PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 17 Oktober 1965 - 17 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Minggu, 17 Oktober 1965

Menpangad Letjen. Soeharto mengeluarkan perintah harian kepada seluruh slagorde TNI-AD:
1. Tetap menjalankan tugas di pos masing-masing sebagaimana biasa;
2. Terus usahakan terciptanya suasana tenang dan tertib dalam daerah tugas masing-masing;
3. Terus memelihara kekompakan kesatuan masing-masing khususnya dan kekompakan ABRI pada umumnya;
4. Terus basmi sisa golongan petualang kontra-revolusi G-30-S/PKI;
5. Terus lanjutkan pembangunan TNI-AD yang dirintis oleh Jenderal Anumerta Ahmad Yani di bidang material maupun spiritual;
6. Tetap memegang teguh jiwa Pancasila, Manipol/Usdek, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan terus melaksanakan doktrin perjuangan TNI-AD Tri Ubaya Cakti;
7. Terus ikut memperhebat penyelesaian revolusi Pancasila dengan bersenjatakan Lima Azimat Revolusi;
8. Tetap patuh dan taat serta setia kepada pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Senin, 17 Oktober 1966

Setelah berkonsultasi dengan Ketua Presidium Kabinet Ampera, Jenderal Soeharto, dan setelah mendengar pendapat Mahkamah Agung, maka dengan Keputusan Presiden No. 223/1966, pemerintah telah memutuskan untuk merehabilitasi Partai Murba.

Senin, 17 Oktober 1966

Setelah berkonsultasi dengan Ketua Presidium Kabinet Ampera, Jenderal Soeharto, dan setelah mendengar pendapat Mahkamah Agung, maka dengan Keputusan Presiden No. 223/1966, pemerintah telah memutuskan untuk merehabilitasi Partai Murba.

Kamis, 17 Oktober 1968

Sehubungan dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap dua prajurit KKO-AL, Usman Ali dan Harun Said, Presiden Soeharto hari ini memutuskan untuk mengangkat keduanya sebagai pahlawan dan menganugerahi tanda kehormatan "Bintang Sakti". Keduanya juga dianugerahi kenaikan pangkat satu tingkat secara anumerta, sehingga masing-masing menjadi Sersan Dua dan Kopral.
Dalam rangka kunjungan kerja selama satu minggu di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, hari ini Presiden Soeharto tiba di Pontianak. Dalam briefingnya kepada anggota-anggota DPRD Kalimantan Barat hari ini, Presiden antara mengatakan bahwa masyarakat adil dan makmur hanya dapat dicapai dengan pembangunan disegala bidang. Karena itulah, demikian Jenderal Soeharto, Kabinet Pembangunan dengan Panca Kridanya, kini menitikberatkan usahanya pada penciptaan stabilisasi ekonomi, terutama di bidang moneter dan prasarana, sehingga pembangunan dapat segera dimulai.

Jum'at, 17 Oktober 1969

Presiden Soeharto melanjutkan konsultasinya dengan delegasi Sekber Golkar, yang dipimpin oleh Ketua Umum Mayjen. S Sukowati, di Istana Merdeka.

Minggu, 17 Oktober 1971

Presiden Soeharto kembali menegaskan bahwa pemerintah tidak akan meninggalkan, bahkan sebaliknya akan mendorong usaha-usaha pembangunan dibidang spiritual, meskipun saat ini pemerintah menitik beratkan perhatian pada pembangunan dalam bidang material. Penegasan ini disampaikan Jenderal Soeharto pada waktu meresmikan "Islamic Center Indonesia" di Kwitang, di hadapan ribuan kaum muslimin dan muslimat ibukota. Dikemukakan pula oleh Presiden bahwa pemerintah menitiberatkan pembangunan pada bidang material mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih berada dalam keadaan kekurangan dalam bidang ini. Presiden menyatakan keyakinannya bahwa kemampuan umat Islam untuk membantu kegiatan-kegiatan agamanya akan bertambah jika taraf hidup mereka telah dapat ditingkatkan.
Pada kesempatan itu pula Presiden memberikan sumbangan sebesar Rp. 15 juta untuk pembangunan gedung Islamic Center.

Rabu, 17 Oktober 1973


Presiden Soeharto mengatakan bahwa peranan agraria harus menjamin stabilitas, sebab tanpa stabilitas, pembangunan tidak akan berhasil. Hal ini disampaikan Kepala Negara kepada Mentei Dalam Negeri Amirmachmud dan Direktur Jenderal Agraria, Abdurrachman, ketika mereka menghadapnya pagi ini di Istana Merdeka.

Kamis, 17 Oktober 1974

Presiden Soeharto pagi ini bersama-sama masyarakat ibukota mengikuti shalat Idhul Fitri di Masjid Itiqlal. Seusai shalat, Kepala Negara memberikan amanatnya menyambut kedatangan hari raya yang dirayakan secara meriah oleh kaum muslimin Indonesia itu. Ia mengatakan bahwa sebagaimana tujuan pembangunan untuk menghilangkan penderitaan dan meratakan kemakmuran serta kebahagiaan, maka tujuan zakat adalah untuk memeratakan kekayaan. Pada kesempatan itu pula Kepala Negara melontarkan gagasan apakah tidak lebih baik kaum muslimin pergi haji hanya satu kali saja, sedangkan biaya yang semula dicadangkan untuk membiayai perjalanan haji yang kedua dan seterusnya, dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. biaya tersebut dapat dipergunakan untuk membangun tempat ibadah agama dan sosial, seperti masjid, madrasah, rumah yatim piatu dan lain-lain. Untuk itu ia mengharapkan pengertian dan bantuan para pemimpin dan tokoh-tokoh Islam untuk meneruskan dan memberikan penjelasan kepada umat Islam Indonesia.

Senin, 17 Oktober 1977

Pagi ini berlangsung pembicaraan resmi antara Indonesia dan Mesir di Kairo. Dalam pembicaraan itu disepakati antara lain hal-hal berikut. Kedua belah pihak tegas mendesak perlunya dicapai suatu perdamaian yang adil dan kekal di Timur Tengah, dengan cara menarik secara total militer Israel dari wilayah Arab yang didudukinya sejak tahun 1967. Perlu direalisasikan hak-hak yang sah dari bangsa Arab Palestina, termasuk hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dan membentuk negara merdeka di tanah airnya. Kedua belah pihak juga dengan tegas menyatakan agar konferensi Jenewa mengenai Timur Tengah hendaknya diselenggarakan tanpa diundur-undur lagi waktunya, dengan mengikutsertakan semua pihak yang terlibat dan berkepentingan, termasuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang merupakan wakil sah dari rakyat Palestina.
Pihak mesir menegaskan pendiriannya mendukung keinginan rakyat Timor Timur untuk bergabung dengan Indonesia dalam prinsip Wawasan Nusantara. Kedua belah pihak sepakat untuk meninjau kembali kerjasama ekonomi antara kedua negara dan menyetujui konsolidasi selanjutnya dalam hubungan-hubungan pergadangan antara kedua negara.

Rabu, 17 oktober 1979

Tiba di Kecamatan silihnara, Kabupaten Aceh Tengah, siang ini Presiden Soeharto meresmikan dua buah pabrik gula mini yang masing-masingnya terletak di Silihnara dan Saribulan, sumatera Barat. Setelah meresmikan, Presiden menyerahkan Pabrik Gula Mini Silihnara kepada Gubernur Aceh, Prof. Madjid Ibrahim, Pabrik Gula Mini Saribulan kepada Gubernur Sumatera Barat, Azwar Anas.
Dari Silihnara, yang terletak di daerah pedalaman Aceh, Presiden dan rombongan kemudian meninjau Bireuen, yang terletak di daerah pesisir. Di Birauen, selain meninjau proyek pembangunan jalan raya, Presiden sempat pula berdialog dengan petani Kecamatan Jeumpa. Dalam dialog itu, para petani telah menyampaikan keluhan mereka mengenai sawah-sawah yang terbentang seluas 19.00 hektar, tetapi kekurangan air. Oleh karena itu mereka meminta agar Pemerintah membangun jaringan irigasi disana.
Ketika meninjau proyek jalan di Bireuen ini, Presiden telah menerima laporan tentang pembangunan jalan di Provinsi Aceh. Kemudian, setelah mencoba jalan yang dilapisi aspal beton sepanjang 43 kilometer, Presiden dan rombongan menuju Banda Aceh.

Sabtu, 17 Oktober 1981

Bertempat di Gelanggang Samudera Jaya Ancol, Jakarta Utara, Presiden dan Ibu Soeharto hari ini menghadiri panen pertama budidaya kerang hijau dan ikan kerapu. Usaha ini dilakukan oleh Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Ancol yang bekerjasama dengan Lembaga Oseanologi Nasional, LIPI. Pada kesempatan itu, Kepala Negara menyatakan keyakinannya bahwa apabila pembudidayaan kerang hijau dan ikan kerapu ini diusahakan dengan baik, hasilnya akan cukup besar. Oleh karena itu, Presiden meminta Departemen Pertanian dengan bekerjasama dengan Kepala Daerah untuk mulai menyebarluaskan dan memberikan penyuluhan mengenai pembudidayaan kerang hijau dan ikan kerapu kepada masyarakat nelayan yang tinggal di pantai-pantai yang memang memungkinkan.
Preseiden Soeharto memberi bantuan 157 ekor sapi kepada peternak di kecamatan Durenan dan pegalan, Jawa Tengah. Ternak-ternak bantuan Presiden itu hari ini diserahkan oleh Bupati Trenggalek, Soedarso, kepada para peternak di kecamatan tersebut.

Minggu, 17 Agustus 1982

Pagi ini Presiden dan rombongan terbang dari Seoul ke pangkalan udara Kim Hae, dan selanjutnya dengan mobil menuju Chang Weon, di ujung selatan jazirah Korea. Disini, sepanjang hari Presiden dan Ibu Soeharto beserta rombongan meninjau pusat industri berat Korea Selatan.  

Rabu, 17 Oktober 1984

Pada jam 10.30 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Gubernur Kalimantan Tengah, Gatot Amri. Dalam pertemuan itu Gubernur Gatot Amri telah melaporkan berbagai perkembangan di provinsinya, terutama perkembangan dan masalah perhubungan darat. Selain itu ia mengharapkan Presiden Soeharto dapat berkunjung ke Kalimantan Tengah, sebab kunjungan Kepala Negara yang terakhir ke daerah itu adalah pada tahun 1967.
Menanggapi "undangan" itu, Kepala Negara menyatakan akan mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi Provinsi Kalimantan Tengah mempercepat pelaksanaan program transmigrasi dan pengembangan perkebunan di daerahnya.

Kamis, 17 Oktober 1991

Pada jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto meresmikan Pembukaan Majlis Tahkim XXXV Syarikat Islam yang dilangsungkan di TMII, Jakarta Timur. Dalam amantnya, Presiden mengajak para tokoh Syarikat Islam untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada kegiatan pembinaan ekonomi umat dan pendidikan generasi baru. Dikatakannya bahwa masyarakat membutuhkan program serta kegiatan yang langsung dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya, dan bukannya program muluk-muluk yang hanya akan menimbulkan kekecewaan.
Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa Syarikat Islam dan organisa-organisasi kemasyarakatan umat Islam lainnya perlu memanfaatkan sebaik-baiknya peluang-peluang yang sekarang makin terbuka, terutama untuk mencapai kemajuan-kemajuan yang lebih besar lagi dari yang selama ini berhasil kita capai. Menurut Kepala Negara banyak sekali bidang yang harus kita tangani dalam zaman pembangunan. Salah satu diantaranya yang penting dan dapat digarap oleh Syarikat Islam adalah mengembangkan koperasi dikalangan anggotanya dan dikalangan masyarakat umumnya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6

Penyusun : Sukur Patakondo