PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Pelantiakan Empat Orang Duta Besar Republik Indonesia UntukTiga Negara Sahabat dan PBB.

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Senin, 1 April 1985

Presiden Soeharto pagi ini di Istana Merdeka menerima surat kepercayaan Duta Besar Islandia yang baru. Petur Thorsteinsson. Dalam pidato balasannya Presiden antara lain mengatakan bahwa meskipun secara geografis kedua negara kita memang jauh jaraknya, namun berkat kemajuan komunikasi, teknologi dan tingkat peradaban umat manusia sekarang, dunia terasa semakin menyempit. Namun menurut Presiden masih ada jarak yang lain yang masih harus kita dekatkan, yaitu hubungan batin antar manusia, hubungan batin antar bangsa.

Karena itu Presiden berpendapat bahwa perlu terus menerus dikembangkan sikap positif untuk mendekatkan hubungan antar bangsa, atas dasar saling hormat menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing dan bekerjasama yang saling memberikan manfaat. 
Demikian atara lain pidato balasan Presiden.

Selama setengah jam pagi ini di Istana Merdeka Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Mikhail S Kapitsa, Wakil Presiden Luar Negeri Uni Soviet, yang didampingi oleh duta besar Uni Soviet untuk Indonesia. Semivolos dan Direktur Jenderal Politik Departemen Luar Negeri, Nana Sutresna. Dalam pertemuan itu dibahas masalah-masalah bilateral maupun masalah-masalah internasional dewasa ini. Dalam kunjungan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet itu menyampaikan salam hangat dari Gorbachev kepada Presiden Soeharto.

Pukul 11.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto melantik empat orang Duta Besar Republik Indonesia untuk tiga negara sahabat dan PBB. Keempat duta besar tersebut adalah Drs. Kasman Pahala Hadjan Siahaan untuk Hongaria, Laksdya. (Purn.) Orasodjo Mahdi untuk Pakistan, Mayjen. (Purn.) Soeharto Partoatmodjo untuk Burma merangkap Kerajaan Nepal, dan Poedji Koentarso MA sebagai Wakil Tetap RI untuk PBB yang berkedudukann di Bern, Swiss.

Dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa tugas para duta besar adalah menjelaskan sikap dasar bangsa Indonesia, khususnya mengenai semangat dan arah politik luar negeri kita. Kita ingin mengembangkan saling pengertian, persahabatan dan saling membantu antara semua bangsa tanpa membedakan sistem sosial dan politik yang dianut masing-masing. Ini adalah kunci penting bagi keselamatan semua bangsa dan seluruh umat manusia. Sebab, dunia kita sekarang telah berkembang demikian jauh sehingga hubungan antar bangsa makin erat terkait satu dengan yang lain.
Selain tugas itu, Presiden juga meminta para duta besar ikut berperan didalam menunjang suksesnya pembangunan. pertama, secara aktif berusaha meningkatkan pasaran bagi barang-barang ekspor non-migas. Kedua, berusaha menarik penanam modal luar negeri potensi dalam menanamkan modalnya keluar. Dalam hubungan ini, Presiden mengatakan bahwa investasidari luar itu akan besar sumbangannya bagi sasaran investasi dalam Repelita IV ini.

Demikian antara lain pesan-pesan Presiden

Bupati Bandung, Haji Sani Abdurrahman, hari ini menerima bantuan kuda pejantan dari Presiden Soeharto. Kuda itu akan dimanfaatkan untuk pengembang-biakan populasi kuda di daerah Kabupaten Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Kuda yang diberi nama “Putera Mataram” itu diserah-terimakan hari ini di Jakarta.

Presiden Soeharto memberikan bantuan keuangan untuk pembangunan dua buah masjid di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, masing-masing sebesar Rp15 juta untuk masjid di desa Sawah Laweh dan Rp5 juta untuk masjid di desa Biteh, Kacang. Hal ini dikemukakan Bupati Solok, Drs Hasan Basri, yang menerima bantuan tersebut hari ini. Disamping itu, Presiden juga memberikan bantuan keuangan sebesar Rp250 juta untuk Masjid Raya di Kotamadya Solok, Sumatera Barat.

Publikasi Lita, SH.