PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 20 Maret 1966 - 1989

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Minggu , 20 Maret 1966

Kepala Direktorat Imigrasi  mengumumkan  bahwa dalam rangka pelaksanaan kebijaksanan politik keamanan pemerintah, maka semua warga Negara Indonesia  tidak  diperbolehkan meninggalkan  Indonesia. Yang dikecualikan dari kebijaksanaan ini adalah;
1.pejabat-pejabat negara yang melaksanakan  tugas negara, dengan surat  perintah menteri-menteri   yang tidak tercantum dalam  pengumuman presiden RI No. 5 tertanggal  18 Maret  1966, tentang pengamanan terhadap 15 orang menteri  Kabinet Dwikora yang disempurnakan.
2. Warga Negara RI yang melakukan  ibadah haji.

Senin, 20 Maret 1967

Pejabat Presiden  berpendapat bahwa kita perlu memeikirkan konsepsi pendidikan  nasional yang mampu menjamin penyelamatan  Pancasila. Konsepsi demikian diperlukan mengingat pengalaman  pahit di mana  PKI berusaha  menguasai  bidang pendidikan untk  mengkhianati  Pancasila. Demikian dikatakan Jenderal Soeharto  dalam sambutan  tertulisnya pada Kongres PGRI ke -11 di bandung hari ini.

Senin, 20 Maret 1972

Presiden  Soeharto  mengharapkan  agar  PN Garuda  dapat meningkatkan  penerbangan  dalam negeri  guna  menghadapi konferensi PATA  pada tahun 1974. Harapan  ini disampaikan  kepada Direktur  Utama PN  Garuda, Wiweko, yang menghadapnya  di Istana Merdeka hari ini.

Presiden  menyatakan rasa gembira dan  penghargaanya  terhadap  pertumbuhan dan perkembangan  kelompok  Demokrasi  Pembangunan. hal ini diungkapkannya ketika menerima Ketua Umum PNI, Mh. Isnaeni, siang ini. Isnaeni datang untuk melaporkan  tentang pertumbuhan organisasi kelompok Demokrasi Pembangunan.

Rabu, 20 Maret 1974

Pada jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto  mengadakan rapat koordinasi  dengan Menteri Dalam Negeri  Amirmachmud, Menteri Kehakiman Mochtar Kusumaatmadja, Menteri/ Sekertaris Negara Sudharmono, Menteri Pertahanan/Keamanan  jenderal Panggabean, dan Menteri  Penertiban Aparatur  Negara Sumarlin. Dalam rapat yang berlangsungg di Bina Graha selama lebih kurang tiga jam itu telah dibahas  secara  mendalam materi empat RUU yang akan  disampaikan  kepada DPR dalam waktu dekat  ini. RUU tentang  pemerintahan  desa, RUU tentang Pemerintahan di daerah, dan RUU tentang perjudian
.
Dalam pertemuan  tersebut Presiden Soeharto menyatakan bahwa semua peraturan harus sesuai dengan aspirasi  dan perjuangan bangsa itu haruslah mendukung  aspirasi  perjuangan tersebut. Demikian antara lain dikatakan oleh presiden.

Kamis, 20 Maret 1975

Para wartawan  yang selama ini bertugas meliputi berita mengenai kegiatan kepresidenan  siang ini diundang Presiden Soeharto untuk  bersamanya  menonton sebuah film dokumenter  di Bina Graha. Film  yang ditonton itu adalah  mengenai  kegiatan pembangunan sebuah pabrik gula. Film tersebut  mengungkapkan secara  jelas  proses pembangunan pabrik gula, yaitu dari survey yang  dilakukan sebelum pabrik gula tersebut dimulai pembangunanya, pembukaan lahan untuk  pabrik dan perkebunan tebunya, sampai pabrik itu berproduksi.

Sabtu, 20 Maret 1976

Presiden Soeharto  memerintahkan  Kopkamtib untuk menindak  tegas  siapa  saja, baik sipil maupun militer, yang  membantu usaha  penyelundupan. Demikian  dikatakan  oleh Kepala  Staf  Kopkamtib  setelah menghadap  Kepala  Negara  pagi ini  di Cendana, untuk  melaporkan mengenai  tindakan-tindakan  yang telah dilakukan  Kopkamtib  dalam  memberantas  penyelundupan. Ia  mengatakan  bahwa  Presiden menilai  apa yang  telah dilakukan  Kopkamtib sebagai cukup baik dan memuaskannya.

Kamis 20 Maret 1980

Jam 9.00  pagi ini, Presiden Soeharto  menerima  Taieb Slim, utusan Khusus Presiden Tunisia, habib Bourguiba, di Istana  Merdeka. Tidak diperoleh penjelasan  mengenai masalah yang dibicarakan. Dari protokol Departemen Luar Negeri diperoleh  keterangan bahwa selain  menghadap presiden Soeharto, utusan tersebut  juga akan menghadap wakil Presiden, Adam Malik, dan Menteri  Koordinator bidang Politik dan Keamanan, M Panggabean.

Setelah itu, pukul 10.00, bertempat di Istana  Negara, Presiden  Soeharto  melantik AR Adenan sebagai  Duta Besar untuk Yugoslavia merangkap Yunani, dan RA Kosasih untuk Negeri Belanda. Dalam  amanat  pelantikannya, Kepala Negara antara lain  mengatakan  bahwa kekuatan moral di seluruh  dunia harus bangkit  untuk  mencegah  kemungkinan timbulnya  peperangan. Oleh karena itu diharapkan  kepada  kedua  duta besar untuk memperjuangkan dan mempertahankan kepentingan nasional Indonesia.
Tentang  politik  luar Negeri Indonesia Presiden mengatakan  bahwa kekuatan politik luar negeri  justru ditentukan oleh kekuatan  mendukung suksesnya pembangunan, maka hal itu sama  sekali bukan berarti kelemahan. Demikian  antara lain dikatakan oleh Presiden.

Sabtu, 20 Maret  1982

Presiden  dan Ibu  Soeharto  hari ini berkunjung  ke provinsi Sumatera Selatan untuk  melakukan  Paanen raya “Operasi Karya Makmur”. Setelah melakukan panen raya, siang ini juga Kepala negara kembali ke Jakarta.
Menyambut dengan gembira panen raya tersebut, Presiden mengungkapkan dalam amanatnya bahwa pemerintah mempunyai gagasan  untuk memperbantukan  pegawai  negeri  yang sudah dididik  untuk dijadikan manajer koperasi, terutama KUD. Dikatakannya  pula bahwa Pemerintah juga akan  terus berusaha meningkatkan produksi pangan untuk mencukupi  kebutuhan pangan masyarakat.

Selasa, 20 Maret 1984

Menteri  Muda Peningkatan Produksi  Pangan,  Ir Wardojo, diterima  kepala Negara  di Bina Graha  pada  jam  10.00  pagi ini. Dalam  pertemuan itu ia melaporkan  bahwa  sebagian  Petani  penggarap memerlukan  kredit, tetapi mereka  sulit memperolehnya karena  masih menunggak  pembayaran kredit sebelumnya. Kesulitan memperoleh  kredit  dari bank atau KUD, menyebabkan mereka  mencari kredit dari  sumber-sumber  lain dengan bunga kredit  yang lebih tinggi  dari BRI ataupun  KUD.
Untuk mengatasi  masalah kredit tersebut, Presiden  mengharapkan  agar  kemampuan KUD  ataupun bank  dalam memberikan  kredit  kepada  para petani ditingkatkan. Selain  itu diharapkannya  bahwa  masalah ini ditangani  dengan  memperbesar  peranan kelompok tani dalam usaha  mengatasinya.

Rabu, 20 Maret 1985

Setiba di Lhokseumawe pagi ini, Presiden Soeharto meresmikan Pabrik  Pupuk  Iskandar Muda. Dengan mulai berproduksinya pabrik pupuk  urea di Daerah  Istimewa Aceh ini, maka  kapasitas  terpasang  pupuk  urea Indonesia menjadi 4,47 juta ton  per tahun. Untuk pertama kalinya  di Indonesia, pabrik pupuk ini di bangun dengan menggunakan jasa manajemen Konstruksi  dan jasa Konstruksi  putera-putera Indonesia  sendiri.

Dalam kata  sambutannya presiden mengatakan bahwa daerah Lhokseumawe ini sedang  secara sadar  dan terencana dikembangkan  secara terpadu. Di daerah  ini terdapat  dan akan dibangun industri-industri  yang  penting dan besar seperti kilang gas  alam cair,  pabrik-pabrik pupuk dan pabrik kertas. Karena  itu,Pemerintah  akan mengarahkan  daerah ini menjadi wilayah  industri  Lhokseumawe  yang terpadu  dengan pengendalian  tata ruang  yang baik-baiknya. Tujuannya adalah menjaga lingkungan hidup yang baik bagi penduduk di satu pihak dan mengembangkan pertumbuhan industri di lain fihak. Untuk  itu wilayah ini akan dikembangkan secara serasi baik dilihat dari sudut industri, pemukiman penduduk, penyediaan prasarana dan pengembangan sosial yang sehat  pada umunya. Pola-pola pengembangan  wilayah seperti  ini merupakan bagian dari usaha untuk mewujudkan  secara nyata konsep Wawasan  Nusantara. Demikian  antara lain sambutan Presiden.

Senin, 20 Maret 1989

Selama satu jam, mulai pukul 09.00,pagi ini di Bina Graha  Kepala Negara menerima Direktur Bank Dunia, Russel J Cheetam, yang diantar  oleh Menko Ekuin  Radius Prawiro. Usai pertemuan  itu, Direktur  Bank  Dunia mengatakan  bahwa  pihaknya  akan mempertahankan  dan bahkan  mungkin meningkatkan  jumlah  bantuan kepada  Indonesia  pada tahun-tahun mendatang.peluang  ini terbuka  karena  pemerintah  Indonesia dinilai mempunyai komitmen  yang kuat  untuk menjalankan  kebijaksanaan  ekonomi yang sehat guna melunasi hutan-hutangnya.
Ia menambahkan  bahwa  Bank  Dunia sangat terkesan  akan hasil serangkaian  kebijaksanaan  resturisasi  ekonomi yang  ditempuh  indonesia sejak tahun1983, yakni ketika harga  minyak  di pasaran dunia mulai meroso. Contoh dari kebijaksanaan  yang berhasil itu menurut  Cheetam adalah usaha  Indonesia untuk meningkatkan ekspor  non-migas.  Usaha  ini dinilainya berhasil  dengan baik, karena  hanya dalam waktu sekitar  dua tahun nilai ekspor non-migas Indonesia  meningkat  dari U$$6 miliar  menjadi hampir U$$ 12 miliar.

Oleh karena itu, dalam pertemuan  itu ia  memberi jaminan  kepada Presiden Soeharto  bahwa  Bank  Dunia akan terus memberi dukungan kuat  terhadap  berbagai program pembangunan Indonesia.
Senapan militer  yang diberi  nama SS-1atau Senjata  Serbu  I itu, berkaliber 5,56 dan mampu memuntahkan  120 peluru/menit. Senjata  ini akan dijadikan senjata standar infantri ABRI, menggantikann M-16 type  A-1 Keunggulan SS-1 jika dibanding dengan M-16 type A-1 adalah  pada jarak  tembak efektif yang lebih jauh.

Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.