PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 16 Mei 1966-1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
JUMAT, 16 MEI 1969

Masih berada di Sulawesi Selatan pagi ini Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Semen Tonasa. Pada kesempatan itu beliau menegaskan bahwa proyek-proyek pembangunan yang dikerjakan dengan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara Barat maupun Timur akan tetap diselesaikan.
Siang ini pula Presiden meninggalkan Makassar kembali ke Jakarta, dan mendarat di Halim Perdanakusuma pada jam 13.25.



SABTU, 16 MEI 1970

Jam 09.00 pagi ini bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto telah menerima para peserta Konferensi Menteri Luar Negeri Asia Pasifik yang akan membahas persoalan Kamboja. Para menteri luar negeri tersebut menghadap Presiden sebelum konferensi itu dimulai. Setelah beramah tamah lebih kurang satu jam, pada pukul 10.00, di tempat yang sama Presiden Soeharto membuka konferensi para menteri luar negeri mengenai Kamboja itu. Dalam pidato pembukaannya, Presiden mengatakan bahwa tujuan konferensi adalah berusaha memulihkan suasana damai di Kamboja, agar prinsip saling menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan keutuhan wilayah suatu negara benar-benar di junjung tinggi. Presiden juga mengingatkan bahwa Asia Tenggara mempunyai kepentingan atas netralitas Kamboja, begitu juga dengan negara-negara yang hadir dalam konferensi ini dan bahkan seluruh dunia. tetapi di atas segala-galanya, rakyat Kamboja sendirilah yang paling berkepentingan. Demikian antara lain amanat Presiden Soeharto.



SELASA, 16 MEI 1972

Presiden Soeharto yang tiba kembali di tanah air dua hari yang lalu, hari ini memimpin sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi. Dalam sidang itu Presiden antara lain telah menjelaskan tentang hasil-hasil perundingannya dengan pembesar-pembesar pemerintahan Jepang, baik menyangkut bidang politik maupun ekonomi. Dalam hubungan ini Presiden telah memberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi kepada menteri-menteri yang berkaitan tentang pernyataan bersama Indonesia-Jepang yang dikeluarkan pada akhir kunjungan Presiden di Jepang.





SENIN, 16 MEI 1977

Presiden Soeharto meminta agar seluruh purnawirawan ABRI tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kehidupan bangsa dan negara, apalagi sampai dihinggapi rasa frustasi. Purnawiranwan ABRI harus tetap berjiwa Sapta Marga dan mempunyai kewajiban moril terhadap bangsa dan negara. Pemimpin Kepala Negara itu disampaikan ketika menerima pimpinan Pepabri di Bina Graha ini. Diantara mereka yang menghadap tampak D Soeprajogi, GPH Djatikoesoemo, Prof. Dr. Satrio, M Nazir, Widyapranata dan R Sukardi. Dalam pertemuan itu Presiden menegaskan bahwa purnawiran ABRI tetap prajurit Sapta Marga dan walaupun kembali berstatus sipil harus tetap menjadi prajurit. Patriot itu mempunyai kewajiban moral terhadap bangsa dan negara serta misi untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945.

Selama ini setiap tahunnya Indonesia kemasukan emas dari luar negeri sebanyak 10-15 ton. Tetapi emas tersebut pada umumnya tidak diimpor secara legal. Dalam kenyataannya orang yang minta izin impor emas secara resmi kurang atau hampir tidak ada, hal ini diungkapkan Menteri Perdagangan Radius Prawiro, dan Menteri Keuangan Ali Wardahana. Pertemuan itu memutuskan untuk meneliti kembali tatacara pengimporan emas guna menghindari hal-hal yang merugikan negara. presiden menugaskan Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan untuk meneliti tatacara itu, termasuk menentukan bea-beanya yang mungkin selama ini dianggap terlalu tinggi.




SELASA, 16 MEI 1978

Hari ini di Kotamobagu, Sulawesi Utara, Presiden Soeharto meresmikan pemakaian jalan Amurang-Kotamobagu-Duluduo sepanjang 163 kilometer. Jalan yang dibangun dengan sebagian dana berasal dari Bank Dunia ini merupakan urat nadi perekonomian di Kabupaten Bolaang Mongondow yang merupakan daerah yang kaya akan kelapa dan cengkeh.

Dalam amanatnya Kepala Negara meminta agar Pemerintah Daerah dan masyarakat memanfaatkan jalan ini dengan sebaik-baiknya, antara lain dengan mempercepat pengembangan daerah transmigrasi. Juga dimintanya agar diadakannya pengawasan dan pengaturan pengolahan tanah, disamping pengawasan pembukaan hutan. Ditegaskan oleh Presiden bahwa karena tujuan pembangunan jalan ini pada akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka pengaturan dan pengawasan itu harus bersifat melindungi rakyat banyak, bukan malahan memberatkan. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden.

Di manado malam ini, Presiden Soeharto memberikan pengarahan kepada pimpinan BUUD/KUD seluruh Sulawesi Utara. Dalam pengarahannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kelak koperasi harus turut memiliki saham perusahaan-perusahaan negara dan swasta. Ia mneyatakan keyakinan bahwa kalau ini dapat terlaksana, maka koperasi akan dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional, dan masyarakat adil dan makmur pun akan tercapai. Dalam hubungan ini, pemerintah telah bertekad untuk menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional. Akan tetapi, untuk dapat mewujudkannya, Kepala Negara meminta pimpinan BUUD/KUD untuk bekerja lebih giat dan mau mengadakan koreksi.




JUMAT, 16 MEI 1980

Presiden Soeharto, melalui Walikotamadya Yogyakarta, Achmad, pagi ini menyerahkan bantuan kepada panitia gedung Dakwah Muhammadiyah Yogyakarta. Bantuan berupa uang sebesar Rp20 juta itu diserahkan kepada bendahara panitia, H Daim.




SENIN, 16 MEI 1983

Presiden Soeharto pagi ini membuka Konferensi dan Pameran Internasional Gas Alam Cair ke-7 di Balai Sidang Senayan, Jakarta. dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia bertekad untuk menggali dan mengolah segala kekayaan alamnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyatnya. Untuk itu diperlukan modal yang besar, teknologi yang maju serta keterampilan yang tinggi. Oleh karena sarana-sarana yang demikian belim sepenuhnya dimiliki, maka Indonesia membuka pintu untuk bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan asing,

Akan tetapi Kepala Negara menegaskan bahwa dalam pelaksanaan kerjasama itu harus keuntungan-keuntungan yang layak kepada kawan kerjasama, disamping memberikan kemanfaatan yang maksimal kepada negara dan rakyat Indonesia, termasuk kemungkinan peningkatan kemampuan nasional dan alih teknologi. Diingatkannya pula bahwa harus tiba saatnya nanti segala kekayaan alam dan potensi ekonomi Indonesia sepenuhnya dapat digali dengan kemampuan, kepandaian, keterampilan, keuletan dan kemauan bangsa Indonesia sendiri. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden Soeharto.






RABU, 16 MEI 1984

Presiden dan Ibu Soeharto hari ini menghadiri upacara peresmian pabrik Teh Panglejar PTP XII dan Pasir Junghuhn PTP XIII DI Jawa Barat. Upacara ini berlangsung di Panglejar. Kedua pabrik teh yang diresmikan pagi ini secara langsung dan tidak langsung menampung daun teh yang dihasilkan petani yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat.

Dalam pidato sambutannya Presiden mengingatkan kembali bahwa pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan orang-orang kecil yang merupakan lapisan terbesar masyarakat Indonesia. Untuk itu banyak usaha yang dengan terus menerus telah dilakukan. Di bidang pangan misalnya telah dilaksanakan program Bimas, Inmas, dan Insus sehingga Indonesia bisa menaikkan produksi beras dan sekaligus menaikkan penghasilan berjuta-juta petani. Kita juga terus melancarkan pemberian kredit kepada pedagang-pedagang dan pengusaha-pengusaha kecil, seperti Kredit Candak Kulak, Kredit Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen.

Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa Keppres 4A yang sangat terkenal itu harus terus menerus disempurnakan, juga ditujukan untuk mendorong bertambah kuatnya golongan ekonomi lemah. Di bidang perkebunan, kita mengenal Perkebunan Inti Rakyat yang merupakan usaha untuk menaikkan produksi dan petani perkebunan. Di bidang perikanan darat, telah mulai dirintis Tambak Inti Rakyat. Ditegaskannya bahwa dalam Repelita IV sekarang kita makin menggalakkan tumbuhnya koperasi, maka tujuannya tidak lain untuk menghimpun semua kekuatan ekonomi yang lemah dan kecil-kecil agar dapat menjadi kekuatan besar yang menjadi salah satu sokoguru perekonomian nasional kita. Demikian Presiden.




SELASA, 16 MEI 1989

Presiden dan Ibu Soeharto hari ini menghadiri acara peringatan Ulang Tahun ke-15 Yayasan Supersemar di TMII, Jakarta Timur. Peringatan itu ditandai dengan pemotongan tumpeng dan sarasehan yang dihadiri menteri-menteri, pejabat tinggi sipil dan militer serta sejumlah mahasiswa dan siswa penerima Yayasan Supersemar. 

Didalam sarasehan, Presiden Soeharto selaku Ketua Yayasan Supersemar mengungkapkan bahwa sumbangan yang telah diterima dari para dermawan sejak 1974 sampai 31 Maret 1989 tercatat berjumlah Rp222 miliar. Dari jumlah itu telah disalurkan dalam bentuk beasiswa dan bantuan bidang pendidikan lain sejumlah Rp46 miliar dengan demikian, kini Yayasan Supersemar masih memiliki dana sekitar Rp176 miliar yang semuanya disimpan dalam bentuk deposito dan surat berharga lain.
Selama 15 tahun usianya, Yayasan yang didirikan pada tanggal 16 Mei 1974 itu telah menyalurkan beasiswa kepada hampir 262 ribu anak didik. Mereka terdiri atas 82 ribu mahasiswa, 150 ribu siswa sekolah menengah kejuruan, 28 ribu siswa dari keluarga peserta KB Lestari dan 2.000 olahragawan berprestasi.




RABU, 16 MEI 1990

Pukul 10.00 pagi ini bertempat di istana Negara, Presiden Soeharto membuka sidang Internasional Tropical Timber Organization (ITTO). Sidang yang akan berlangsung sampai tanggal 23 Mei mendatang di Bali itu diikuti oleh 272 peserta. Anggota ITTO pada saat ini terdiri atas 19 negara produsen dan 25 negara konsumen.

Melalui sidang ITTO ini, Kepala Negara dalam sambutannya mengajak masyarakat internasional pada umumnya dan negara-negara industri maju khususnya untuk ikut aktif menanam hutan tropis melalui bantuan langsung. Ini adalah tugas bersama yang besar, karena yang kita selamatkan adalah paru-paru dunia. dikatakannya bahwa kita tidak perlu menunjuk biang keladi dari pencemaran dan kemerosotan mutu lingkungan di planet bumi kita yang satu ini. Kita sama-sama berada dalam satu kapal, kalau sampai tenggelam, tidak ada satu pun bangsa yang selamat. Karena itu lebih baik kita mencari pemecahan yang lebih masuk akal dan bertanggungjawab.


Penyusun Intarti, S.Pd