Kamis, 11 April 1986
Pukul 08.30 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Republik Federasi Yugoslavia yang baru, Dr. Jakovljevic. Dalam pidato balasannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa perjuangan Gerakan Non-Blok memang mengalami pasang naik dan pasang surut. Namun makin lama makin terasa bahwa prinsip-prinsip Non-Blok berlaku universal dan merupakan sendi-sendi pokok bagi terwujudnya dunia yang damai, aman, dan sejahtera. Karena itu Indonesia dan Yugoslavia yang sama-sama menjadi pendiri gerakan ini, bersama-sama dengan negara-negara anggota Gerakan Non-Blok lainnya, wajib tetap memelihara dasar-dasar dan tujuan-tujuan Gerakan Non-Blok yang murni, terutama dalam sidang KTT Non-Blok yang akan diselenggarakan di Harare tahun ini.
Di tempat yang sama, pagi ini Presiden Soeharto juga menerima surat kepercayaan Duta Besar Amerika Serikat yang baru untuk Indonesia, Paul D Wolfowitz. Dalam pidatonya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa ia percaya bahwa dengan pengetahuan Duta Besar Wolfowitz yang luas dan dalam mengenai Indonesia, serta perhatian yang besar yang diberikannya bersama keluarganya terhadap Indonesia, tentu akan merupakan sumbangan yang berarti bagi keberhasilan upaya meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama yang sudah terjalin antara kedua bangsa dan Negara selama ini.
Selanjutnya dikemukakan oleh Presiden bahwa bangsa Indonesia merasa prihatin menyaksikan situasi dunia dewasa ini yang masih terus diliputi oleh berbagai masalah yang dapat mengganggu usaha-usaha untuk memelihara perdamaian. Padahal, demikian Kepala Negara, perdamaian itu merupakan syarat mutlak bagi negara-negara yang sedang membangun untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Kesempatan menerima surat kepercayaan Duta Besar AS itu dipergunakan pula oleh Presiden untuk sekali lagi menyampaikan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan negara adikuasa itu untuk kelancaran pembangunan Indonesia. Juga dikatakannya bahwa ia mengharapkan dengan sungguh-sungguh bahwa kunjungan Presiden Reagen ke Indonesia pada akhir bulan ini akan menambah kuatnya hubungan persahabatan, memperdalam saling pengertian, dan memperluas kerjasama yang saling member manfaat antara kedua bangsa dan negara.
Presiden Soeharto di Istana Negara hari ini melantik Laksamana Madya Rudolf Kasenda dan Marsekal Madya Oetomo, masing-masing sebagai KSAL dan KSAU. Dengan pengangkatan ini Laksamana Kasenda menggantikan Laksmana M Romly, sedangkan Marsekal Oetomo menggantikan Marsekal Sukardi. Adapun penggantian pimpinan Angkatan Laut dan Angkatan Udara itu adalah berdasarkan Keputusan Presiden No. 21/ABRI/1986.
Saptu, 11 April 1987
Menteri Agama Brunei Darussalam, Haji Mohammad Zain bin Haji Seruddin melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto pagi ini di Cendana. Dalam pertemuan itu telah dibahas mengenai kerjasama antara kedua negara dalam bidang keagamaan. Dalam hubungan ini Presiden menyetujui untuk membantu Brunei dalam pengembangan dan pendidikan agama Islam. Pada kesempatan ini, Kepala Negara juga telah menjelaskan pula keadaan di Indonesia, termasuk kehidupan beragama.
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka Sidang ke-44 Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik PBB (ESCAP) yang berlangsung di Balai Sidang, Jakarta. Pertemuan ini merupakan sidang kedua yang pernah diselenggarakan oleh lembaga internasional itu di Indonesia.
Dalam kata sambutannya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa setelah mencapai kemajuan-kemajuan awal dalam pelaksanaan pembangunan Repelita I sampai Repelita IV sekarang ini, maka dalam Repelita V dan Repelita-repelita selanjutnya Indonesia bertekad untuk meningkatkan secara terus menerus kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia. Tekad itu sejalan dengan pengembangan sumber daya insani yang menjadi tema dari pertemuan ESCAP kali ini. Oleh karena itu Indonesia menaruh perhatian yang besar dan berkepentingan secara langsung terhadap sidang ini.
Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa ekonomi dunia dewasa ini masih saja ada dalam keadaan pancaroba yang acapkali berubah secara mendadak dan tetap saja tidak menentu. Dalam keadaan yang demikian, kesulitan bertambah lagi karena merosotnya harga komoditi primer, berubah-ubahnya nilai tukar mata uang beberapa negara industri utama dan tetap tingginya tingkat bunga. Perdagangan negara-negara berkembang masih mengalami kesulitan karena kebijaksanaan proteksionisme sejumlah negara industri maju yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sedang membangun. Kesulitan sejumlah negara berkembang ditambah lagi dengan masalah pembayaran kembali pinjaman luar negeri.
Dalam hubungan ini Kepala Negara menegaskan bahwa usaha untuk menggairahkan kembali perekonomian dunia menuntut adanya langkah-langkah nyata kearah pembentukan tata ekonomi dunia baru yang telah disepakati pada permulaan 1970an. Untuk itu harus ada kemauan politik semua negara untuk menempuh langkah-langkah seperti yang tercantum dalam Strategi Pembangunan Internasional untuk Dasawarsa Pembangunan PBB Ketiga.
Karena itu, demikian Presiden, kerjasama multilateral tetap memegang peranan penting dalam hubungan antar negara dan antar bangsa. Dalam hubungan inilah kita mendukung usaha-usaha untuk lebih melonggarkan perdagangan hasil-hasil tropis dan pertanian yang sedang dilakukan delam kerangka Persetujuan Umum tentang Bea Masuk dan Perdagangan (GATT). Demikian pula kita menyambut baik hasil Sidang Konferensi tentang Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) yang diadakan pada bulan Juli tahun lampau di bidang komoditi primer, serta prospek bahwa Dana Bersama akan dapat beroperasi dalam waktu tidak terlalu lama lagi. Kemajuan-kemajuan ini menyangkut kepentingan banyak negara anggota ESCAP sebagai penghasil dan pengekspor hasil-hasil pertanian dan komoditi primer lainnya, demikian ditandaskan Presiden.
Dalam kata sambutannya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa setelah mencapai kemajuan-kemajuan awal dalam pelaksanaan pembangunan Repelita I sampai Repelita IV sekarang ini, maka dalam Repelita V dan Repelita-repelita selanjutnya Indonesia bertekad untuk meningkatkan secara terus menerus kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia. Tekad itu sejalan dengan pengembangan sumber daya insani yang menjadi tema dari pertemuan ESCAP kali ini. Oleh karena itu Indonesia menaruh perhatian yang besar dan berkepentingan secara langsung terhadap sidang ini.
Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa ekonomi dunia dewasa ini masih saja ada dalam keadaan pancaroba yang acapkali berubah secara mendadak dan tetap saja tidak menentu. Dalam keadaan yang demikian, kesulitan bertambah lagi karena merosotnya harga komoditi primer, berubah-ubahnya nilai tukar mata uang beberapa negara industri utama dan tetap tingginya tingkat bunga. Perdagangan negara-negara berkembang masih mengalami kesulitan karena kebijaksanaan proteksionisme sejumlah negara industri maju yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sedang membangun. Kesulitan sejumlah negara berkembang ditambah lagi dengan masalah pembayaran kembali pinjaman luar negeri.
Dalam hubungan ini Kepala Negara menegaskan bahwa usaha untuk menggairahkan kembali perekonomian dunia menuntut adanya langkah-langkah nyata kearah pembentukan tata ekonomi dunia baru yang telah disepakati pada permulaan 1970an. Untuk itu harus ada kemauan politik semua negara untuk menempuh langkah-langkah seperti yang tercantum dalam Strategi Pembangunan Internasional untuk Dasawarsa Pembangunan PBB Ketiga.
Karena itu, demikian Presiden, kerjasama multilateral tetap memegang peranan penting dalam hubungan antar negara dan antar bangsa. Dalam hubungan inilah kita mendukung usaha-usaha untuk lebih melonggarkan perdagangan hasil-hasil tropis dan pertanian yang sedang dilakukan delam kerangka Persetujuan Umum tentang Bea Masuk dan Perdagangan (GATT). Demikian pula kita menyambut baik hasil Sidang Konferensi tentang Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) yang diadakan pada bulan Juli tahun lampau di bidang komoditi primer, serta prospek bahwa Dana Bersama akan dapat beroperasi dalam waktu tidak terlalu lama lagi. Kemajuan-kemajuan ini menyangkut kepentingan banyak negara anggota ESCAP sebagai penghasil dan pengekspor hasil-hasil pertanian dan komoditi primer lainnya, demikian ditandaskan Presiden.
Publikasi Lita,SH.