PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 29 Juli 1969 - 29 Juli 1987

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Selasa, 29 Juli 1969.
Kepada  sidang  Sub-Dewan Stabilisasi  Ekonomi  yang berlangsung  di Istana  Merdeka  pagi,  Prsiden  Soeharto  mengatakan bahwa Presiden Nixon  tidak  memaksa  Indonesia untuk  memasuki  suatu pakta militer.  Konsepsi Indonesia dalam  menghadapi  pertahanan  ini adalah  jelas, bahwa  Indonesia tidak akan masuk dalam suatu  pakta pertahanan sebab hal ini bertentangan dengan Ketetapan MPRS. Disamping  itu Presiden juga  menjelaskan berbagai masalah lain yang dibicarakannya dengan Presiden Nixon.

Kamis, 29 Juli 1976.
Masih  berada  di Samarinda ,pagi ini Presiden  meresmikan pemnanfaatan alur  pelayaran Sungai Mahakam yang  dapat dilayari  dengan kapal  berukuran 6.000 ton dengan muatan penuh.  Dalam  acara peresmian  ini Kepala Negara ikut berlayar  di alur  sungai tersebut dengan kapal yang berukuran 6.000 bobot mati.
Kemudian Kepala  Negara  meninjau  kompleks peruahan  buruh  Maritim  di  Mang kupalas  ( Samarinda Seberang).  Dari  sini, dengan  menumpang  helikopter, peninjauan diteruskan  kelokasi pemukiman  kembali penduduk di daerah  Data Bilang.  Selanjutnya  Kepala Negara dan rombongan  meneruskan perjalanan  ke Balikpapan  dengan  helikopter,  dan dari  Balikpapan  kembali ke Jakarta dengan  F-28.

Sabtu, 29 Juli  1978.
Menandai  akhir  kunjungan  PM Ziaur Rahman di Indonesia,suatu perjanjian perdagangan antara  Indonesia dan  Bangladesh  siang ini ditandatangani di Departemen Luar  Negeri , pejambon,  jakarta.  Menteri  perdagangan  dan Koprasi  a.i. Dr.JB  Sumarlin, dan Menteri  perindustrian  atas nama pemerintah masing-masing.
Pukul 13.30  siang ini,  PM, Ziaur Rahman mengunjungi  Presiden  dan Ibu  Soeharto  di Istana Merdeka  untuk berpamitan. Setengah  jam kemudian, Presiden Soeharto mengantrkan  tamunya  ke bandar Internasional  Halim  Perdanakusuma, dimana dilangsungkan upacara penglepasan tamu negara.

Rabu, 29 Juli 1981.
Hari ini,  Cendana, Presiden Soeharto  menerima Kepala Negara  Bustanul Arifin SH.  Kepada pers, Bustanul menjelaskan  bahwa Presiden Soeharto telah menanyakan  kepada  masalah subsidi untuk  impor  gandum  dan gula. Kepala  Negara  mengatakan  agar lambat  laun penggnaan subsidi dari pemerintah  tersebut  dikurangi.

Kamis,29 Juli  1982.
Pukul  10.00 pagi ini ,bertempa  di Bina Graha,  Presiden Soeharto menerima Ayatollah  Amini, utusan khusus  Ayatollah Amini Khomeini,  Pemimpin Iran.  Utusan khusus yang didampingi oleh Ayatollah   mashudi dan Hojatoleslam Abdullahi, menghadap Kepala Negara untuk menyampaikan pesan pribadi Ayatollah Khomeini.

Jum,at,  29 Juli 1983.
Di istana Merdeka  pagi ini Presiden Soeharto menerima 40 pesrta konfrensi  Penulis  dan wartawan  pertanian  Asia  (AAWJA).  Para  peserta  dan penulis  itu menghadiri konferensi mereka yang ke- 6,  yang berlangsung di Jakarta  mulai tanggal  24 juli  sampai tangal 4 Agustus  mendatang. Dalam  kunjungan  ke Istana  Merdeka  pagi ini,  mereka  diantaran  oleh Menteri  Penerangan  Harmoko.
Dalam acara  ramah tamah  yang berlangsung  secara  santai  dan akrab ini,  kepala  Negara  mengungkapkan    bahwa segala kekurangan  yang ada dalam bidang pertanian  di indonesia  dewasa ini tidak gampang  untuk diselesaikan secara cepat,  karena  memang msih banyak kelemahan yang  di miliki,  Menyangkut  bidang  tugas para  penulis  dan wartawan  pertanian itu,  presiden  mengatakan   bahwa  adalah  tugas  mereka  untuk memberitakan  informasi  dan  pengalaman  Indonesia, sehingga  hal itu  dapat  dipelajari  dan ditetapkan  oleh masyarakat  petani  di negara-negara sedang  berkembang.

Senin, 29 Juli 1985.
Pada  jam 10.30 pagi ini,  Prsiden  Soeharto  menerima  Pimpinan Pusat  pepabri  dan PWRI  di Bina Graha. Dalam  pertemuan  itu Presiden  mengemukakan  rasa sedihnya  mendengar  adanya  surat-surat  pensiun  yang digadaikan kepada  para renteinir. Hal ini harus  diatasi,katanya  sambil mengharapkan adanya  gotongroyong  dalam  masalah ini.
Pada saat itu  juga Presiden menyerahkan uang potongan  pensiunan ABRI dan pegawai  negeri sipil  sebesar Rp 464.450.00,- kepada Pepabri dan PWRI,supaya  dipergunakan sebagai modal koperasi pensiunan  untuk membantu  kehidupan mereka.  Dikatakan oleh  Presiden  bahwa uang  tersebut  merupakan hasil pengumpulan  dan potongan ketika pemerintahmenaikan gaji dan pensiun  tahun ini.

Selasa,29 Juli 1986.
Melalui keputusan  Presiden  No.  32 Tahun  1986,   Presiden Soeharto hari ini membentuk  Team  Pendayagunaan  Pelaksanaan  Proyek-proyek  Pembangunan dengan  Dana  Luar Negeri. Team  yang diketuai oleh menteri  PAN/  Wakil Ketua  Bappenas,Saleh  Afiff, dan brtanggungjawab  langsung kepada Presiden  ini ditugaskan  kelancaran  pelaksanaan  proyek-proyek  tersebu.adapun  sasaran  team  ini  adalah  proyek-proyek  yang dibiayai  dengan bantuan  luar negeri  baik yang dibangun  oleh pusat ,  pemerintah  daerah maupun oleh BUMN.

Rabu, 29 Juli 1987.
Pukul 09.00 pagi ini Duta Besar Indonesia  untuk Ethopia, Irman Abikusno , menghadap Presiden Soeharto .  Ia  datang  melapor  tentang  sudah berakhirnya  masa tugasnya sebagai   duta besar  disana.  Dalam  pertemuan itu,  Kepala Negara mengatakan bahwa  Indonesia terbuka  bagi  negara-negara  Afrika yang ingin melihat pelaksanaan pembangunan disini, yang dilakukan  secara  tradisional maupun  modern.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo