, Presiden Soeharto menyatakan kegembiraannya menyaksikan hubungan persahabatan yang makin erat dan saling pengertian yang makin dalam antara kedua Negara. Dikatankannya bahwa hubungan  itu perlu senantiasa diperkukuh dan ditingkatkan, baik dalam hubungan bilateral maupun diforum-forum internasional. Sebeb, demikian Presiden, hal ini sedikit atau banyak tentu akan ikut memberi sumbangan bagi perdamian dunia dan kesejahteraan umat manusia.


Sabtu, 27 Oktober 1991


Pukul 09.00, pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar RRC, Qian Yongnian, di Istana Negara. Dengan penyerahan syarat kepercayaan ini, maka RRC kembali mempunyai kantor perwakilan di Jakarta setelah Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan Negara itu selam 24 tahun.

Ketika menerima penyerahan surat kepercayaan ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa dalam mengisi lembaran baru hubungan antar kedua bangsa dan negara, kita telah sama-sama bertekad unutk berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Desa Sila Bandung. Kita Juga sama-sama sepakat untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai; yaitu saling hormat menghormati kedaulatan masing-masing, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri, saling percaya dan saling membantu. Karena itu, Kepala Negara menyatakan keyakinannya bahwa di masa-masa  datang hubungan diplomatik antara kedua negara yang telah dipulihkan sejak Agustus yang lalu, tidak saja akan memberi sumbangan bagi terpeliharanya stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia dan dunia pada umumnya.

Ditempat yang sama, Presiden Soeharto kemudian menerima surat kepercayaan Duta Besar Siprus yang baru, Andreas Pirishis, Kepdanya Kepala Negara mengatakan bahwa dalam “masalah Siprus”, pemerintah dan rakyat Indonesia senantiasa mendukung upaya-upaya yang dilakukan Sekretaris Jenderal PBB dalam mencarikan penyelesaian secara menyeluruh dan langgeng. Dalam hubungan ini, Presiden mengharapkan agar perundingan-perundingan antara para pemimpin Siprus Yunani dan Siprus Turki dibawa naugan PBB dapat terus dilanjutkan sampai terwujudnya penyelesaian secara tuntas sesuai dengan keinginan semua pihak.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval andrianto
Editor : Sukur Patakondo