PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 19 Mei 1967-1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
JUMAT. 19 MEI 1967


Menpangad Jenderal Soeharto berada di Medan untuk serah-terima jabatan Pangandajan Sumatera, dari Letjen. AJ Mokoginta kepada Mayjen. Kusno Utomo. Dalam amanatnya, Jenderal Soeharto menekankan pentingnya peranan Sumatera dalam rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi serta pembangunan yang akan datang.






MINGGU, 19 MEI 1968


Memberikan sambutan tertulis pada pembukaan diskusi besar Dewan Mahasiswa Universitas/Institut Negeri seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Indonesia, Presiden Soeharto mengingatkan para mahasiswa akan tiga masalah nasional yang sedang kita hadapi. Ketiga masalah tersebut adalah; Pertama, perbaikan kehidupan perekonomian bangsa. Kedua, penegakan asas dan sendi-sendi UUD 1945, yaitu demokrasi yang sehat, negara hukum, dan dan sistem konstitusional. Ketiga, masih adanya ancaman dari sisa-sisa G-30-S/PKI. Menurut Jenderal Soeharto, ketiga masalah besar ini adalah saling pengaruh mempengaruhi.






RABU, 19 MEI 1971


Bertempat di halaman parkir Wisma Tamu Istana, Presiden Soeharto membuka pameran dan kontes unggas. Dalam sambutannya Presiden antara lain mengatakan bahwa ayam dan telur dapat merupakan suatu kekuatan untuk lebih menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional kita, dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus dapat memperbaiki mutu makanan yang sehat bagi rakyat. Hampir seluruh masyarakat telah beternak ayam dan peternakan ayam yang dilakukan oleh masyarakat itu masih sangat sederhana dan tidak sungguh-sungguh, padahal potensinya sungguh besar. Usaha-usaha tersebut terus didorong pemerintah sebab tanpa perhatian pemerintah, masa depan peternak ayam pasti suram.


Dalam hubungan ini sebagaimana dengan peningkatan produksi beras, dalam bidang peternakan ayam pun kita harus melancarkan panca usaha. Panca usaha itu meliputi: 1. Penyediaan bibit unggul, yaitu jenis ayam yang tehan terhadap penyakit, berbadan gemuk atau bertelur banyak; 2. Penyediaan makanan ayam yang cukup dengan harga yang rendah dan mutu yang tinggi; 3. Penyediaan obat-obatan yang cukup; 4. Penyuluhan ayam yang memberikan pengetahuan yang cukup dalam hal beternak ayam; 5. Usaha-usaha pemasaran. 
Presiden Soeharto juga mengungkapkan bahwa dalam lima tahun ini, pemerintah mencadangkan dana Rp 10 milyar untuk meningkatkan produksi ternak pada umumnya, sehingga nanti kita tidak lagi tergantung pada impor.





SABTU, 19 MEI 1973


Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Dewan Pimpinan Harian HKTI di Bina Graha. Kepada mereka Kepala Negara menjelaskan kembali usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan dan memperluas peranan BUUD sebagai usaha meningkatkan taraf hidup petani. Presiden Soeharto juga mengingatkan bahwa bagaimanapun juga pertanian akan terus menjadi fokus perhatian, sebab pertanian tidak hanya mendukung perindustrian, melainkan juga membinanya. Ditambahkan oleh Presiden bhawa sekarang ini merupakan momentum yang baik untuk terus mendorong petani bekerja, sebab mereka telah memahami maksud dan cara intensifikasi dan Panca Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah.





SENIN, 19 MEI 1975


Siang ini Presiden Soeharto menerima kunjungan Dr. Roeslan Abdulgani, Mh Isnaeni dan BM Diah. Kedatangan mereka adalah untuk melaporkan tentang Yayasan 17 Agustus 1945 yang telah mereka dirikan. Kepada Kepala Negara mereka menjelaskan tujuan yayasan tersebut, yaitu untuk mengembangkan falsafah negara Pancasila, agar dihayati dan diamalkan terutama oleh generasi muda. Pada kesempatan itu Presiden menyatakan menyambut baik berdirinya yayasan yang mereka pimpin, dan mengharapkan agar yayasan tersebut dapat menyebarluaskan Pancasila ke tengah-tengah masyarakat, khususnya kepada tunas-tunas bangsa.







RABU, 19 MEI 1976


Selama lebih satu jam, siang ini Presiden Soeharto menerima Menteri Pertambangan, Mohammad Sadli, Menteri PAN, Sumarlin, dan Direktur Pertamina Piet Haryono. Dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat tersebut,  Kepala Negara telah membahas persoalan-persoalan yang akan dibicarakan dalam sidang OPEC yang akan berlangsung di Bali pada akhir bulan ini.






SABTU, 19 MEI 1979


Sejumlah pejabat tinggi dipanggil Presiden Soeharto untuk menghadapnya hari ini di Bina Graha. Tampak menghadap Kepala Negara dalam pertemuan yang berlangsung mulai pukul 09.45 itu adalah Menteri Dalam Negeri Amirmachmud, Menteri Pertanian Sudarsono Hadisaputro, Menteri Perdagangan dan Koperasi, a.i. Bustanil Arifin, Menteri PAN Sumarlin, Direktur Jenderal Koperasi, Sudjanadi Ronohadiwirjo, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Prapto Prajitno, Direktur Pembangunan Desa, diwakili oleh Kol. Agusman dan Direktur BRI, Hartawan.

Adapun maksud pemanggilan para pejabat tersebut berkaitan dengan pembinaan dan kegiatan perkoperasian. Dalam pertemuan tersebut Presiden mengingatkan para pejabat tinggi yang tugasnya berkaitan dengan kegiatan koperasi agar fungsi pelayanan koperasi kepada rakyat biasa dapat berjalan dengan baik. Kepala Negara menghendaki agar kegiatan dapat berjalan dengan baik. Kepala Negara menghendaki agar kegiatan perkoperasian diarahkan pada peningkatan pelayanan kepada rakyat pedesaan, sehingga rakyat benar-benar merasakan manfaatnya menjadi anggota koperasi. Dengan demikian akan merangsang anggota koperasi. Selain itu Presiden juga memberikan petunjuk tentang pembinaan koperasi yang sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dalam hal ini Presiden menitikberatkan petunjuknya pada koperasi primer di daerah pedesaan.







SENIN, 19 MEI 1980


Pemerah susu di jawa Tengah dan di Jawa Timur yang belum mempunyai sapi sendiri akan memperoleh bantuan sapi perah dari Presiden Soeharto. Kedua provinsi masing-masingnya akan menerima 600 ekor sapi perah pada bulan Juni dan Agustus yang akan datang. Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Peternakan Hutasoit, setelah ia dan Gubernur Jawa Tengah, Supardjo Rustam, serta Gubernur Jawa Timur, Sunandar Priyosudarmo, diterima Presiden hari ini di Bina Graha.









SELASA, 19 MEI 1981


Selama lebih kurang setengah jam, pagi ini di Bina Graha Presiden Soeharto menerima Ahmad Usman, utusan Raja Morokko. Ia datang membawa pesan Raja Hasan II. Dalam pesan tersebut, antara lain, Raja Hasan II menegaskan kembali bahwa dunia masih memerlukan semangat Bandung, terutama bagi bangsa-bangsa yang cinta kemerdekaan dan perdamaian. Selain itu utusan tersebut telah menyampaikan masalah yang kini dihadapi negara-negara di Afrika Utara.

Hari ini Gubernur DKI Jaya, Tjokropranoto telah menerima 150 ekor sapi bantuan Presiden dari Kepala Biro Proyek-proyek Bantuan Presiden. sapi-sapi perah yang diperuntukkan bagi 150 peternak sapi di ibukota itu, secara simbolis hari ini juga diserahkannya kepada para walikota Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat, dalam suatu upacara sederhana di Lenteng Agung, Pasar Minggu.






RABU, 19 MEI 1982


Presiden Soeharto hari ini di Gedung Utama Sekretariat Negara memimpin sidang kabinet paripurna. Didalam sidang hari ini telah dilaporkan tentang diakuinya konsep Wawasan Nusantara oleh Konvensi Hukum Laut di New York baru-baru ini. Dengan demikian RI memiliki tambahan wilayah perairan seluas tiga juta kilometer persegi.

Selain membahas implikasi diakuinya konsep Wawasan Nusantara, sidang juga mendengarkan perkiraan keadaan yang disajikan oleh Kepala Bakin. Perkiraan keadaan itu terutama berkisar pada situasi setelah Pemilihan Umum 1982 dan dalam menghadapi sidang umum MPR 1983. Sehubungan dengan itu, Presiden meminta agar perkiraan keadaan dapat digunakan dalam membuat program kerja tahunan masing-masing departemen di bidangnya, khususnya bagi perencanaan tahun keempat dan kelima Repelita III.





KAMIS, 19 MEI 1983


Pukul 10.20 pagi ini, bertempat di Bina Graha. Presiden Soeharto menerima pimpinan DPA masa bakti 1983-1988. Hadir dalam pertemuan itu adalah M Panggabean (Ketua DPA), para Wakil Ketua, anggota, M Nur, serta Sekretaris Jenderal Piet Wiryawan.

Pada kesempatan itu Kepala Negara antara lain mengharapkan agar pertimbangan dan usul yang akan disampaikan DPA kepada Presiden hendaknya benar-benar berbobot. Juga diharapkannya agar lembaga tinggi negara ini dapat menjalankan tugas dan fungsinya sesuai UUD 1945. Kepada pimpinan DPA, Presiden mengemukakan pendapatnya agar mulai masa bakti ini pertemuan seluruh anggota DPA dengan Presiden ditiadakan saja. Menurut Presiden, pertemuan semacam itu dapat menimbulkan kesan seolah-olah kedudukan DPA lebih rendah daripada Presiden.






SABTU, 19 MEI 1984

Secara berturut-turut bertempat di Istana Merdeka, pagi ini Presiden Soeharto menerima surat-surat kepercayaan dari Duta Besar Uni Soviet, Stanislav Ivanovic Semivolos, dan Duta Besar Sudan, Abdel Moneim Mahmoud Mustafa. Kepala Negara mengatakan bahwa ia menyambut dengan gembira keinginannya untuk meningkatkan lagi kerjasama antara kedua negara. Pada kesempatan ini Presiden juga mengungkapkan keyakinannya bahwa jika semua negara yang sedang membangun dapat melakukan pembangunan serta menghilangkan kemiskinan dan kemelaratan, maka perdamaian dunia pasti akan terwujud.





SENIN, 19 MEI 1986


Presiden Soeharto memberi petunjuk agar dibentuk suatu team untuk meneliti dan memastikan otentifikasi dari lukisan yang disebut sebagai gambar Matualessi atau Pattimura, Pahlawan Nasional dari daerah Maluku, yang tampaknya berbeda dengan gambar yang selama ini dikenal. Petunjuk itu diberikan  kepada Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Abdul Gafur di Bina Graha hari ini, setelah Gafur memperlihatkan foto dari lukisan tersebut.

Presiden Soeharto menyampaikan terimakasih kepada PDI yang mencalonkan kembali dirinya untuk sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1988-1993. Namun ditegaskan kembali oleh Kepala Negara bahwa hal itu tergantung pada keputusan MPR nanti, karena sebagai warganegara ia akan mematuhi keputusan MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara. Presiden Soeharto menegaskan hal itu ketika menerima DPP PDI di Bina Graha hari ini. Dipimpin oleh Ketua Umum Suryadi, para tokoh PDI itu menghadap untuk menyampaikan laporan mengenai hasil kongres yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini.





SELASA, 19 MEI 1987


Gubernur Bengkulu, Suprapto menghadap Presiden Soeharto pagi ini di Cendana. Pada kesempatan itu ia melaporkan tentang bencana banjir yang melanda daerahnya baru-baru ini. Mendengar laporan tersebut Presiden menyatakan duka citanya terhadap korban. Untuk menanggulangi akibat bencana itu, Presiden selaku Ketua Dewan Pembina Golkar, memberikan bantuan sebesar Rp50 juta. Sementara itu Ibu Tien, selaku Ketua Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, membantu sebesar Rp100 juta.





SELASA, 19 MEI 1992


Pada jam 10.30 pagi ini, bertempat  di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima tokoh wartawan, BM Diah. BM Diah menghadap Kepala Negara untuk menyampaikan naskah asli Proklamasi RI yang telah disimpannya selama 47 tahun.

Setelah menerima naskah tersebut, Presiden meminta Arsip Nasional untuk menyimpan dokumen yang sangat penting itu. Sementara itu Kepala Negara menghimbau kepada tokoh-tokoh masyarakat yang menyimpan naskah Supersemar serta berbagai naskah penting lainnya untuk menyerahkan dokumen-dokumen yang mempunyai nilai sejarah itu kepada pemerintah .



Penyusun Intarti, S.Pd