PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 3 November 1965 - 3 November 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Rabu, 3 November 1965

Letjen Soeharto pagi ini melantik Brigjen. Sugih Arto sebagai Asisten I, Brigjen. Soemitro sebagai Asisen II dan Brigjen. Daryamto sebagai Asisiten VI Menpagad. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa dalam menanggapi tugas pemulihan keamanan dan ketertiban yang di tugaskan TNI-AD dan ABRI pada umumnya, serta mengingat sifat dan hakikat dari kekacauan yang ditimbulkan oleh gerakan kontrev G-30-S/PKI , maka penggunaan kekuatan fisik saja belum sepenuhnya menjamin tercapainya tugas pokok itu. Kalau kita ingin menumpas gerakan kontrev G-30-S/PKI sampai ke akar-akarnya, maka secara simultan pengerahan kekuatan fisik harus disertai dengan usaha-usaha dan tindakan-tindakan dalam bidang mental, sipiritual, baik keluar maupun ke dalam tubuh.

Sementara itu hari ini juga KAMI menyelenggarakan rapat umum di halaman Fakultas Kedokteran UI. Rapat umum di ikuti oleh 17 organisasi mahasiswa Pancasilais, antara lain HMI, PMII, PMKRI, GMNI, Germahii, SEMMI, Imada, dan lain-lain. Pada kesempatan itu para mahasiswa mengeluarkan suatu kebulatan tekad membantu ABRI dalam menghancurkan gerakan kontrev G-30-S/PKI dan semua orpol/ormas yang langsung maupun tidak langsung turut serta di dalamnya.

Setelah menghadap Presiden Soekarno di Istana Merdeka hari ini Letjen Soeharto mengatakan bahwa kaum kontra-revolusi G-30-S/PK telah menyiarkan bisikan-bisikan bahwa Presiden Soekarano telah meninggal dunia. Ia membantah berita-berita itu dan menegaskan bahwa Presiden Soekarno berada dalam keadaan sehat wal-afiat. Untuk meyakinkan rakyat Jawa Tengah maka kini sedang dilakukan penyebaran foto-foto  Kepala Negara menggunakan pesawat helikopter. Pada kesempatan ini juga menegaskan bahwa situasi diseluruh Indonesia, dewasa ini telah mengalami kemajuan.


Senin, 3 November 1969

Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Panglima Angkatan Bersenjata AS untuk Asia dan Pasifik, Laksamana (L) Jhon S McCiane, dan membahas kerjasama antara angkatan bersenjata dari ke dua negara. Kepada Presiden Soeharto, Laksamana McCiane menyatakan sangat terkesan terhadap Operasi Bhakti yang dilakukan ABRI, dan ini membuktikan bahwa bantuan Amerika Serikat benar-benar telah dimanfaatkan dengan baik.

Secara berturut-turut, pada pukul  09.00 dan 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari dua  Duta Besar negara asing di Istana Merdeka.  Kedua duta  besar baru itu adalah Duta Besar Kerajaan Belgia, Josef L Lebacq, dan Duta Besar Republik Irak, Shukri Sabri Al-Hadithy.

Memberikan balasan atas pidato Duta Besar Lebacq, Kepala Negara mengatakan bahwa antara Belgia dan Indonesia terdapat suatu hubungan akrab dalam beberapa tahun terakhir  ini telah dirapatkan lagi dengan berbagai macam perjanjian antara kedua negara kita.  Presiden juga menyatakan kesepakatannya dengan apa yang  dikatakan Duta Besar  Lebacq bahwa kedua negara perlu memberikan daya hidup baru pada beberapa perjanjian yang telah ditandatangani, yaitu dalam usaha untuk lebih merapatkan kerjasama serta membina saling pengertian yang lebih mendalam antara kedua bangsa
.
Sementara itu dalam menyambut pidato Duta Besar Al-Hadithy, Preisden Soeharto menjelaskan tentang prinsip bebas-aktif dari politik luar negeri Indonesia. Dikatakannya dalam prinsip yang demikian Indonesia menentang segala bentuk penjajahan serta menghormati kedaulatan penuh dan kemerdekaan masing-masing bangsa , karena Indonesia memahami betul apa arti kemerdekaan dalam suatu bangsa. Ditegaskan pula bahwa dengan kemajuan, kemakmuran, dan keadilan, dengan ketahanan nasional yang kuat, dan dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, Indonesia akan dapat memberikan sumbangan lebih besar terhadap perdamaian dunia yang sejati tanpa segala bentuk penjajahan dan penindasan.


Senin, 3 November 1975

Menteri Dalam Negeri Amirmachmud  pagi ini menghadap Kepala Negara di Bina Graha. Kedatangannya adalah untuk melaporkan tentag perkembangan proses perumusan RUU No. 15 tentang pemilihan Umum dan RUU No. 16 tentang MPR/DPR dan DPRD Tingkat I seperti diketahui kedua RUU tersebut kini sedang dalam tahap pembahasan di DPR, antara Panitia khusus DPR dengan pemerintah. Presiden Soeharto memberikan perhatian khusus terhadap kedua RUU tersebut, bukan saja karena kedua materi yang dicakupnya merupakan masalah fundametal, melainkan juga karena penyelesaian kedua RUU itu  sudah sangat mendesak, sebab keduanya harus selesai sebelum pemilihan umum yang akan berlangsung.

Masalah pengembangan pertanian dan pendidikan di Irian Jaya  telah dibicarakan  Presiden Soeharto dengan Gubernur Provinsi itu, Sutran dan Bupati Jayapura.Th. Messth, di Bina Graha  siang ini,. Selain kedua masalah itu, pertemuan tersebut telah pula membahas masalah-masalah yang menonjol dalam proses  pembangunan di provinsi paling timur itu. Pada kesempatan itu Gubernur Surtan dan Bupati Messth telah menyerahakan seperangkat perlengkapan tradisional masyarakat Irian Jaya, seperti  alat pengorek sagu yang terbuat dari batu, sebagai cinderamata untuk Kepala Negara.

Presiden Soeharto menganjurkan kepada Menteri Negara Riset, Prof. Sumitro, guna membentuk suatu badan nasional untuk penelitian ilmiah dan penerapan teknologi. Badan tersebut dimasudkan sebagai pusat bagi lembaga-lembaga yang berada di luar departemen-departemen dan universitas-universitas, dan bertugas serta mengerahkan dan mengelola  lembaga-lembaga riset. Tujuannya adalah supaya hasil riset lembaga-lembaga tersebut dapat diterapkan dalam bidang indusrtri, pertanian, dan lain-lain. Demikian dikemukakan Menteri  Negara Rise, Prof Sumitro Djojohadikusumo, seteleh menghadap Presiden siang ini bersama Prof.  Baquini maksud kedatangannya adalah untuk melaporkan hasil kunjungannya di Rumania, yang antara lain berupa usul pemerintah negeri sosialis di Eropa Timur itu agar kedua negara itu dapat mengadakan kerjasama dalam bidang ilmu dan teknologi.


Rabu, 3 November 1976
  
Presiden Soeharto pagi ini meninggalkan Jakarta untuk mengadakan kunjungan kerja selama tiga hari di Sulawesi Utara  dan Kalimantan Selatan,. Setiba di Manado, Presiden Soeharto meresmikan berbagai proyek pembangunan yang tersebar di beberapa tempat di Sulawesi Utara, yaitu proyek-proyek yang dibangun oleh Pemerintah dan Swasta. Diantara proyek yang dibangun oleh pemerintah adalah peningkatan lapangan terbang  Sam Ratulangi sehinggga dapat digunakan oleh jenis pesawat DC-9, irigasi Kosinggolan yang merupakan bagian proyek irigasi Dumoga, dan perpanjangan deramaga pelabuhan Bitung. Proyek Swasta yang diresmikan meliputi pendinginan perikanan, perhotelan, pabrik minyak makanan, pabrik ‘’ Chasis ‘’ dan ‘’velg’’ kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan kelapa.

Selama berada di Sulawesi Utara, Kepala Negara juga meninjau proyek-proyek yang ditinjau dalam kunjungan kali ini adalah pembangunan jalan Amurang, Kotamobagu, Dulolo dan daerah transmigrasi Dumoga yang merupakan proyek nasional.


Kamis, 3 November 1977

Sekertaris Jenderal PDI, Sabam Sirait, mengatakan hari ini bahwa DPP PDI telah memutuskan mencalonkan Jenderal TNI Soeharto untuk jabatan Presiden Republik Indonesia pada Sidang Umum  MPR bulam Maret 1978.

Menteri Pertanian Thojib Hadiwidjaya hari ini menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia melaporkan kepada Kepala Negara telah ditunjukan Indonesia menjadi ketua sidang ke-19 Organisasi  Makanan dan Pertanian Dunia (FAO) yang akan di adakan di Roma, Italia, Sidang tersebut akan diadakan tanggal 12 November sampai 2 Desember mendatang.


Sabtu, 3 November 1979

Bertempat di Cendana, pagi ini Presiden Soeharto menerima Mayjen. Rays Abin, bekas Panglima pasukan PBB di Timur Tengah. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan mengenai perkembangan di Timur Tengah, termasuk tentang kemungkinan Presiden Amerika Serikat,  Jimmy Carter, membentuk pasukan multi-nasional di Timur Tengah jikalau PBB gagal menyelesaikan masalah dikawasan itu. Menyangkut kemungkinan pembentukan pasukan multi-nasional itu, Presiden berpendapat bahwa Indonesia tidak akan mendukungnya, sekalipun diminta untuk ikut serta didalamnya.


Senin, 3 November 1980

Pukul  10.00 pagi ini Presiden Soeharto  mengadakan pembicaraan selama satu jam dengan Raja Jual Carlos di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan itu Presiden menjelaskan antara lain tentang pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia sekarang ini, tentang triologi pembangunan, serta potensi  ekonomi di Indonesia dalam berbagai  bidang. Kepada Raja Spanyol itu juga di uraikan tentang usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ekspor.

Dalam pada itu, Raja  Carlos memberikan inforamasi tentang  kemampuan teknologi spanyol, terutama dalam industri galangan kapal. Ia juga  menjelaskan tentang potensi-potensi yang dimiliki industri Spanyol yang belum banyak dkenal oleh negara-negara lain. 

Siang ini, Raja Juan Carlos dan rombongan meninggalkan Indonesia. Di lapangan udara Halim Perdanakusumah, Raja Spanyol dan Permaisurinya itu dilepas oleh Presiden dan Ibu Soeharto  dalam upacara kehoramatan penuh.


Selasa, 3 November 1981

Bertempat di Bina Graha, jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Panitia Sarasehan Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepada Panitia sarasehan yang didampingi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Prof Dr. Hayati Subadio, itu Presiden mengarahkan agar warga Indonesia perlu meningkatkan kesadaran politiknya dalam masa pembangunan sekarang ini, bukan kesadaran politik praktis. Mengenai sarasehan yang akan mereka adakan pada tanggal 25 November di Jakarta itu, Kepala Negara mengharapkan bukan untuk memanggil hal-hal yang cocok dengan pembangunan sekarang ini, melainkan untuk mempersatukan diri dengan kalangan lainnya di Indonesia. Demikian Presiden.

Pukul 09.30 pagi ini, di tempat yang sama , Presiden Soeharto menerima Gubernur NTT, dr. Ben Mboi. Ia menghadap untuk melaporkan mengenai Operasi Nusa makmur yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan. Selain itu dengan Kepala Negara telah pula dibicarakan masalah perkreditan desa, terutama untuk daerah-daerah yang miskin.

Dalam pertemuan itu Presiden menginstruksikan agar tanaman lamtorugung disebarluaskan di NTT, karena tanaman yang mudah berkembang ini dapat dimanfaatkan oleh rakyat sebagai  makanan ternak, pencegah erosi, dan bahan bangunan. Kepala negara juga menyarankan agar NTT mengadakan pengkajian mengenai pengembangan buah apel dan ternak di daerah itu. Pada saat itu pula Presiden memberikan bibit lamtorogung Kepada Gubernur Ben Mboi untuk ditanam di NTT.

Presiden Soeharto berpendapat bahwa kini sudah dipikirkan adanya program untuk menanamkan disiplin dan keterampilan bagi pemuda-pemuda Indonesia. Menurut Kepala Negara, program seperti itu dapat dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara Kantor Menteri Muda Urusan Pemuda dengan Departemen Hankam.  Dari Program itu nantinya dapat dihasilkan kader-kader pembangunan.

Demikian dikatakan oleh Menteri Muda Urusan Pemuda, Abdul Gafur setelah menghadap Kepala Negara di Bina Graha pagi ini.


Kamis, 3 November 1983

Dr Henry Kissinger, bekas Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Dalam kunjungan itu ia disertai oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, John Holdrige. Dalam keterangannya kepada pers Kissinger tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Kepala Negara. Akan tetapi ia mengemukakan pendapatannya bahwa Amerika Serikat berkepentingan akan kemajuan pembangunan dari negara-negara sahabat yang besar, seperti Indonesia. Lebih jauh dikatakannya bahwa pembangunan, keamanan,  dan pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Indonesia, bukan hanya berguna bagi kawasan ini saja melainkan juga bagi dunia.


Sabtu, 3 November 1984

Setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha hari ini, menteri Perindustrian Hartarto mengemukakan keyakinannya bahwa sasaran ekspor sektor industri tahun 1984 sebesar US$3,4 milyar akan dapat dicapai. Keyakinannya didasarkan pada angka realisasi ekspor industri semester pertama tahun 1984 yang sebesar US$1,6 miliar; kedalam nilai ini belum termasuk hasil ekspor industri tekstil. Menteri juga menyampaikan perkiraan ekspor tahun 1985 yang mencapai angka US$4 miliar dan tahun berikutnya 1986 menjadi US$4,5 miliar.

Selain melaporkan perkembangan ekspor  barang-barang industri , Menteri hartato juga meminta petunjuk Presiden Soeharto sehubungan dengan rencananya untuk menghadiri pertemuan OKI di Istanbul, Turki. Pertemuan tersebut akan membahas kerjasama ekonomi  kepada negara-negara anggota OKI. Dalam petunjuknya Kepala Negara menekan kepada Ir Hartarto untuk berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan forum itu untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara anggota OKI.


Senin, 3 November 1986

Menteri Kehakiman Ismail Saleh hari ini melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, mengenai telah digunakannya sitem komputer pada  kemigrasian Bandar Udara Soekarno Hatta sejak bulan lalu. Bersama Kepala Bakin Yoga Sugama, Ismail Saleh juga melaporkan tentang selesainya pembahasan RUU peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) di DPR.


Selasa, 3 November 1987

Di Istana Negara malam ini, mulai pukul 20.15, berlangsung peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Selain Presiden dan Ibu Soeharto, Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah, pimpinan lembaga tertinggi dan petinggi negara, para Menteri kabinet Pembangunan IV, juga hadir sejumlah duta besar negara sahabat, serta tokoh umat islam di ibu kota.

Menyambut peringatan ini, dalam pidatonya Presiden menekankan masalah meningkatkan kualitas kehidupan bangsa kita, sebab hal ini juga ditekankan oleh ajaran Islam. Dikemukakan oleh Kepala Negara bahwa agama kita mengajarkan kita tidak meninggalkan generasi yang lemah dibelakang kita nanti. Tentu saja tidak sekedar lemah dalam arti jasmani, akan tetapi lemah dalam arti mental spiritual, budaya. Ekonomi dan Pertahanan-Pertahanan. Dengan Kata lain, kita harus membangun generasi berkualitas, yang mampu hadir dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri dalam pergaulan umat manusia. 

Kepala Negara juga mengemukakan bahwa dalam rangaka mewariskan keadaan lebih baik kepada anak- cucu kita, kita juga harus berusaha menghindari segala macam bentuk pencemaran alam dan lingkungan hidup kesadaran akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup harus menjadi kesadaran kita semua . bagi kita umat beragama, alam adalah Rahmat Tuhan untuk Semua umat manusia. Kerena itu sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup itu harus kita pelihara sebaik-baiknya, agar bumi tanah air kita ini tidak saja mendatangkan kemakmuran bagi kita yang hidup dimasa sekrang, Tetapi juga bagi generasi-generasi yang akan datang sepanjang Zaman.


Kamis, 3 November 1988

Pukul 19.05 malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan perdana Menteri dan Nyonya Van Lubbers di Istana Merdeka, Jakarta. Kujungan perpisahan itu berlangsung lebih kurang selama satu jam, dan ini berarti lebih lama dari pada  yang bisa dlakukan. Kemudian Presiden dan Ibu Soeharto melepas keberangkatan kedua tamu mereka di tangga Istana Merdeka.

Jum’at, 3 November 1989

Pangeran Charles, Putera Mahkota Kerajaan Inggris , dan istrinya, Lady  pukul 16.20 sore ini disambut Presiden dan Ibu Soeharto dalam suatu upacara kebesaran militer tanpa dentuman meriam di Istana Merdeka. Pasangan prince dan princess of wales tiba di Jakarta untuk memulai kunjungan resmi mereka di Indonesia sema lima hari. Setelah rangkayan acara penghormatan dan perkenalan penjabat tinggi Indonesia dan korps diplomatik, Pangeran Charles dan Isterinya melakukan kunjungan kehormatan kepada Kepala  Presiden dan Ibu Soeharto di ruang Jepara Istana Merdeka.


Minggu, 3 November 1991

Siang ini Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan silaturahim dengan lebih kurang 4.000 umat Islam Jawa Barat di Istana Bogor. Hadir pula dalam acara tersbut , wakil Presiden dan Ibu Shudarmono, para menteri sejumlah penjabat tinggi negara, disamping duta besar dari beberapa negara sahabat. Dalam acara tersebut Presiden menyeruhkan kepada umat Islam untuk membeli saham Muamalat Indonesia. Presiden sendiri mempeloporinya dengan memebeli salam sejumlah Rp 3 miliar untuk ketiga yayasan dipimpinya, yaitu Yayasan Dharmais, Yayasan Supersemar, dan Yayasan Dakab.seruan Kepala Negara tersebut mendapat sambutan hangat; terbukti sampai malam ini BMI telah berhasil mengumpulkan Komitmen Rp 110 miliar.


Selasa, 3 November 1992

Kepala Negara hari ini meresmikan perluasan pabrik  semen Cibinong, dan sekaligus  pula meresmikan secara simbolis sembilan pabrik lain yang termasuk dalam kelompok industiri kimia dasar. Pada kesempatan itu, dalam amanatnya, presiden meminta para pengusaha untuk mengelola secara betanggung jawab  pabrik itu dibangun dengan kredit bank, karena pinjaman dari sektor perbankan itu sebenarnya dihimpun dari masyarakat. Jadi, demikian ditegaskan Kepala Negara, secara tidak langsung pabrik ini dibiayai dengan dana yang dihimpun dari masyarakat.

Kepala Negara menyampaikan harapanya agar pemilik pabrik mengembangankan suasana kerja harmonis dengan pra pekerja sehingga mendorong karyawan bekerja dengan rasa tentram. Pemerintah akan terus mendorong kreativitas dalam bidang ekonomi agar ekonomi Indonesia mampu bersaing  dengan negara lain. Ekonomi yang tangguh adalah ekonomi yang tersusun dari industri-industri  yang tangguh industri dari kekuatanya berlandasan pada produktivitas dan efisiensi  yang tinggi, yang mamapu bersaing dengan barang hasil industri negara lain.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo