PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 29 April 1966 - 1989

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Jumat,29 April 1966 

Duta Besar RI untuk Filifina, Abdul Karim Rasyid, telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Filifina, Narcisco Ramos.Pertemuan tersebut membicarakan masalah kepentinagan bersama di Asia Tenggara, serta mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.

Selasa 29 April 1969

Hari ini Presiden Soeharto memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi bertempat di Istana Merdeka. Sehubungan dengan laporan Menteri Perdagangan Soemitro Djojohadikusumo tentang kunjungannya ke daerah Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat, Presiden menginstruksikan agar pelabuhan dan perkreditan di daerah-daerah ditingkatkan, selain itu Presiden juga menginstruksikan agar mengambil tindakan yang perlu untuk memperlancar pencairan anggaran  pembangunan, dan mengadakan peninjauan atas penyediaan pupuk untuk padi musim rendengan dalam tahun anggaran yang sedang berjalan ini. 

Kamis 29 April 1976 

Bertempat di Istana Negara, pagi ini Presiden Soeharto membuka rapat kerja Departemen Perindustrian. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa dalam tahap pembangunan sekarang ini dari seluruh skala prioritas nasional. Pembangunan ekonomi kita letakkan pada tempat yang teratas.Ini merupakan suatu pilihan kita semenjak tahun 1966, semenjak Orde Baru kita tegakkan, terutama untuk memutuskan lingkaran tidak berujung pangkal dari segala kemorosotan di segala bidang yang telah terjadi pada masa sebelumnya.

Lebih jauh dikatakannya bahwa dengan pembangunan ekonomi itulah kita harus dapat segera memperbaiki tingkat kehidupan rakyat banyak dan bersamaan dengan itu kita letakkan landasan yang kokoh bagi tahap pembangunan berikutnya.Dalam pada itu kita harus tetap menyadari bahwa pembangunan ekonomi ini tatap kita letakkan juga dalam kerangka besar pembangunan nasional dalam arti luas, sebagai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Sabtu, 29 April 1978

Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha menerima Dr. Roeslan Abdulgani, Djatikusumo, Harsono Tjokroaminoto, dr. Satrio, Maskun Sumadiredja, dan dr. Soedjono. Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu, Kepala Negara memberitahukan maksudnya untuk membentuk Team Penasihat Presiden tentang Pelaksanaan P4 (Team P7).Menurutnya, pembentukan team P7 ini diperlukan dalam rangka pelaksaan Tap.MPR No.II/1978 mengenai P4.
Presiden Soeharto menetapkan bahwa anggota Team P7 adalah semua yang diundang hadir dalam pertemuan itu (termaksud dua orang yang berhalangan hadir, Rusli Halil dan sukarton).Sebagai Ketua Team diangakat Dr. Roeslan Abdulgani.

Selasa, 29 April 1980 

Presiden Soeharto pagi ini di Istana Negara menerima 300 orang peserta Konferensi Komite Konsultatif Hukum Asia Afrika yang ke-21, yang berlangsung di Bandung dari tanggal 24 April sampai tanggal 1 Mei. Menteri Kehakiman, sebagai penyelenggara, melaporkan kepada Kepala Negara bahwa konferensi ini terdiri atas dua jenis sidang besar. Sidang pertama merupakan sidang untuk memperingati Konferensi Asia-Afrika dan berlangsung pada tanggal 25 sampai 26 April.Sidang kedua merupakan sidang-sidang teknis yang diselenggarakan dari tanggal 28 April sampai 1 Mei.

Rabu, 29 April 1981

Hari ini Presiden Soeharto  meresmikan beroperasinya pabrik semen Baturaja dan modernisasi unit I pabrik pupuk Sriwijaya, di Palembang, Sumatera Selatan. Pada peresmian itu Presiden Soeharto mengatakan bahwa produksi semen akan terus diperbesar dari 8,5 juta ton menjadi 17 juta ton pertahunnya pada tahun 1984/1985. Untuk itu perlu pabrik-pabrik baru dan hal itu merupakan tantangan bagi kalangan industri.Dikatakannya pula bahwa pupuk dan semen merupakan bahan yang diperlukan dalam pembangunan.

Sabtu 29 April 1989

Sehubungan dengan adanya kenaikan harga minyak, Presiden Soeharto menyerukan kepada negara-negara anggota OPEC supaya selalu menjaga solidaritas, persatuan dan kesatuan yang telah dicapai dengan susah payah dengan tidak menaikkan produksi minyaknya secara sendiri-sendiri. Presiden juga mengingatkan hendaknya negara-negara OPEC menanggapi kenaikan harga minyak ini secara hati-hati, karena kenaikkan itu disebabkan oleh hal-hal yang mendasar. Diingatkannya bahwa apabila anggota OPEC menaikkan produksi secara sendiri-sendiri, maka dikhawatirkan bahwa harga minyak akan jatuh lagi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1987.

Seruan dan peringatan Presiden Soeharto itu diungkapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi, Ginandjar Kartasasmita, setelah ia menghadap Kepala Negara di Bina Graha pagi ini. Ginandjar datang untuk melaporkan tentang perkembangan harga minyak yang terus meninggi sekarang ini. Pada saat ini harga minyak tercatat mencapai US$19,60 per barel.

Disusun dan dipublikasikan oleh : Intarti S.Pd
Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1 - 6