PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Pak Harto 30 Oktober 1965 - 30 Oktober 1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Sabtu, 30 oktober 1965
Menpangab jenderal soeharto mengatakan bahwa dalam usaha menumpas “Gerakan 30 september”, kebijaksanaan pimpinan angkatan darat didasarkan pada kebijaksanaan presiden/panglima tinggi ABRI peminpin besar revolusi bung karno. Demikian dikatakannya oleh jenderal soeharto dalam amanatnya pada penutupan kursus perwira lanjutan dua infantri      (Kupalda-If) di bandung.

Selanjutnya dikatakan bahwa setelah negara, revolusi indoenesia dan bung karno dapat diselamatkan dari coup d’etat maka tindakan berikutnya menyangkur dua aspek, yaiut aspek pemulihan keamanan/ketertiban dan aspek politik. Penyelesaian politik dipercayakan sepeenuhnya kepada presiden/pangti ABRI/PBR bung karno, sedangkan aspek pemulihan keamanan/ketertiban ditugaskan kepadanya.

Rabu, 30 Oktober 1968
Presiden soeharto hari ini memimpin sidang kabinet lengkap di istana negara. Dalam sidang tersebut antara lain telah dibahas masalah sikap pemerintah terhadap singpura, yang telah menunjukan sikap yang tidak menghargai persabatan dengan indonesia. Untuk itu kabinet meninjau kemungkinan-kemungkinan tindakan balasan terhadap singapura tersebut, terutama di bidang ekspor-impor.

Senin, 30 Oktober 1972
Direktur AID, john hannah, mengadakan kunjungankehormatan kepada presiden soeharto di istana merdeka hari ini. Dalam pertemuan itu telah di bicarakan masalah bantuan AS kepada indonesia dan segala sesuatu yang menyangkut bsanntuan AS kepada indonesia yang akan di bicarakan dalam sidang IGGI pada bulan Desember yang akan datang di negeri belanda.

Rabu, 30 Oktober 1974
Raja boudewijn dan ratu Fabiola jam 10.00 pagi ini akan mengakhiri kunjungan resminya di indonesia. Tamu negara yang tiba di jakarta pada tanggal 21 Oktober, selanjutnya akan mengunjungi bali, dan tinggal disana sampai tanggal 2 november. Keberangkatan dilapangan udara internasional halim perdanakusumadi lepas oleh presiden dan ibu Tien soeharto dalam suatu upacara militer.

Kamis, 30 Oktober 1975
Lebih kurang 60 peserta sidang ke-24 internasional Rubber study Group yang berlangsung di jakarta sejak 27 sampai 31 Oktober di jakarta, mengakan kunjungan kehormatan kepada presiden soeharto di istana merdeka pagi ini. Dalam sambutannya, kepala negara meminta negara negara pengekspor karet alam dan penghasil karet sintesis untuk membantu negara negara yang sedang berkembang, hingga karet yang mereka hasilkan dapat mantap dan tidak merugikan. Ia mengingatkan bahwa sebagian besar penghasil karet alam adalah penghasil karet rakyat, yaitu di indoensia sebanyak 65%, malaysia 55%, dan muangthai 95%. Selanjutnya presiden mengganjurkan agar  internasional Rubber study Group itu bekerjasama dengan parra konsumen karet dan meminta saran saran mereka. Demikian antara lain dikatakan oleh presiden soeharto.

Sabtu, 30 Oktober 1976
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di istana negara presiden soeharto menerima para peserta musyawarah nasional Ke-3 kadin indonesia. Pada kesempatan itu, kepala negara telah memberikan amanatnya, dimana antara lain dimintanya agar kadin mendorong dan memelopori ikut sertanya  swasta nasional dalam pembangunan dan terwujudnya perataan kesejahteraan rakyat.

Dalam hubungan itu, Presiden mengatakan bahwa pokok persoalan kita sekarang ini adalah bagaimana agar kekuatan ekonomi swasta yang kuat itu dapat berperan dalam pembangunan dan, bersamaan dengan itu asas keadilan sosial dapat kita laksanakan. Lebih jauh dikatakannya satu langkah penting yang harus diusahakan pelaksanakannya memperluas pemilikan dari suatu perusahaan oleh masyarakat. Untuk itu, demikian diungkapkannya, pemerintah sedang menyiapkan pembentukan pasar modal, yang bukan saja untuk memperlancar pengembangan modal, dan perluasan usaha, melainkan juga sebagai sarana untuk penyebaran dan perluasan pemilikan perusahaan swasta.

Jumat, 30 Oktober 1981
Menko Ekuin, Widjojo Nitisastro, pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Cendana. Kedatangannya adalah untuk melaporkan keputusan sidang OPEC yang berlangsung di Jenewa, Swiss, kemarin. Sidang yang dipimpin Menteri Pertambangan dan Energi Subroto berhasil mengambil dua keputusan penting. Pertama, menetapkan harga kesatuan minyak bumi sebesar US$34,- per barel untuk minyak Arab Sauydi; harga ini diberlakukan hingga akhir 1982. Kedua, menyepakati adanya perbedaan-perbedaan kualitas minyak bumi sertajarak negara-negara konsumen yang berbeda-beda.
Menanggapi laporan itu, Presiden bersyukur atas keputusan sidang OPEC tersebut. Kepala Negara selanjutnya berpesan agar Indonesia tetapmeningkatkan peranannya dalam perekonomian dunia, meskipun dunia sekarang ini sedang mengalami resesi.

Kamis, 31 Oktober 1974
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima utusan khusus Presiden Aljazair, dr. Omar Charbie, di Istana Merdeka. Charbie datang untuk menyampaikan pesan tertulis Presiden Soehato. Menurutnya, pesan tersebut mengenai masalah-masalah yang dihadapi dunia dewasa ini sehubungan dengan krisis energi dan sumber-sumber alam.

Pagi ini pada jam 10.00, Presiden Seoharto menerima kurban Ali Ogly Halilov, Ketua Presidium Soviet Tertinggi, di Istana Merdeka. Halilov yang memimpin delegasi arlemen Uni Soviet yang sedang mengunjungi Indonesia, juga menyampaikan pesan pribadiPresiden Uni Soviet, Podgorny. Dalam pertemuan itu telah dibahas pula masalah-masalah yang menyangkut hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Usai pertemuan, delegasi Uni oviet menjelaskan kerjasama ekonomi dan perdangan telah menjadi fokus perhatian dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto.

Sesudah pertemuan dengan tamu dari Uni Soviet, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Menteri Negara Ekuin/Ketua Bappenas, Widjojo Nitisastro, Menteri Pertanian, Thojib Hadiwidjaja, Menteri Keuangan, Ali Wardhana, Ketua BKPM, Barli Halim, dan Direktur Jenderal Kehutanan, Sudjarwo. Dalam pertemuan itu telah dibahs soal kebijaksanaan baru tentang hak pengusaha hutan.

Senin, 31 Oktober 1977
Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha menerima Pangkowilhan II, Letjen. Widodo, yang melapor tentang situasi keamanan daerah, terutama di Pulau Jawa. Pangkowilhan menjelaskan kepada para wartawan bahwa keamanan di daerah pulau jawa cukup dinamis dalam arti dinamika dari masyarakat bisa tertampung dan diberi kesempatan untuk menyalurkan aspirasi-aspirasinya.

Selain itu, dikatakannya bahwa tokoh organisasi “songgobuono” yang ada di Jawa Timur telah ditangkap; orang tersebut telah dibina oleh tokoh PKI di Lamongan. Pengurus organisasi yang terdiri dari 20 orang itu, diantaranya 12 orang sudah ditangkap, dan dari 12 orang tersebut, ada 7 orang aktivis PKI. Dijelaskan pula bahwa organisasi ini dalam gerakannya memperlihatkan permainan hipnotis dan telepati gun menarik orang agar masuk kedalam organisasi itu. Juga organisasi sapu angin yang berada di jawa tengah berhasil dibongkar. Dari hasil penyelidikan ternyata 7 orang pengurusnya adalah orang-orang PKI yang dicari sejak tahun1966.

Presiden Soeharto menetapkan pembrian bantuan pangab dan benih padi serta proyek padat karya secara Cuma-Cuma bagi daerah pacekik dan kekeringan di daerah Jawa tengah. Bantuan Presiden berupa beras yang dibagikan Cuma-Cuma sebanyak 1.190 ton dan 2000 ton lainnya untuk persediaan di lumbung paceklik yang ada di seratus desa yang tersebar di jawa tengah. Bantuan lain berupa 60 buah proyek padat karya, permodalan kepada 28 KUD untuk kredit candak kulak, 248 tonbibit padi dan 8 ton benih jagung.

Jumat, 31 Oktober 1980
Raja Spanyol Juan Carlos I dan Ratu Sophia, sore ini tiba di bandar udara internasional Halim Perdanakusuma dibawah siraman hujan lebat. Karean hujan yang begitu lebat, rangkaian upacara penghormatan  terpaksa dibatalkann dan Presiden beserta Ibu Soeharto dan para penjemput lainnya menyambut tamu agung itu diruang tunggu VIP. Raja Spanyol yang disertai oleh Menteri Luar Negeri Jose Pedro Perez Llorea dan beberapa pejabat tinggi lainnya itu akan berada di Indonesia sampai tanggal 3 November.

Senin,31 Oktober 1983
 Hari ini presiden dan ibu tien soeharto meninggalkan jakarta menuju kalimantan timur. Disana, selama dua hari ini, presiden meresmikan perluasan kilang pencairan gas alam di bontang, membuka musyawarah gerakan nasional pramuka samarindah dan meresmikan perluasan kilang minyak di balikpapan.

Ketika meresmikan perluasan kilang pencairan gas alam di bontang hari ini, dalam sambutannya presiden mengingatkan bahwa walaupun dia meresmikan proyek pembangunan yang memakan biaya yang tidak kecil, namun pengetetetan ikat pinggang sama sekali tidak boleh dikendorkan. Dikatakannya bahwa usaha memperbesar dana dari satu pihak, harus tetap disertai oleh usaha penghematan dan efisiensi di lain pihak. Kepala negara mengingatkan bahwa saat ini tahun mendatang sungguh sungguh harus kita lampaui dengan bekerja keras, semangat tinggi, kewaspadaan, dan keprihatinan. Hanya dengan itulah kita dapat memelihara momentum pembangunan yang kini berada di tangan kita, demikian presiden.

Kamis, 31 Oktober 1985
Presiden menegaskan bahwa indonesia tetap mengutamakan produk dalam negeri, walaupun produk luar negeri lebih murah. Demikian diungkapkan menteri perindustrian hartanto setelah menghadap kepala negara di cendana pagi ini. Dikatakan oleh menteri hartanto bahwa presiden menegaskan bahwa dalam menghadapi situasi ekonomi dunia yang memprihatikan sekarang ini, indonesia tetap berpijak pada strategi pembangnan sesuai dengan yang ditetapkan MPR dalam GBHN.

Senin, 31 Oktober 1988
Pukul 09.00 pagi ini presiden dan ibu soeharto menyambut kunjungan resmi perdana menteri Belanda dan nyonya Lubber di istana merdeka. PM Ruud van lubber yanf disertai oleh sejumlah pengusaha belanda, selain itu pejabat pejabat tinggi belanda, secara resmi akan berada di indonesia sampai tanggal 3 november.

Sebelum mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Van Lubbers, kepala enara mengadakan pertemuan dengan para pengusaha belanda yang turut serta dalam rombongan perdana menteri belanda itu, dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit itu presiden menguraikan secara panjang lebar mengenai strategi pembangunan indonesia dan peluang peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha belanda di negeri ini. Presiden juga menjelaskan tentang pengaruh dari perubahan di negeri ini. Presiden juga menjelaskan bahwa pengaruh dari perubahan nilai sejumlah mata uang asing terhadap pembayaran uang luar negeriindonesia.

Pukul 10.45, setelah pertemuan dengan para pengusaha belanda, presiden soeharto mengadakan pembicaraan resmi denga PM Van Lubbers di ruang jepara, istana merdeka. Dalam pertemuan tersebut kepala negara didampingi oleh mentri laur negeri Ali alatas dan menteri/ sekretaris negara Moediono, sementara perdana menteri belanda di dampingi oleh menteri luar negeri H Van Broek.

Pembicaraan antara kedua pemimpin negara itu tidak hanya terbatas pada hubungan dan kerjasama bilateral, tetapi juga mencakup persoalan persoalan regional dan internasional. Menyangkut masalah bilaterlarm keduanya menyatakan keyakina mereka bahwa hubungan antara kedua negara telah berjalan dengan baik selama ini, dan masih banyak hal yang dpat kita tingkatkan. Kepada tamunya, presiden menjelaskan tentang pancasila dalam kaitan dengan stabilitas politik. Atas pertanyaan PM van lubbers, presiden juga menguraikan tentang PKI, sebagai bahaya laten bagi bangsa indonesia, dan tahanan tahanan PKI.

PM van lubbers menilai terbentuknya peluang untuk meningkatkan hubungan dalam bidang industri dan perdagangan antara kedua negara. Namun demikian, dalam pembicaraan pagi ini belum ada hasil kongkrit yang terperinci peningkatan tersebut. PM van Lubbers juga menawarkan bantuan apa yang dapat dilakukannya dalam hubungan dengan pameran indonesia di Amerika serikat.



Untuk menghormati kunjungan PM dan nyonya van Lubbers, malam ini presiden dan ibu soeharto menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan di istana negara. Dalam kata sambutannya, kepala negara antara lain mengatakan bahwa peluang dan kemampuan bangsa-bangsa dunia untuk mengejar pertumbuhan ekomoni tidak sama. Negara negara yang tengah membangun telah menyerahkan segala kemauan den kemampuannya untuk memajukan dirinya, membuat sejahterah kehidupannya, sekaligus mencoba mengejar ketinggalannya dari negara negara industri maju. Namun ada sejumlah faktor yang saling menjalin yang mengakibatkan ketimpangan antara negara industri maju dengan negara yang sedang membangun, bukannya menyempit melainkan tambah lebar. Inilah gambaran umum keadaan dunia kita sekarang, demikian ditandaskannya presiden, yang jika tidak segera diatasi secara global akan membuat dunia kita terasa resah.