PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 9 Oktober 1966 - 9 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,

Minggu, 9 Oktober 1966
Ketua Presidium Kabinet Ampera berpendapat bahwa kedudukan Indonesia di luar negeri akan selalu ditentukan oleh hasil yang di capai di dalam negeri dalam menegakan kewibawaan dan kepercayaan internasional. Demikian dikatakan oleh Jendral Soeharto dalam wawancaranya dengan wartawan surat kabar Gotong Royong.

Rabu, 9 Oktober 1968
Dalam sidang kabinet terbatas yang dipimpinnya pagi ini, Presiden dan berapa pemenrintah telah meliputi persiapan sandang dan pangan dalam menghadapi lebaran. Dalam Sidang kabinet tersebut diputuskan bahwa pemerintah akan mengimpor 390.000 dari Amerika Serikat untuk keperluan hari raya idul Fitri.

Kamis, 9 Oktober 1969
Presiden Soeharto dalam amanatnya pada peringatan Israk Mikraj Muhamad SAW di istana Negara malam ini mengemukakan bahwa pembakaran Masjid Aqsa merupakan perbuatan tercela, dan pendirian pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah jelas , yaitu kesucian dan fungsi masjid tersebut harus dikembalikan. Ia juga kembali menegaskan dukungan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Arab. Mengenai soal haji, dikatakan bahwa pemerintah tetap akan melaksanakan kebijaksanaan yang telah digariskan demi menertibkan pelaksanaan haji, melindungi umat islam dari praktek oknum-oknum swasta yang banyak menimbulkan kekecewaan dan kerugian bagi para calon haji.

Sabtu, 9 Oktober 1971
Sjekh Al-Azhar Prof. Moh Al-Fahham yang disertai oleh dua orang alim ulama dan seorang qari dari republik Persatuan Arab hari ini diterima oleh Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Mereka di antar oleh Menteri Agama Mukti Ali dan Besar RPA di Jakarta, Ali Sawky El-Hadidy. Presiden Soeharto menjelasklan kepada para tamunya tentang masalah dakwah islam, dimana Indonesia menghadapi kekurangan dana. Dijelaskan oleh Presiden  bahwa untuk mengatasi kekurangan itu, Ia mengumpulkan dana dari Zakat dan subsidi haji, yang kemudian semuanya dikembalikan lagi kepada umat  islam dalam bentuk bantuan untuk kegiatan-kegiatan dakwah, disamping perbaikan Masjid  madrasah dan lain-lain.

Selasa, 9 Oktober 1973
Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menyampaikan hadiah kepda para perintis kemerdekaan. Hadiah diberikan kepada 8.306 orang perintis kemerdekaan atau janda kemerdekaan. Para perintis kemerdekaan yang masih hidup berjumlah 5.292 orang pria, masing- masing menerima Rp6.000,-. Janda perintis kemerdekaan yang berjumlah 3.014 masing-masingnya menerima Rp4.000,-. Jumlah hadiah keseluruhan adalah Rp43.808.000.-. Jendral departemen sosial, Rusiah Sardjono SH, Direktur Jendral Kepala bagian perintis Kemerdekaan, Soehardi, dan Ketua Panitia Perintis kemerdekaan, RP Soeroso.

Minggu, 9 Oktober 1977
Presiden dan Ibu Soeharto beserta rombongan pagi ini jam 07.40 berangkat menuju Timur Tengah dengan menggunakan pesawat DC-8 “siliwangi”. Dalam kunjungan kenegaraan selama sepuluh hari Presiden dan rombongan akan mengunjungi Saudi Arabia,Kuwait,Qatar,Abu Dhabi,Bahrein,Sirya, dan Mesir rombongan resmi presiden antara lain terdiri atas Menteri Luar Negeri a.i., Sjarif Thajeb, Menteri Negara Ekuin Widjojo Nitisastro dan Menteri/Sekerteris Negara Sudharmono.
Sore ini Presiden Soeharto beserta rombongan tiba di Riyadh,ibukota Kerajaan Saudi Arabia. Di lapangan udara internasional Riyadh, Presiden Soeharto disambut oleh Raja Khalid dengan upacara kebesaran militer. Kunjungan kenegaraan ini  di Saudi Arabia ini akan berlangsung selama tiga hari.
Malam ini, Presiden Soeharto melakukan kunjungan Kehormatan kepada Raja Khalid di Istana Al Ma’Zar. Pada kesempatan itu, selain diadakan tukar menukar tanda mata, Raja Khalid  telah menganugerahkan bintang tertinggi Kerajaan Arab Saudi, yaitu Bintang Albard, kepada Presiden Soeharto. Pada kesempatan itu pula, Presiden Soeharto telah menyerahkan  Bintang Republik Indonesia Kelas Satu kepada Raja Khalid, sedangkan Pangeran Fhad bin Abdul Aziz dianugerahi bintang Mahaputera kelas Satu Kemudian Raja Khalid menyerahkan jamuan makan Kenegaraan untuk menghormati tamu agung dari Indonesia itu.

Senin, 9 Oktober 1978
Presiden Soeharto jam 11.00 pagi ini menerima utusan khusus presiden Presiden Republik Demokrasi Somalia, Mohamad Nur Galal, di Bina Graha. Utusan khusus  Presiden Somalia ini diantar oleh Menko Polkam, jendral panggabean, dan duta besar Somalia untuk Indonesia, Ishak Ahmed. Usai meghadap kepala Negara, utusan khusus itu mengetakan bahwa ia membawa pesan  dari presidenya. Isi pesan itu antara lain keinginan pemerintahanya untuk meningkatkan hubungan atar kedua Negara dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut oleh kelompok-kelompok teknis melalui pertukaran kunjungan.

Selasa, 9 Oktober 1979
Berbagai unit produksi baja Krakatau steel diresmikan Presiden Soeharto di Cilegon, jawa barat,hari ini. Unit-unit yang diresmikan itu adalah Pabrik bitel baja, pabrik Wire Rood , Pabrik pipa Baja, Pembangkit  Tenaga Listrik dan Pusat Penjernihan Air.
Dalam kata sambutanya, Presiden mengatakan bahwa kelanjutanya pembangunan Pabrik baja Krakatau Steel sekarang ini sungguh tepat pada wktunya. Hal ini merupakan langkah guna menunjang pembangunan industri besar-besaran dalam darsa-warsa selanjutnya. Demikian Presiden Soeharto.

Jum’at , 9 Oktober 1981 
Pukul 09.30 pagi ini, Presiden soeharto dan Presiden Tanzania, Julius Nyerere, melakukan pembicaraan resmi di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan pagi ini telah diadakan tukar menukar  pandanga politik baik menyangkut masalah bilateral, termaksud kerjasama dalam bidang ekonomi dan teknik, maupun masalah-masalah  internasional,  seperti  persoalan Afrika Selatan dan Timur Tengah. Presiden Soeharto telah menjelaskan kepada Presiden Nyerere tentang perkembangan  Timor Timur. Berkenaan dengan hal  ini Presiden Nyerere menyatakan dapat memahami pendirian Indonesia. Dibicarakan pula mengenai persahabatan antar kedua Negara tersebut, tukar menukar pandangan baik masalah bilateral maupun internasional seperti masalah Afrika Selatan , Timur Tengah, dan kerjasama di bidang ekonomi dan tehnik.
Di istana Negara malam ini, Presiden dan ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam untuk menghormati Presiden dan Nyonya Nyerere. Dalam pidato sambutanya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa dengan kunjungan presiden nyerere ke Indonesia sekarang ini, kerjasama ekonomi dan sosial antar kedua Negara akan dapat lebih ditingkatkan lagi demi kemajuan rakyat masing-masing, dan demi kuatnya barisan dunia ke tiga. Dikatakan oleh Presiden Soeharto,jika Indonesia dan Tanzania meningkat kerjasama dan meluaskan hubungan ekonomi yang erat, maka diyakinkan bahwa kedua Negara akan meraih kemajuan yang besar.
Sebelumnya presiden telah berbicara panjang lebar mengenai pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Dikemukakanya bahwa Indonesia harus mengerahkan segala potensi alam dan manusia agar dapat meraih kemajuan-kemajuan yang diinginkan. Namun diakuinya sehingga dipandang perlu memanfaatkan sumber-sumber dana dari politik apapun. Dikatakan pula bahwa dana dan modal yang besar dari luar itu, hanyalah merupakan pelengkap untuk mempercepat pembangunan  Indonesia, agar bangsa ini mampu terus bergerak maju dengan kekuatan sendiri.

Sabtu, 9 Oktober 1982
Pukul 11.00 pagi ini, Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan kunjungan perpisahan kepada Raja Juan Carlos I dan Ratu Shopia di Istana Zarzuela. Selanjutnya, setelah dilepas oleh Raja dan Ratu dalam upacara kebesaran di lapangan udara Baranjas, Presiden dan rombongan terbang ke Granada. Acara presiden dan ibu Soeharto di Granada, antara lain menghadiri jamuan makan siang resmi yang diselenggarakan oleh gubernur Sipil Granada dan Nyonya Louis Puente Sainz de Branda, dan mengunjungi kompeks Alhambra, bekas istana raja-raja Arab berkuasa di Granada.

Rabu, 9 Oktober 1985
Presiden Soeharto  menyatakan kesediaannya untuk memberi bantuan kredit kepada pemilik perahu layar motor guna pembelian alat komunikasi. Bantuan ini sama polanya dengan kredit motorisasi perahu layar untuk sementara hanya diberikan kepada 250 dari 1.000 perahu layar yang ada saat ini.
Demikian dikatakan Menteri perhubungan Rusmin Nuryadin setelah diterima Presiden Soeharto pagi ini di Istana Merdeka. Ia menghadap Kepala Negara untuk melaporkan rencana pelabuhan semarang bulan depan.

Kamis, 9 Oktober 1986
Presiden Soeharto menghadiri upacara peringatan jubileum 125 tahun Huria Kristen Batak  Protestan (HKBP) yang berlangsung di Siplohon, Tarutung, Sumatera Utara. Menyambut jubelium itu, kepala Negara mengatakan bahwa di berbagai bagian dunia ada bangsa-bangsa yang menghadapi masalah dan kadang-kadang pergolakan berkepanjangan karena Fanatisme agama. Sebagian lainya ada yang membatasi kegiatan keagamaan karena memandang seolah-olah kaidah-kaidah menjadi penting bagi kemajuan. Kedua malapetaka itu tidak kita alami.
Ditegaskan oleh Presiden bahwa di Negeri kita, tanggungjawab keagamaan dan tanggungjawab kemasyraakatan dari semua pemeluk agama tidaklah terpisah, apa lagi dipertentangkan. Kedua tugas itu di tunaikan sebaik-baiknya dan  dengan rasa tanggungjawab yang sebesar-besarnya dalam rangka cita-cita bersama-sama membangun masyarakat Pancasila di Negeri yang berdasarkan Pancasila ini.
Melalui SK No. 08/SK/Ditjen PPG/1986 yang dikeluarkan pada hari ini, Departemen  penerangan membatalkan SIUUP (surat izin usaha penerbitan pers) dari surat kabar sinar harapan, terhitung mulai hari ini juga pertimbangan pemerintah bagi pencabutan SIUUP antara lain adalah bahwa dalam beberapa penerbitanya akhir-akhir  ini, setidak-tidaknya setelah pemerintah mengumumkan langkah-langkah kebijaksanaan 12 September 1986 mengenai evaluasi mata uang rupiah, Sinar Harapan telah menyiarkan berita dan/atau yang antara lain tidak bersifat spekulatif, tetapi juga dapat menggelisahkan dan meresahkan masyarakat, dan dapat merusak atau mengganggu kemantapan stabilitas Nasional.

Senin, 9 Oktober 1989
Pagi ini Presiden Soeharto menyaksikan berbagai jenis mesin  pengolahan singkong buatan dalam Negeri yang diperagakan di halaman Bina Garha. Mesin-mesin direkayasa atas kerjasama Depertemen  Perindustrian, PT Pupuk Kujang, Lembaga Gastronomi Indonesia pihak Swasta. Diantaranya ada yang dirancang untuk ditetapkan di rumah tangga, dan ada pula dimaksudkan untuk industry kecil. Salah satu yang menarik dalam pengarangan itu adalah mesin parut singkong yang memiliki kapsitas olah tiga ton per jam.
Paus Johanes Paulus II, siang ini diterima Presiden dan Ibu Soeharto dalam Suatu upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Selesai upacara penyambutan, Paus Pulus II mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto selama lima hari dan akan mengunjungi Yogyakarta, Maumere, Dili dan Medan.
Dalam kunjungan kehormatan tersebut telah berlangsung pembicaraan awal antara Presiden Soeharto dengan Kepala Negara Vatikan itu. Pada kesempatan Itu Paus menyatakan kekagumannya pada Pancasila yang telah berhasil menciptakan kerukunan beragama di Indonesia. Presiden Soeharto sempat menjelaskan secara umum mengenai Pancasila. Dikatakanya bahwa karena Pancasila, maka bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam suku dan pemeluk agama bisa hidup dengan semangat toleransi yang tinggi.
Untuk menghormati kunjungan Puas Paulus II di Indonesia, malam ini Presiden  dan Ibu Soeharto menyelenggarakan resepsi di Istana Negara. Dalam sambutannya, Presiden mengatakan bahwa bangsa Indonesia disatukan oleh nilai-nilai yang dipandang luhur, yang menjadi kepribadian, pandangan hidup, dan dasar Falsafah negaranya. Bangsa Indonesia menamakanya Pancasila.
Dijelaskan oleh kepala Negara bahwa Pancasila merupakan kesatuan yang dibuat dari lima nilai kehidupan yang luhur. Nilai-nilai itulah yang memberi kekuatan laihir batin dan sekaligus juga sebagai tujuan pembangunan bangsa Indonesia. Karena itu bangsa Indonesia  memandang Pancasila sebagai satu-satunya asas hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.  

Rabu, 9 Oktober 1991
Kepala Negara memerintahkan BKKBN untuk mengikutsertakan KUD-KUD dalam program pengadaan alat KB secara lebih mudah dan murah. Demikian dikatakanya oleh Kepala BKKBN, Haryono Suyono, setelah menghadap Presiden Soeharto di Istana untuk memperkuat lini lapangan, maka BKKBN bisa mengajak KUD-KUD  untuk ikiu mendirikan pusat layanan keluarga berencana. Selain itu, KUD juga dapat memberikan insentif kepada bidan keluarga berencana. KUD bisa membeli langsung dari pabrik kontrasepsi, sehingga KUD akan mendapat mendapat korting karena tidak lagi memperolehya dari pedagang perantara.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6 
Penyusun : Oval Andrianto