Peringati Hari ABRI, Presiden Soeharto: Dwifungsi Berdasar Undang-Undang[1]
SENIN, 5 OKTOBER 1970, Upacara peringatan
Hari ABRI yang ke-25 dipusatkan di lapangan Parkir Timur Senayan,
Jakarta, dimana Presiden Soeharto bertindak sebagai Inspektur Upacara.
Dalam amanatnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa selama 25 tahun
ABRI telah banyak berbuat dalam menegakkan prinsip dan cita-cita
kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih adil untuk kita
semuanya. Hal ini dilakukan berdasarkan keyakinan ABRI pada Pancasila
dan UUD 1945 serta kecintaannya kepada negara kesatuan RI. Dalam
melaksanakan tugastugas tersebut ABRI selalu mendapatkan dukungan
rakyat, karena rakyat tahu bahwa ABRI berjuang untuk kepentingan rakyat.
Unsur dukungan rakyat ini merupakan salah satu modal ABRI yang
terpenting, yang tidak boleh terlepas dari tangannya.
Menyinggung tentang dwifungsi, Presiden
mengatakan bahwa segala yang dilakukan ABRI itu berdasarkan tata cara,
berdasarkan aturan permainan. ABRI duduk dalam lembaga perwakilan rakyat
di pusat maupun di daerah, menjadi gubenur sampai lurah berdasarkan
pilihan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahkan yang lebih
penting lagi ABRI menerima tugas-tugas tersebut karena didorong oleh
idealisme perjuangan, bukan karena ingin jabatan, bukan karena ingin
menumpuk kekuatan untuk kepentingan sendiri.
Presiden mengingatkan hendaknya tidak
ada satu golonganpun yang berdasarkan kemauannya sendiri ingin mengubah
sistem dwifungsi ini. Desakan semacam ini, dapat menumbuhkan
sentimen-sentimen ABRI untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak
demokratis. Namun, Presiden juga menambahkan adalah tugas ABRI untuk
menjaga jangan sampai pelaksanaan dwifungsi itu menimbulkan ekses-ekses
negatif ataupun keluar dari relnya, dan menyentuh bidang-bidang yang
tidak perlu. (AFR).
[1]
Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23
Maret 1973″, hal 263-264. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi
Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan
diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.