PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 4 Mei 1966 - 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
RABU, 4 MEI 1966

Waperdam/Pangad Letjen. Soeharto dalam wawancara dengan surat kabar Jepang  Asahi Shimbun mengatakan bahwa hubungan Malaysia dengan Indonesia kini masih dalam suasana konfrontasi, dan konfrontasi itu adalah cara untuk menyokong perjuangan kemerdekaan rakyat Sabah dan Serawak, dan sekurang-kurangnya menyokong pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri secara demokratis berdasarkan keputusan PBB tentang dekolonisasi dan Manila Agreement. Namun Indonesia tidak menutup pintu bagi penyelesaian secara damai berdasarkan Manila Agreement itu.


KAMIS, 4 MEI 1967

Pejabat Presiden hari ini mengadakan pertemuan dengan, Menteri Sekretaris Jenderal, dan para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Maritim. Tujuan daripada pertemuan ini adalah meninjau masalah-masalah yang berkaitan dengan pelabuhan dan pelayaran umumnya, demi memperlancar angkutan laut dan meningkatkan daya organisasi keamanan dan fasilitas-fasilitas pelabuhan. Juga telah ditinjau kemungkinan-kemungkinan untuk merehabilitasi peralatan-peralatan yang telah tua.


SABTU, 4 MEI 1968

Sehubungan dengan rencana kunjungan kenegaraan Kaisar Haile Selassie dari Ethiopia tersebut, pagi ini Presiden Soeharto mengadakan tatap muka dengan pimpinan 19 organisasi pemuda, mahasiswa, dan pelajar Islam di Istana Merdeka. Dalam tatap muka itu Presiden berusaha menjelaskan mengapa Kaisar dari Ethiopia itu diundang untuk mengunjungi Indonesia. Dikatakan oleh Presiden Soeharto bahwa Ethiopia secara obyektif mempunyai pandangan positif terhadap Indonesia, terutama setelah kemenangan Orde Baru. Menanggapi alasan tidak disenanginya Selassie oleh masyarakat Islam di Indonesia karena ia melakukan penindasan terhadap umat Islam di negerinya, Presiden Soeharto mengharapkan agar umat Islam lebih mementingkan pemeliharaan kedalam dari pada tindakan  keluar. Pada akhir pertemuan, Presiden meminta golongan Islam mau berkorban untuk kepentingan nasional.

Presiden Soeharto mengakui adanya kekurangan-kekurangan usaha Pemerintah di Irian Barat pada masa lampau. Oleh karena itu sekarang pemerintah bertekad bulat untuk memperbaiki keadaan, antara lain dengan menempatkan pembangunan Irian Barat sebagai proyek nasional. Untuk itu Presiden mengharapkan agar masyarakat Irian Barat berpartisipasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. Demikian antara lain amanat Presiden Soeharto pada pertemuan antara Menteri Negara bidang Ekuin, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan tokoh-tokoh masyarakat Irian Barat di Gedung DPRD di Sukarnopura.



SENIN, 4 MEI 1970

Presiden Soeharto memanggil Walikota Solo, Koesnandar, sehubungan dengan pembangunan Pasar Klewer, Solo. Kepada Walikota yang didampingi oleh Sukamdani Gitosardjono (direktur PT Sahid), Direktur Utama BBD, RAB Massie, dalam pertemuan di Istana Merdeka itu Presiden menyampaikan keluhan pedagang pasar yang mengatakan bahwa kontraktor pembangunan Pasar Klewer tidak bonafide dan pembangunannya memakan waktu lama. Presiden juga menjelaskan bahwa sesuai dengan permohonan para pedagang tersebut maka pembangunan Pasar Klewer sekarang ditangani pemerintah, dengan kontraktor PT Sahid, dan kredit dari Bank Bumi Daya. Tindakan ini diperlukan oleh Presiden mengingat bahwa pasar ini merupakan pusat perdagangan tekstil untuk Pulau Jawa dan Bali. Presiden juga meminta Walikota untuk mengawasi pembangunan pasar tersebut, dan menegaskan bahwa pembangunannya harus selesai dalam waktu satu tahun.
Sebagaimana diketahui Pasar Klewer dipindahkan sementara ke alun-alun, sebab lokasi pasar itu sedang dibangun.



KAMIS, 4 MEI 1972

Presiden Soeharto memutuskan untuk mengambil tindakan tegas terhadap kendaraan angkutan yang beratnya melampaui ketentuan sehingga menimbulkan kerusakan jalan. Untuk itu pemerintah melarang pemasukan truk-truk yang tonasenya melebihi kekuatan jalan yang ada di Indonesia. Diputuskan pula untuk mengambil tindakan represif terhadap pelanggar ketentuan-ketentuan lalu lintas darat. Keputusan itu diambil Presiden Soeharto setelah mendengar laporan Menteri Perhubungan.



SENIN, 4 MEI 1981

Presiden Soeharto hari ini di Istana Merdeka menerima kunjungan kehormatan Misi Perdagangan dan Industri Swedia yang dipimpin oleh Prince Bertil Princess Lilian. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan masalah peningkatan kerjasama kedua negara . dalam hubungan ini Misi Perdagangan dan Industri Swedia menyatakan keinginan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia.

Hari ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Srilangka, Premadasa, di Istana Merdeka. Materi pembicaraan berkisar pada hubungan dan kerjasama bilateral, msalah-masalah regional dan internasional. Dalam kaitan dengan hubungan bilateral, Presiden Soeharto telah menyataka n kesanggupan Indonesia untuk menyediakan minyak bagi kebutuhan sri Lanka. Mengenai masalah regional telah disinggung presoalan Afganistan dan Kamboja. Dalam kedua kasus ini dinilai telah terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Semangat Bandung, yaitu prinsip saling menghormati kedaulatan negara lain dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Oleh karena itu, kedua pemimpin menekankan kembali perlunya dikembangkan Semangat Bandung sebagaimana yang dicetuskan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.

Siang ini, ditempat yang sama, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan delegasi Parlemen Rumania, dengan didampingi oleh Ketua DPR Daryatmo. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan masalah-masalah yang berkenaan dengan hubungan kerjasama yang teah ada antara kedua negara, dan cara-cara untuk meningkatkannya di masa-masa mendatang. Pada kesempatan itu Iosif Szase menyampaikan undangan kepada Presiden Soeharto untuk berkunjung ke Rumania. Presiden menerima baik undangan tersebut, namun belum dapat menentukan waktunya.



RABU, 4 MEI 1983

Sidang kabinet terbatas bidang Ekuin pagi ini berlangsung di Bina Graha dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Sidang antara lain memutuskan bahwa kebjiksanaan imbal-beli tetap dipertahankan. Kebijaksanaan ini dipertahankan oleh Pemerintahan karena akan dapat mendorong ekspor. Diungkapkan didalam sidang bahwa sampai akhir April 1983 berbagai negara telah menjalin kesepakatan imbal beli dengan Indonesia untuk komoditi senilai US$560 juta; diantaranya, US$100 juta telah direalisasikan. Sidang hari ini juga membahas cara-cara peningkatan ekspor dan penggunaan devisa agar serasi dan menunjang produksi dalam negeri. dalam hubungan ini Presiden meminta Panitia Kerja Peningkatan Ekspor agar mengkoordinasi kegiatannya dengan departemen-departemen lain. Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi komoditi-komoditi yang telah dapat di ekspo. Selain itu dapat pula dibuat langkah-langkah kebijaksanaan agar produksi berjalan baik dan teratur, dengan mutu yang meningkat, sehingga mendukung program ekspor. Menyangkut impor barang, Presiden memerintahkan agar usaha penyelundupan, baik yang bersifat positif maupun administratif, ditindak dengan tegas.



SENIN, 4 MEI 1987

Dengan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja pada pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Austraia, Bill Hayden. Dalam pertemuan yang berlangsung di Bina Graha itu hadir pula Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Morison. Fokus pembicaraan mereka adalah berbagai masalah bilateral dan internasional.

Menyangkut masalah bilateral, antara lain telah disinggung mengenai usaha peningkatan kerjasama dan penyelesaian masalah batas laut antara kedua negara. Tentang masalah internasional, kedua negara mengkhawatirkan situasi perekonomian dunia dewasa ini dan mengharapkan akan segara dapat diatasi. Perhatian juga diberikan terhadap upaya penyelesaian masalah Kamboja; tentang hal ini kedua negara mempunyai pandangan yang sama.    



KAMIS, 4 MEI 1989

Pada jam 09.55 pagi ini, bertempat di Cendana, Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan dari Pangeran Sihanouk dan Puteri Monique. Dalam pertemuan itu Kepala Negara mengungkapkan harapannya agar pembicaraan yang akan dilangsungkan oleh Sihanouk dengan PM Pemerintah Phnom Penh, Hun Sen, di Prancis dalam bulan Juni nanti akan lebih maju daripada pertemuan mereka di Jakarta. diharapkan oleh Presiden agar kemajuan yang telah dicapai dalam pertemuan kedua pimpinan Kamboja di Jakarta dapat dijadikan modal untuk ertemuan mereka selanjutnya.

Perdana Menteri Jepang, Noboru Takeshita, sore ini tina di Jakarta dalam rangka kunjungan resmi sampai sabtu pagi. Kedatangan PM dan Nyonya Takeshita disambut oleh Presiden dan Ibu Soeharto dalam suatu upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Setelah upacara kenegaraan yang antara lain ditandai dentuman meriam 19 kali itu, Kepala Negara memperkenalkan tamunya kepada para pejabat tinggi Indonesia serta kepala perwakilan negara asing yang ikut menyambut kedatangannya. Selanjutnya, kedua tamu negara mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto diRuang Jepara, Istana Merdeka. 

Pukul 20.00 malam ini, *reisden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan untuk menghormat PM dan Nyonya Takeshita di Indonesia. Jamuan yang diadakan di Istana Negara itu dilanjutkan dengan acara kesenian yang baru berakhir pada jam 23.30.

Dalam pidato selamat datangnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa jamuan yang diadakannya itu lebih dari penghormatan terhadap seorang tamu negara, seorang perdana menteri , karena malam ini adalah malam untuk menghormat seorang sahabat Indonesia. PM Takeshita digambarkan oleh Presiden Soeharto sebagai seorang yang didalam kesibukannya memimpin sebuah bangsa yang sedang memikul tanggungjawab internasional dalam suasana perkembangan dunia yang sangat dinamis, tetap menaruh perhatian yang begitu besar terhadap Indonesia.

Dalam pidatonya, Kepala Negara banyak menyinggung tentang hubungan yang sangat mendalam antara kedua negara. presiden menilai bahwa sekalipun hubungan itu telah berlangsung begitu rupa rupa, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam hal ini Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa adalah kepentingan strategis dan vital kedua bangsa untuk bersama-sama mengatasi kesulitan-kesulitan jangka pendek yang dihadapi Indonesia. Untuk masa datang, demikian ditegaskan Presiden, Indonesia tetap memandang penting hubungan ekonomi dan kerjasama bantu membantu antara kedua negara.

Selanjutnya Presiden memperinci bahwa pinjaman lunak, aliran modal, alih teknologi, bantuan pendidikan dan latihan serta terbukanya pasar Jepang yang lebih luas merupakan hal-hal yang perlu ditingkatkan di masa datang. Semuanya itu merupakan upaya-upaya penting untuk membangun sumber daya manusia, yang merupakan bagian penting dari pembangunan Jangka Panjang 25 tahun kedua Indonesia.



JUMAT, 4 MEI 1990

Sore ini, pada jam 16.45, Presiden dan Ibu Soeharto menggelar upacara kebesaran militer di halaman Istana Merdeka untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang dan Nyonya Sachiyo Kaifu. Setelah upacara penyambut kenegaraan, Perdana Menteri dan Nyonya Kaifu mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Ruang Jepara Istana Merdeka. Pasangan pemimpin pemerintah Jepang beserta rombongan akan berada di Indonesia sampai hari Minggu pagi. 

Malam ini, bertempat di Istana Negara, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam resmi untuk menghormat kunjungan PM Toshiki Kaifu beserta rombongan. Acara santap malam yang dimulai pada jam 20.00 dan berakhir pada menjelang tengah malam itu dilengkapi dengan pertunjukan kesenian.

Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa meskipun terdapat perbedaan yang besar pada tingkat kemajuan ekonomi dan penguasaan teknologi, namun kedua bangsa kita berhasil mengembangkan pola kerjasama yang dapat membuka peluang yang besar bagi kemajuan masing-masing. Disamping karena kedua bangsa kita memiliki potensi-potensi untuk saling membantu, maka pola-pola kerjasama yang kita kembangkan selama ini terutama didorong oleh tekad untuk memberi isi yang nyata kepada tulusnya nilai-nilai persahabatan kita. Kerjasama yang berkembang dari hubungan persahabatan itu tidak kita dasarkan pada perhitungan untung rugi jangka pendek, melainkan atas tujuan-tujuan jangka panjang yang lebih langgeng dan kokoh.

Menyinggung mengenai perkembangan pembangunan Indonesia, Presiden mengatakan bahwa mulai Repelita V sekarang ini Indonesia menemukan momentum baru untuk melangkah maju lebih pesat. Dengan memantapkan swasembada pangan dan melanjutkan pembangunan pertanian, maka industri Indonesia berhasil memasuki awal kebangkitannya. Struktur ekonominya makin seimbang pada tingkat yang lebih tinggi. Penerimaan negara dan penerimaan devisa dapat ditingkatkan dan disehatkan, dengan terus membesarnya peranan sektor non-migas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup memadai, bersamaan dengan bertambah baiknya tingkat kesejahteraan dan meluasnya pemerataan.

Namun, demikian Kepala Negara, Indonesia juga menyadari masih besarnya tantangan-tantangan yang dihadapi, terutama perluasan kesempatan kerja, kesehatan, pendidikan, perumahan, peningkatan pendapatan dan pengembangan sumber daya insani pada umumnya. Indonesia juga menyadari pula beratnya tantangan yang ada dihadapannya, terutama karena perkembangan ekonomi dunia yang tidak menguntungkan pembangunannya.



SABTU, 4 MEI 1991

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa didalam perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan serta Strategi Pembangunan Nasional di bidang sosial budaya harus sangat diperhatikan keadaan di daerah-daerah. Sebabnya ialah karena masyarakat kita merupakan masyarakat yang majemuk di tingkat nasional, tetapi kurang lebih berbudaya satu di tingkat daerah.

Menurut Presiden, kita tidak perlu khawatir bahwa pelaksanaan kebijaksanaan ini akan menimbulkan daerahnisme atau separatisme dalam masyarakat, tidak akan memperoleh dukungan rakyat banyak. Kita bahkan sudah bertekad untuk memperkuat peranan daerah dalam rangka menciptakan akar sosial yang luas dan kuat bagi gerak pembangunan nasional kita dalam masa datang.

Pagi ini Presiden juga menerima para peserta Temu Usaha dan Keterampilan Masyarakat Perkelapaan se-Indonesia di Istana Negara. Pada kesempatan itu, Kepala Negara mengatakan bahwa usaha membangun industri pengolahan kelapa terpadu daerah-daerah penghasil kelapa akan membawa manfaat yang makin besar, jika dapat dikaitkan dengan koperasi-koperasi setempat. Dengan cara demikian para  petani kelapa akan makin terlibat dalam proses industri yang merupakan salah satu ciri masyarakat industri. Dengan demikian pendapatan para petani kelapa akan dapat ditingkatkan, kebun-kebun kelapa kita akan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, serta perekonomian bangsa kita makin kukuh.


Penyusun Intarti, S.Pd