PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 27 Juni 1968 - 27 Juni 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
KAMIS, 27 JUNI 1968
Presiden Soeharto pagi ini mengadakan rapat dengan anggota-anggota DPA bertempat di Bina Graha. Maksud diadakannya rapat ini adalah untuk memperoleh masukan dari para anggota DPA berupa nasehat dan pertimbangan-pertimbangan yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Presiden dalam melaksanakan kebijaksanaannya. Pada kesempatan itu, Presiden memberikan penjelasan tentang program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Antara lain disampaikan bahwa pemerintah memberikan prioritas kepada proyek peningkatan pangan dan proyek-proyek yang bersangkutan dengan itu.


RABU, 27 JUNI 1973
Delegasi Rabithah Alam Islam, yang berpusat di Saudi Arabia, diterima oleh Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Menurut ketua delegasi, Sayed Ibrahim Assegaf, kedatangan mereka adalah untuk menyampaikan hasil kunjungan mereka ke Filipina belum lama ini. Dikemukakannya bahwa Presiden Soeharto mengharapkan agar masalah umat Islam di negeri itu dapat diselesaikan melalui perundingan, dan bukan dengan kekerasan.


KAMIS, 27 JUNI 1974
Menteri Luar Negeri Libanon, Fuad Nafaah, mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto siang ini di Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut Menteri Luar Negeri Libanon itu telah menjelaskan perkembangan terakhir di Timur Tengah, khususnya menyangkut hubungan bilateral kedua negara.


JUM’AT, 27 JUNI 1975
Hari ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Shah Iran di Istana Shahabad, kediaman resmi Shah Iran. Pokok masalah yang dibicarakan oleh kedua kepala negara itu berkisar sekitar hubungan bilateral, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan kedua negara, baik pada tingkat regional maupun internasional.

Pembicaraan resmi ini diadakan setelah acara tukar menukar cinderamata antara tamu dengan tuan rumahnya. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menghadiahkan sebilah keris bertahtahkann emas kepada Shah Iran, sedangkan Ibu Soeharto memberikan perangkat minum teh yang terbuat dari perak kepada Shabanon Farah Diba. Ibu Soeharto juga menghadiahkan sebuah miniatur perahu perak buatan Kendari kepada putera Shah Iran.

Presiden Soeharto berpendapat bahwa apabila sekarang ini orang sudah mengatakan betapa perlunya dibangun orde ekonomi internasional baru, maka itu berarti harus pula ada keberanian untuk membuat tata hubungan politik dan ekonomi antara bangsa yang baru dengan semangat dan tujuan yang baru pula. Pendapat ini dikemukakan Presiden ketika menyambut pidato Shah Iran dalam jamuan santap malam kenegaraan yang diselenggarakannya di Istana Shahabad malam ini. Selanjutnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa tujuan utama kunjungannya di Iran adalah untuk mempererat tali persaudaraan dan persahabatan antara kedua bangsa. Dalam hubungan ini ia melihat masih terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang luas bagi berkembangnya kerjasama di bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial budaya antara Indonesia dan Iran. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden Soeharto.


SELASA, 27 JUNI 1978
Tahap kedua pembicaraan tidak resmi antara Presiden Soeharto dan PM Lee Kuan Yew dilanjutkan pagi ini di Bedugul, Bali. Setelah mendapat briefing dari Presiden mengenai pembicaraan yang dilakukannya dengan PM Lee, Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, mengatakan bahwa masalah bilateral yang dibicarakan menyangkut kerjasama ekonomi antara kedua negara, seperti dalam pembangunan Batam, dan penanaman modal Singapura di Indonesia. Dalam hal ini telah dibahas mengenai kelambanan didalam pelaksanaan keinginan Singapura itu, yang terhambat oleh persoalan-persoalan teknis. Dicapai kesepakatan untuk membicarakan hal ini lebih lanjut dalam pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat teknis.

Ditambahkan oleh Sudharmono bahwa kalau dalam menghadapi satu masalah belum bisa diketemukan kesamaan pandangan, maka masing-masing harus mengerti. Namun diluar usaha-usaha konsolidasi kedalam, ASEAN bisa mengembangkan kerjasama dalam banyak bidang.

Sementara itu PM Lee Kuan Yew mengatakan bahwa ia melihat harapan yang semakin baik bagi kerjasama Singapura-Indonesia dan antara sesama negara ASEAN. Dikatakannya bahwa ia mempunyai pandangan yang hampir bersamaan dengan Presiden Soeharto mengenai masalah-masalah internasional yang menyangkut kepentingan ASEAN, yaitu tentang perlu adanya jaminan keamanan bagi pelaksanaan pembangunan.


RABU, 27 JUNI 1979
Presiden Soeharto pagi ini menerima para peserta Penataran Pemuda Tingkat Nasional Angkatan I bertempat di Istana Negara. dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa kita tidak perlu menipu diri bahwa Pancasila sudah terwujud sekarang ini. Dikatakan oleh Presiden bahwa GBHN sendiri memberi ancar-ancar kepada kita bahwa landasan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila itu baru dapat kita letakkan setelah kita melaksanakan 5-6 Repelita yang terus menerus dan sambung menyambung.

Dikemukakannya bahwa apabila Pancasila itu belum terwujud, itu sama sekali tidak berarti Pancasila yang harus diganti dengan dasar negara yang lain. Apabila Pancasila belum terwujud, maka kita semua yang belum menghayati dan mengamalkannya secara semestinya. Karena itulah penataran-penataran dan gerakan unutuk merenungkan kembali gagasan dasar kita mengenai kehidupan kenegaraan dan kebangsaan kita ini harus kita lakukan bersama-sama. Demikian Presiden.

Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para Menteri Koordinator. Pertemuan yang berlangsung di Istana Merdeka itu telah membahas masalah peningkatan kewaspadaan segenap aparat pemerintah dalam rangka pengawasan terhadap tahanan G-30-S/PKI yang sudah dibebaskan.

Menteri PPLH, Emil Salim, menghadap Presiden Soeharto siang ini di Istana Merdeka. Dalam pertemuan itu, Kepala Negara telah memberikan petunjuk agar pengawasan terhadap pelaksanaan Tebang Pilih Indonesia (TPI) diperketat. Begitu juga, Presiden menghendaki perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap pelaksanaan pengindonesiaan tenaga-tenaga asing di perusahaan-perusahaan yang mengelola hutan.


JUM’AT 27 JUNI 1980
Jenderal (Purn.) Soeharto, selaku Ketua Yayasan Dharmais, pagi ini menyerahkan 60 unit rumah di Kompleks Seroja, Bulak Macan, Bekasi, kepada penderita cacat golongan II ABRI. Selain itu diserahkan pula sebuah Puskesmas Pembantu yang dilengkapi dengan peralatan dokter dan kelengkapan lainnya, serta gedung keperluan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. 

Penyerahan 60 unit rumah ini merupakan penyerahan tahap ketiga untuk penderita cacat golongan II ABRI. Rumah-rumah tersebut diperuntukkan bagi 29 warga ABRI dan 31 orang warakawuri/janda warga ABRI bekas Operasi Seroja. Selain oleh Ibu Tien Soeharto, penyerahan ini ikut pula disaksikan oleh Wakil Presiden Adam Malik dan Panglima Kopkamtib, Laksamana Sudomo.


SABTU, 27 JUNI 1981
Pukul 09.00 pagi ini, Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doo Hwan meneruskan pembicaraan empat mata mereka. Perundingan yang berlangsung selama hampir satu jam itu diadakan di Cendana. Kedua pemimpin melangsungkan pembicaraan mereka setelah pagi ini bermain golf di Lapangan Golf Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Presiden Soeharto telah menetapkan bahwa pemungutan suara dalam rangka Pemilihan Umum 1982 dilakukan pada tanggal 4 Mei 1982. Demikian dikatakan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud setelah menghadap Presiden di Cendana pada jam 10.30 pagi ini. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara menginstruksikan Menteri Dalam Negeri untuk mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.

Pukul 14.00, Presiden dan Nyonya Chun Doo Hwan melakukan kunjungan perpisahan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka. Setelah beramahtamah selama lebih kurang 20 menit, Presiden dan Ibu Soeharto mengantarkan tamu negara dari Korea itu ke lapangan terbang Halim Perdanakusuma. Sebelum meninggalkan Indonesia, Presiden dan Nyonya Chun Doo Hwan lebih dahulu mengunjungi Bali.

Hari ini di Pekanbaru, Gubernur Riau Imam Munandar menerima pengurus MUI Riau di kantornya. Dalam kunjungan itu, para pengurus MUI Riau menyampaikan keinginan mereka agar Jenderal (Purn.) Soeharto diangkat kembali menjadi Presiden RI untuk masa bakti 1983-1988, dan dikukuhkan sebagai Bapak Pembangunan Nasional. Mereka meminta agar pernyataan sikap mereka disampaikan kepada MPR dan kepada Presiden Soeharto.


SENIN, 27 JUNI 1983
Pada jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Pangeran Sihanouk di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua jam itu kedua pemimpin telah membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan langkah-langkah yang dapat diambil, sehingga memungkinkan tercapainya penyelesaian konflik di Kamboja.

Pukul 15.00 sore ini Pangeran Sihanouk dan Puteri Monique melakukan kunjungan perpisahan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka. Setelah beramahtamah selama dua puluh menit, kedua tamu negara bertolak ke Bali untuk berlibur sampai tanggal 29 Juni. Dari Bali mereka akan meneruskan perjalanan ke Prancis melalui Jakarta.

Pukul 20.15 malam ini Presiden Soeharto menghadiri peringatan Nuzulul Qur’an yang diadakan di Masjid Istiqlal. Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengingatkan agar dalam usaha kita untuk makin menggairahkan dan menyemarakkan kehidupan beragama, kita tidak terjerumus kearah ekstrimitas dan pengelompokan-pengelompokan sempit yang dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan bangsa kita yang majemuk. Ia menginginkan agar kehidupan keagamaan bangsa Indonesia dikembangkan kearah yang dewasa dan cerdas.


KAMIS, 27 JUNI 1985
Ketua DPR, Amirmachmud, bersama Wakil Ketua Kharis Suhud diterima Presiden Soeharto di Cendana pagi ini. Setelah menemui Kepala Negara, Ketua DPR Amirmachmud mengatakan bahwa Presiden Soeharto mendukung keputusan DPR untuk tetap mengirimkan delegasinya yang tergabung dalam AIPO ke dialog dengan Parlemen Eropa di Brussel bulan depan, walaupun ada resolusi Parlemen Eropa yang mengecam Indonesia dalam hal pelaksanaan hukuman mati terhadap orang-orang PKI yang terlibat dalam peristiwa G-30-S/PKI.


SENIN, 27 JUNI 1988
Bertempat di Istana Negara, pada pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto membuka Penataran Pengawasan Melekat Bagi Pejabat Pemerintah RI. Dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain mengingatkan bahwa penataran ini, dan rangkaian penataran untuk eselon II dan III, merupakan tekad pemerintah untuk melaksanakan pengawasan, dan sama sekali bukan penataran yang hanya bersifat formalitas saja. Karena itu ia meminta agar penataran ini berorientasi pada pencapaian sasaran. Ini berarti, demikian Kepala Negara, bahwa penataran hanya dinyatakan selesai setelah terdapatnya indikasi yang meyakinkan bahwa pengawasan melekat telah mulai dilaksanakan dengan baik, dan bahwa pengawasan diperlukan guna menyempurnakan produser, baik yang bersifat preventif, pengendalian maupun represif.


SABTU, 27 JUNI 1992
Pagi ini Presiden Soeharto memerintahkan Menteri Agama Munawir Sjadzali untuk meneliti secara mendalam penyebab keterlambatan pemulangan jamaah haji Indonesia, karena ternyata proses pemulangan ini mengalami keterlambatan yang cukup parah. Demikian dikatakan Munawir Sjadzali setelah menghadap Kepala Negara di Bina Graha. Keterlambatan pemulangan jamaah haji tahun ini cukup meresahkan umat Islam, padahal Garuda Indonesia sudah Sejak semula menyanggupi untuk mengangkut 111.000 orang.


Penyusun Intarti, SPd