PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 3 Mei 1966-1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


SELASA, 3 MEI 1996

Konferensi kerja PB Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri) yang dilangsungkan di Cipayung, Bogor, pada tanggal 26-28 April 1996 mengambil keputusan:
  1. Mendesak kepada pemerintah agar secepat-cepatnya melaksanakan UUD 1945 secara konsekwen dengan melengkapi UU pelaksanaanya.
  2. Agar diadakan pembersihan-pembersihan radikal pada MPRS, DPR-GR, DPA, dan Bappenas   terhadap unsur-unsur dan oknum-oknum G-30-S/PKI beserta organisasi-organisasi massanya yang seasas/bernaung dibawahnya, para simpatisan kaum “plin-plan.”
  3. Mengkhendaki agar Presiden dengan dibantu oleh MPRS yang telah dibersihkan secara radikal dan disempurnakan itu, mengangkat seorang wakil presiden dan meninjau kembali semua         keputusan MPRS sesuai dengan isi UUD 1945 dan kondisi revolusi sekarang.
  4. Mendesak agar pemerintah dan DPR-GR segera menyelesaikan UU tentang pemilihan umum.
  5. Mendesak dan mendukung pemerintah agar melaksanakan Instruksi Presiden/Pangti ABRI No. 3 tanggal 31 Maret 1966, tentang instensifikasi penertiban/pembersihan personil di lingkungan aparatur negara secara konsekwen dari unsur-unsur dan oknum-oknum anggota PKI beserta ormas-ormasnya.
  6. Mendukung sepenuhnya pernyataan Waperdam/Menteri Luar Negeri Adam Malik yang menggariskan politik bebas-aktif dan mengabdikan politik luar negeri kepada kepentingan nasional.
  7. Mendukung pernyataan Waperdam Ekubang tanggal 12 April 1966 yang mendukung garis kebijaksaan untuk mengatasi keadaan ekonomi yang buruk saat ini.
  8. Mendesak agar segera mengundangkan UU anti-korupsi. 

SABTU, 3 MEI 1969

Presiden Soeharto, ketika menerima anggota-anggota Pengurus Forum Swasta Nasional di Istana Merdeka pagi ini menyatakan bahwa wadah pengusaha harus diisi dan diatur oleh para pengusaha itu sendiri dan ini harus dijalankan dengan konsekuen. Kepada para pengusaha swasta nasional diminta oleh Presiden untuk membantu strategi ekonomi yang telah digariskan pemerintah serta berpartisipasi dalam menyukseskan Repelita.


SENIN, 3 MEI 1971

Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini menerima KSAU Laksdya. (U) Suwoto Sukendar. Pada pertemuan itu telah dibicarakan masalah modernisasi bidang kedirgantaraan, termasuk Angkatan Udara Republik Indonesia. KSAU Suwoto Sukendar menyatakan kegembiraannya karena pemerintah memberikan perhatian besar terhadap usaha modernisasi AURI.


KAMIS, 3 MEI 1973

Sehubungan dengan pengangkatan Naim Talu sebagai Perdana Menteri baru Turki, Presiden Soeharto hari ini mengirimkan ucapan selamat kepadanya. Didalam telegramnya, Presiden mengharapkan agar hubungan yang bersahabat diantara kedua negara akan dapat lebih dikembangkan lagi pada masa-masa mendatang.

Sementara itu, pagi ini Presiden Soeharto meresmikan ucapan selamat kepadanya. Didalam telegramnya, Presiden mengharapkan agar hubungan yang bersahabat diantara kedua negara akan dapat lebih dikembangkan lagi pada masa-masa mendatang.

Sementara itu, pagi Presiden Soeharto meresmikan pembukaan pabrik farmasi PT Hoechst Pharmaceuticals of Indonesia di Pulo Mas, Jakarta Timur.pabrik ini merupakan pabrik obat terbesar di Indonesia saat ini. Dalam kata sambutannya, Presiden mengharapkan agar kaum swasta asing mampu dan mau menyerasikan kepentingannya dengan dasar dan arah pembangunan Indonesia. Harapan ini adalah wajar dan adil, sebab pemerintah telah memberikan perangsang dan fasilitas-fasilitas yang menarik kepada para investor asing. Sebagai imbalannya, kitapun mengharapkan penanaman modal asing ini akan mendorong maju pembangunan sebagaimana yang kita cita-citakan.

Siang ini Presiden Soeharto menerima Delegasi Muhibah DPR ke Australia dan New Zealand yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR, Mh. Isnaeni. Dalam pertemuan tersebut Isnaeni antara lain mengungkapkan bahwa kunjungan Presiden Soeharto ke Australia dan New Zealand tahun lalu telah meningkatkan kesan yang baik dikalangan pemerintah dan rakyat kedua negara itu terhadap Indonesia. 




KAMIS, 3 MEI 1975

Pagi ini, di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Delegasi Parlemen Jerman Barat yang dipimpin oleh Ketua Bundestag, Dr. Herman Schmiit Vockenhausen. Mereka didampingi oleh Ketua DPR, Dr. Idham Chalid. Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam itu telah dibahas berbagai masalah, terutama menyangkut hubungan bilateral. Kepada Presiden Soeharto, Delegasi Parlemen Jerman Barat telah mengemukakan harapan agar hubungan antara dua negara dapat dikembangkan terus. Sementara itu Kepala Negara telah menguraikan tentang proses pembangunan yang sedang berlangsung sekarang di Indonesia. Termasuk tentang bagaimana Indonesia memanfaatkan bantuan dari luar negeri. 



SELASA, 3 MEI 1977

Pagi ini Presiden Soeharto, di Cendana, menerima kunjungan kehormatan Menteri Penerangan Malasysia Datuk Amar Haji Taib yang diantar oleh Menteri Penerangan Mashuri dan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Abiding Bin Sulong. Menteri Penerangan Malaysia berada di Jakarta untuk meninjau pelaksanaan pemilihan umum 1977 serta mengadakan pembicaraan tentang kerjasama bilateral. 



RABU, 3 MEI 1978

Pukul 09:00 pagi ini, Menteri Hamkam/Pangab Jenderal M jusuf menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Pada kesempatan itu telah dibicarakan mengenai perkembangan di Timor Timur. Selesai menghadap Jenderal M jusuf mengatakan kepada pers bahwa Timor Timur kini sudah mengalami kemajuan dari mulai mempercepat proses peningkatan pembinaan sosial, sementara itu juga sedang mengusahakan peningkatan produksi pangan. 

Pukul 10:00 pagi ini, Presiden Soeharto memimpin Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung di Bina Graha. Dalam sidang hari ini antara lain telah dibahas masalah perumahan rakyat. Dalam hubungan ini Presiden telan menginstruksikan kepada Penteri PU, Purnomosidi, dan Menteri Muda Perumahan rakyat, Cosmas Batubara, agar dalam menangani masalah perumahan rakyat bukan hanya pembangunan rumahnya saja yang diperhatikan, melainkan  juga penyediaan bahan baku perumahan yang terjangkau oleh rakyat banyak. Kedua menteri tersebut diinstruksikan untuk mengambil langkah-langkah penerbitan terhadap perusahan real estate, sehingga perubahan-perubahan yang sudah mempunyai izin benar-benar melaksanakan kesatuan pembangunan rumah-rumah mewah, sedang dan rumah dengan perbandingan 1:2:6.

Dalam pada itu, ketika sidang membahas masalah perekonomian, Presiden telah menginstruksikan agar departemen yang terkait meneliti sebab-sebabnya yang tepat dari kenaikan laju inflasi yang tak wajar pada bulan april yang lalu. Dikemukakan dalam sidang bahwa tingkat inflasi bulan yang lalu mencapai 1,79% di bidang pangan bukan pokok. Presiden Soeharto juga meminta agar Kabinet Pembangunan III memperhatikan  kebijaksanaan kabinet yang lalu, sehingga kebijaksanaan-kebijaksanaan itu dapat diteruskan dan ditingkatkan. 

Dalam hubungan ini Kepala Negara meminta agar produksi pangan benar-benar diintensifikasi, sehingga tercapai kenaikan produksi. Paska usaha supaya diteliti terus menerus. Disamping itu masalah ekstensifikasi perlu pula digarap lebih lanjut dan dihubungkan dengan program transmigrasi.
Khusus mengenai transmigrasi, dalam Pelita III nanti diperkirakan akan bisa ditransmigrasikan sebanyak setengah juta kepala keluarga. Presiden menghendaki agar pelaksanaannya dilakukan dengan cara pembukaan tanah terpusat.

Sidang hari ini juga membahas masalah perkoperasian. Dalam hubungan ini Presiden merencanakan agar dalam Pelita III nanti koperasi hendaknya benar-benar bisa jadi tulang punggung perekonomian kita, bukan hanya dalam arti jumlah , melainkan juga kualitasnya. 



KAMIS, 3 MEI 1979

Menteri Kesehatan Suwarjono Suryaningrat setelah diterima Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini mengatakan bahwa Presiden telah menyetujui untuk membantu Rumah Sakit Dr. Sutomo di Surabaya dengan seperangkat peralatan diagnostik. 



SABTU, 3 MEI 1980

Presiden Soeharto, hari ini melantik dua orang duta besar baru  Indonesia di Istana Merdeka. Kedua duta besar itu adalah Mayjen. Soekarno Sayidiman untuk Selandia Baru merangkap Fiji dan Samoa Barat, dan Brigjen. Pudjo Prasetyo untuk Laos.

Dalam acara pelantikan ini, Presiden Soeharto menekankan bahwa Indonesia sama sekali tidak akan meninggalkan politik luar negeri yang bebas aktif. Malah sebaliknya, Indonesia akan melaksanakannya dengan selurus-lurusnya , meskipun keadaan dunia sekarang jauh berbeda dibanding dengan keadaan sewaktu perjuangan kemerdekaan. Ditekankannya pula bahwa politik luar negeri yang bebas aktif itulah yang akan membimbing bangsa Indonesia memantapkan kemerdekaan nasionalnya, yaitu merdeka di lapangan politik, dan merdeka pula di lapangan ekonomi. Demikianlah Presiden Soeharto. 

Di Istana Merdeka, pukul 10:00 pagi ini. Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Lebanon untuk Indonesia. Rabia Haidar. Dalam pidato balasannya, Kepala Negara menekankan bahwa semua negara, terutama negara yang sedang berkembang, harus bertekad mengurus dan menentukan masa depannya sendiri, dan tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari luar. Presiden Soeharto juga menyatakan bahwa mengenai masalah Palestina, Indonesia tetap teguh pada pendiriannya sejak semula, ialah memihak pada perjuangan yang sah dan adil dari rakyat Palestina dan sahabat-sahabat Indonesia di Timur Tengah. 



SENIN, 3 MEI 1982

Secara berturut-turut, di Istana Merdeka pagi ini Presiden Soeharto menerima surat-surat kepercayaan Duta Besar Birma, U Than Swe, dan Duta Besar Spanyol, Eugento Bregolaty Obiols. Membalas Duta Besar U Than Swe, Kepala Negara mengatakan bahwa dewasa ini kedua negara sedang membangun masyarakatnya masing-masing menurut kepribadiannya sendiri dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. Untuk itu kedua negara perlu terus mempererat tali persahabatan dan kerjasama yang bermanfaat bagi pembangunannya.

Sedangkan kepada Duta Besar Obiols, Presiden mengemukakan bahwa tekad dan tugas terbesar Indonesia dewasa ini dan dalam dasawarsa-dasawarsa yang akan datang adalah melanjutkan dan meningkatkan pembangunan. Dalam usaha memperlancar pembangunan itu, disamping harus mengerahkan segala dana dan daya yang ada didalam negeri, Indonesia juga membuka pintu dan mengadakan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain, atas dasar hormat menghormati dan saling memberi manfaat. Akan tetapi ditegaskan pula oleh Kepala Negara bahwa pembangunan dilaksanakan dengan tetap berjalan kearah tujuan-tujuan nasional dan dengan menempuh jalan yang dianggap paling baik.

Dalam rangka menyambut berlangsungnya pemilihan umum besok, mala mini Presiden Soeharto menyampaikan amanatnya melalui TVRI. Dalam amanatnya itu Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa pemilihan umum kita selenggarakan berdasarkan Undang-undang Pemilihan Umum. Ini berarti bahwa cara pelaksanaan pemilihan umum itu juga ditentukan oleh rakyat sendiri, berdasarkan dan sesuai dengan ketentuan UU Pemilihan Umum. Oleh karena itu Presiden berharap agar semua pihak turut serta dalam usaha mensukseskan pemilihan umum ini dan melaksanakan pemungutan suara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jam 19.30 malam ini, Presiden Soeharto menerima Menteri Dalam Negeri Amirmachmud di Cendana. Amirmachmud menghadap untuk melaporkan tentang situasi politik dalam negeri sebagai hasil pengamatannya di daerah-daerah selama satu bulan penuh dalam bulan April yang lalu.
Setelah menghadap, Amirmachmud mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden itu telah pula dibahas perkiraan keadaan, dengan segala kemungkinannya yang bisa timbul terutama pada saat pelantikan anggota DPR/MPR hasil pemilu tahun 1982, sidang umum MPR tahun 1983 serta tahap pelaksanaan Repelita IV, kesimpulan yang dicapai adalah bahwa perjuangan Orde Baru untuk mencapai cita-cita bangsa telah berhasil mengorganisasikan seluruh potensi bangsa Indonesia dan telah berhasil menciptakan struktur politik, memantapkan fungsi serta tata berhasil menciptakan struktur politik, memantapkan fungsi serta tata prosedural dan meningkatkan kapabilitas melalui birokrasi perjuangan yang kuat.



SELASA, 3 MEI 1983

Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri acara pelantikan 40 anggota DPA yang berlangsung di Istana Negara. Pengambilan sumpah atas anggota-anggota DPA masa bakti 1983-1988 itu dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung, Mudjono SH. Menurut sidang pertama DPA akan berlangsung besok pagi, dengan acara pemilihan pimpinan Dewan.

Sebelumnya, bertempat di Istana Merdeka, Kepala Negara telah menerima kunjungan kehormatan Menteri Transpor dan Pekerjaan Umum Belanda, Ny. Neelie Smit Kroes, yang didampingi oleh Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Van Gorkom. Setelah itu, ditempat yang sama, Presiden juga menerima Duta Besar Italia, Geraldo Zampaglione.



JUMAT, 3 MEI 1985

Setiba di Pontianak dari Jakarta, Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan Stadion Olahraga “Sultan SyarifAbdurrahman”. Stadion baru ini dibangun sebagai arena pergelaran MTQ tingkat nasional ke-14 yang akan dibuka oleh Presiden pada mala mini. Selesai acara peresmian stadion, Presiden dan Ibu Soeharto meninjau pameran dan bazar yang diselenggarakan di Stadion tersebut.

Malam ini, pada jam 20.30 waktu setempat, Presiden Soeharto membuka MTQ tingkat nasional ke-14. MTQ Pontianak ini diikuti oleh 700 orang peserta yang berasal dari seluruh provinsi di tanah air.
Menyambut penyelenggaraan MTQ ini, dalam pidatonya Presiden mengatakan bahwa dengan penyelenggarakan MTQ sebanyak 14 kali menunjukkan betapa panjang jalan yang telah kita tempuh dalam mengembangkan seni baca Kalam Ilahi ditengah-tengah masyarakat kita. Hal ini juga menunjukkan betapa agama Islam mendapat tempat yang sangat terhormat dalam negara kita yang berdasarkan Pancasila. Presiden mengatakan bahwa seni baca Al-Qur’an itu makin hari makin berkembang dikalangan kaum muslimin Indonesia, sehingga kita telah memiliki Qari, Qariah dan Hafiz yang mengharumkan nama umat islam Indonesia dalam lomba seni baca Al-Qur’an ditingkat dunia. Namun Presiden mengingatkan bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan untuk dibaca saja. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa Al-Qur’an adalah jalan bagi kaum muslimin demi kebahagiaan dan keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat.



SELASA, 3 MEI 1988

Pukul 20.00 malam ini Presiden Soeharto menghadiri upacara peringatan Nuzulul Qur’an yang dilangsungkan di Masjid Istiqlal Jakarta. Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa salah satu usaha yang perlu kita lakukan bersama kita sebagai bangsa. Sebab, demikian Presiden Soeharto, semua agama mengajarkan hidup yang berdisiplin itu. Setiap pemeluk agama dituntut untuk mematuhi norma-norma yang diajarkan agama.

Karena itu, Kepala Negara menegaskan bahwa penegakan disiplin nasional dalam kehidupan bangsa kita yang religius ini sebenarnya mempunyai akar yang kuat. Hal ini merupakan tantangan yang harus dijawab oleh para alim ulama, rohaniawan, dan semua pemuka agama bangsa kita. Demikian Presiden.


RABU, 3 MEI 1989
Pada jam 10.05 pagi ini Presiden Soeharto kembali memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang tersebut Kepala Negara menginstruksikan Menteri Perdagangan untuk segera membentuk suatu team tetap yang bertugas memonitor pasaran ekspor yang berunding dengan pihak-pihak di luar negeri. Instruksi ini diberikan Presiden dalam rangka pemantapan ekspor non-migas. Disamping itu, Presiden juga memerintahkan sejumlah menteri untuk membentuk team dalam upaya perbaikan jalan serta meneliti kemungkinan dibukanya kembali jembatan-jembatan timbang untuk mengontrol beban muatan setiap kendaran angkutan jalan raya khususnya truk.

Sementara itu kepada sidang dilaporkan bahwa laju inflasi dalam bulan April 1989 tercatat sebesar 1,5%; angka ini menunjukkan kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan laju inflasi pada bulan sama tahun lalu yang hanya sebesar 0,72%. Dengan kenaikan itu, maka laju inflasi dalam priode Januari-April 1989 menjadi 3,57% . jumlah uang yang beredar dalam Januari 1989 tercatat sebanyak Rp14.278 miliar, sementara neraca perdagangan dalam Februari mencatat surplus sebesar US$351,9 juta.

Didalam sidang kabinet terbatas hari ini, Presiden Soeharto mengambil kesempatan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang simpang siur dalam masyarakat, yang kalau dibiarkan akan menguntungkan mereka yang tidak menginginkan adanya stabilisasi nasional. Dalam hal ini Presiden mengingatkan bahwa para anggota MPR sekarang tidak mempunyai wewenang untuk membicarakan soal suksesi Presiden karena mereka sudah melakukan kewajibannya, yaitu memilih Presiden yang sekarang ini. Ditegaskan oleh Kepala Negara bahwa yang akan memilih dan mencalonkan Presiden berikutnya adalah MPR dan Fraksi hasil Pemilu yang akan datang.

Dijelaskan oleh Presiden bahwa MPR dan Fraksi yang akan datang itulah yang akan mengajukan calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Karena setiap fraksi itu ada induknya, maka kekuatan social politik sekaranglah yang boleh mempersiapkan diri untuk menghadapi pemilihan umum dan memberkati fraksinya setelah pemilihan umum. Golkar, partai politik, ABRI, utusan golongan dan daerah, dalam lingkungannya, memikirkan siapa yang akan diajukan atau dipilih. Mereka mulai sekarang sudah tidak boleh memikirkan siapa yang sekiranya bisa “dielus-elus” untuk menjadi “jago” yang akan “diadu” nanti dalam MPR hasil pemilihan umum. 

Dikatakan pula oleh Presiden bahwa dengan sendirinya masyarakat harus menyalurkan aspirasinya kepada kekuatan sosial politik. Jadi, kalau masyarakat mulai sekarang sudah membicarakannya, hal itu hanya membuang-buang waktu saja. Toh nyatanya nanti, demikian tegaskan Kepala Negara, masing-masing tidak bisa mencalonkan secara langsung. 

Kepada para menteri, Presiden juga mengingatkan agar mereka tidak perlu khawatir bahwa mereka akan diperalat untuk memperjuangkan dirinya sebagai Presiden. Sementara itu kepada para penjabat, Presiden menegaskan bahwa tidak ada larangan bagi mereka untuk mengeluarkan pernyataan. Namun, pernyataan itu hendaknya selalu didasarkan pada hal-hal yang ada hubungannya dengan ruang lingkup tugas masing-masing. 



KAMIS, 3 MEI 1990

Pada jam 08:45 pagi ini, tampak menghadap Kepala Negara di Bina Graha, Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Ia datang untuk melaporkan hasil sidang khusus PBB. Yang baru saja dihadirinya di New York. Menyangkut kerjasama ekonomi antara negara berkembang dan negara maju. Dilaporkannya bahwa sidang itu memperlihatkan adanya pendekatan posisi antara kedua kelompok. 

Menanggapi hal itu, Presiden menekankan perlunya ditingkatkan kerjasama selatan-selatan. Menurut Kepala Negara, kerjasama itu adalah untuk memberi bobot yang nyata bagi negara-negara berkembang dalam menghadapi negara-negara maju pada dialog Utara-Selatan. Selain itu Kepala Negara minta agar Departemen Luar Negeri dan Departemen lainnya yang terkait mengadakan analisa yang mendalam mengenai perkembangan ekonomi dunia dewasa ini, termasuk perkembangan Uruguay round. Analisa itu akan digunakan sebagai bahan dalam KTT Selatan-selatan di Kuala Lumpur nanti.


Penyusun Intarti, S.Pd