SELASA, 24 MEI 1966
Letjen. Soeharto dalam menyambut “delegasi besar” mahasiswa dan pelajar dari KAMI dan KAPPI di depan gedung Staf AB di Jakarta, menyerukan agar massa jangan kuatir tentang ditundanya sidang MPRS, sebab telah ditetapkan bahwa MPRS akan bersidang pada bulan juni, selambat-lambatnya tanggal 5 Juni. Menanggapi resolusi para mahasisw dan pelajar tentang penurunan harga, Letjen. Soeharto menandaskan bahwa memperbaiki keadaan ekonomi tidaklah semudah seperti yang diperkirakan.
SABTU, 24 MEI 1969
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima pimpinan Gerakan Pemuda Ansor yang melaporkan tentang hasil-hasil kongres besarnya di Blitar pada bulan April yang lalu. Dalam kesempatan ini Presiden Soeharto meminta GP Ansor untuk ikut memelihara stabilitas nasional. Selain itu ia juga mengharapkan agar GP Ansor turut berpartisipasi dalam Pelita, karena Pelita adalah satu-satunya landasan pembangunan yang telah disetujui rakyat. Presiden juga menegaskan bahwa pertentangan antara golongan-golongan agama harus dicegah; untuk itu diminta kepada golongan agama agar mengadakan pembicaraan jika terjadi perselisihan di antara mereka.
Sebelumnya di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima delegasi DPP-IPKI yang melaporkan mengenai akan dilangsungkannya musyawarah besar IPKI pada bulan Agustus mendatang di Jakarta.
MINGGU, 24 MEI 1970
Petang ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto beserta rombongan meninggalkan tanah air menuju Amerika Serikat dalam rangka kunjungan kenegaraan selama delapan hari.
JUMAT, 24 MEI 1974
Secara berturut-turut pagi ini Gubernur Bank Sentral, Rachmat Saleh dan Mneteri Perdagangan Radius Prawiro, menghadap Presiden Soeharto di Jalan Cendana. Rachmat Saleh antara lain melaporkan soal kemacetan dalam realisasi pemberian kredit kepada pengusaha pribumi. Dalam hubungan ini Kepala Negara menginstruksikan agar Bank Indonesia sejauh mungkin dapat mempercepat pelaksanaan kredit tersebut.
Sementara itu Menteri Perdagangan Radius telah diminta oleh Presiden untuk meningkatkan persediaan barang di daerah-daerah yang sedang melaksanakan pembangunan fisik. Hal ini karena di daerah-daerah tersebut sedang terjadi peningkatan peredaran uang dan pendapatan masyarakat, sehingga perlu ada keseimbangan antara persediaan uang dan barang.
SABTU, 24 MEI 1975
Pimpinan Pusat Dewan Kemakmuran Masjid Seluruh Indonesia, yang terdiri atas H Soedirman, KH MS Rahardjodikromo, KH M Hasyim Adnan BA, KH Hasan Basri, Abdul Karim Rasjid, dan H Soetjipto, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pukul 11.15 pagi ini. Mereka menghadap untuk melaporkan tentang perkembangan dan kegiatan organisasi mereka serta hasil musyawarah mereka yang telah menghasilkan pola manajemen masjid, bentuk masjid, pendidikan agama, perpustakaan masjid dan lain-lain.
Menyambut laporan tersebut, Kepala Negara mengatakan bahwa disamping adanya organisasi yang mengkoordinasikan kegiatan masjid, perlu pula adanya suatu badan yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sosial Islam. Dengan demikian, pembinaan mental umat Islam dapat turut memperkuat ketahanan nasional. Hal ini diminta oleh Kepala Negara agar dikoordinasikan oleh MUI baik pada tingkat pusat maupun daerah.
SELASA, 24 MEI 1977
Tatacara penanaman modal baik PMDN maupun PMA akan lebih disederhanakan lagi, sehingga BKPM benar-benar merupakan satu-satunya penanganan penanaman modal dan fasilitas yang diberikan bagi penanaman modal. Pokok penyederhanaan tersebut dibahas dan disetujui oleh Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional di Bina Graha pagi ini. Kepada pers, Menteri Penerangan Mashuri menjelaskan bahwa dengan demikian BKPM merupakan badan tunggal untuk mengurus dan menyesuaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan aplikasi penanaman modal, fasilitas yang diberikan bagi penanaman modal, serta izin usahanya.
SABTU, 24 MEI 1980
Presiden Soeharto menyetujui rencana pembangunan karantina ternak sapi di Pulau Sabang, Aceh. Demikian dikatakan Gubernur Aceh, Prof. Madjid Ibrahim, setelah menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha hari ini. Dikatakannya pula bahwa 685 ekor sapi bantuan Presiden akan tiba di Banda Aceh pada pertengahan bulan depan. Sapi-sapi yang akan dibagikan kepada para petani itu terdiri dari 575 ekor betina dan 110 ekor pejantan.
SENIN, 24 MEI 1982
Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini meresmikan Gedung DPA dalam suatu upacara yang berlangsung di halaman depan gedung tersebut. Setelah Kepala Negara menyatakan bahwa gedung tersebut resmi digunakan, kemudian Ibu Tien Soeharto melakukan pengguntingan pita. Selanjutnya Presiden dan Ibu Soeharto beserta para undangan lainnya meninjau beberapa lantai dari bangunan utama Gedung DPA.
Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa walaupun pembangunan ekonomi sebagai kunci untuk memajukan kesejahteraan rakyat mendapat prioritas kita yang besar, namun pembangunan politik itu, kita merasa bahagia, karena untuk ketiga kalinya dalam masa Orde Baru ini kita telah membuat karya nasional yang besar, yaitu melaksanakan pemilihan umum. Pelaksanaan pemilihan umum yang baru lalu telah menunjukkan bahwa kesadaran politik rakyat sangat tinggi.
Lebih jauh dikatakannya bahwa sejakan dengan usaha kita untuk terus meningkatkan kesadaran politik rakyat, kita juga terus berusaha agar kehidupan konstitusional kita bertambah mantap. Dalam rangka ini sangat penting artinya fungsi dan bekerjanya lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi negara seperti yang dikehendaki oleh UUD. Semuanya itu jelas telah merupakan unsur yang penting dalam usaha kita untuk mengembangkan stabilitas nasional yang dinamis serta mengembangkan kehidupan berkonstitusi. Demikian atara lain dikatakan Kepala Negara.
SELASA, 24 MEI 1983
Masih berada berada di Sumatera Barat, Presiden Soeharto pagi ini di Pauh Limo meresmikan PLTG Pauh Limo, Gardu Induk Pauh Limo, Gardu Induk Indarung, Gardu Induk Lubuk Alung, Jaringan Transmisi Maninjau-Padang, dan Jaringan Distribusi di Sumatera Barat. Dalam kata sambutannya Presiden mengatakan bahwa dalam keadaan sulit seperti sekarang ini kita harus melanjutkan pembangunan dengan sikap yang realistis, hati-hati dan penuh kewaspadaan, sebab penduduk kita besar jumlahnya, yang ini berarti merupakan pasaran sangat luas bagi produksi dalam negeri sendiri. Selanjutnya dikatakannya pula bahwa rakyat kita juga telah membuktikan dirinya sebagai rakyat yang tahan uji, memiliki semangat bekerja yang tinggi dan cepat menyesuaikan diri dengan keterampilan-keterampilan baru. Demikian antara lain dikatakan Kepala Negara.
KAMIS, 24 MEI 1984
Disertai Ibu Soeharto, hari ini Presiden melakukan kunjungan kerja sehari ke Provinsi Riau dalam rangka peresmian dua buah proyek pembangunan di Kabupaten Kampar, Proyek-proyek tersebut adalah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Beringin Jaya milik PNP V dan Pabrik Pulp milik PT Indah Kiat Pulp dan Paper Corporation. Selain itu Presiden juga melakukan penyerahan sertifikat tanah kepada para petani setempat.
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa pembangunan industri harus kita tingkatkan dalam Repelita IV dan Repelita-repelita selanjutnya. Industri yang mengolah hasil perkebunan dan kehutanan perlu kita beri perhatian yang besar, sebab, disamping kita memiliki kekayaan alam yang besar, juga karena industri bidang pertanian dan kehutanan ini menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
Setelah acara peresmian kedua pabrik tersebut, Presiden mengadakan temu wicara dengan para petani peserta proyek perkebunan inti rakyat yang meliputi 1.663 kepala keluarga. Pada kesempatan itu Kepala Negara antara lain mengingatkan agar didalam melaksanakan pembangunan, rakyat Indonesia hendaknya tidak berfikir terkotak-kotak atau kedaerahan, karena yang dibangun adalah seluruh daerah Indonesia.
Ketika mendengar bahwa kehidupan penduduk asli daerah itu dan para transmigran berlangsung secara rukun, bahkan penduduk setempat banyak belajar dari para transmigran mengenai cara bercocok tanam dan beternak yang baik, secara spontan Presiden menyatakan kegembiraannya. Dalam hubungan ini Presiden menjelaskan bahwa program transmigrasi yang memindahkan penduduk dari Jawa ke daerah-daerah, perludilaksanakan mengingat Pulau Jawa yang walaupun terkecil dari kelima pulau utama kita, namun Pulau Jawa mempunyai penduduk yang padat.
Selanjutnya Presiden Soeharto mengingatkan agar setiap desa di Indonesia mempunyai KUD, dan setiap warga desa menjadi anggota KUD. Dikatakannya bahwa kalau KUD berjalan baik, maka pemasaran hasil produksi adalah masalah pengangkutan dapat berjalan dengan baik pula. Baik tidaknya KUD tergantung pada partisipasi semua anggota, bukan semata-mata tergantung pada Kakanwil Koperasi.
SELASA, 24 MEI 1988
Pukul 20.45 malam ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan PM Gonzalez. Setelah beramah-tamah sebentar, kemudian Presiden dan Ibu Soeharto melepas keberangkatan tamu negara di halaman Istana Merdeka.
Sebelum mengadakan kunjungan perpisahan kepada Presiden Soeharto, tadi siang PM Gonzalez dan rombongan mengunjungi IPTN di Bandung ditemani Menteri Riset dan Teknologi/Direktur Utama IPTN, BJ Habibie. Sekembali dari Bandung, sore ini ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah duta besar asing, dan konferensi pers. Dalam konferensi pers ini Perdana Menteri Spanyol itu banyak memuji keberhasilan Indonesia dalam membangun.
RABU, 24 MEI 1989
Pada jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka Konferensi Menteri-menteri Penerangan ASEAN I di Bina Graha. Dalam kata sambutannya Kepala Negara mengingatkan kembali bahwa negara-negara ASEAN hingga sekarang masih dibanjiri oleh berita-berita yang di satu pihak hanya menguntungkan negara-negara maju dan di lain pihak merusak citra negara-negara yang sedang membangun. Presiden menandaskan bahwa hal ini jelas tidak adil dan perlu diubah.
Akan tetapi ia mengingatkan pula bahwa perjuangan untuk mengubah ketimpangan di bidang informasi dan komunikasi ini juga merupakan bagian penting dari perjuangan untuk mewujudkan Tata Dunia Baru di bidang politik dan ekonomi yang lebih adil. Bagi ASEAN, demikian ditegaskan Presiden, perjuangan ini merupakan bagian dari perjuangan untuk mewujudkan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, bebas dan netral.
JUMAT, 24 MEI 1991
Siang ini Perdana Menteri Thailand, Anand Panyarachun, tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan resmi di Indonesia untuk memenuhi undangan Presiden Soeharto. Ia akan berada di Jakarta sampai besok siang. Guna menghormat kunjungannya, mulai pukul 19.45 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam di Istana Negara.
Dalam pidatonya Presiden Soeharto mengatakan kedua bangsa memiliki persamaan-persamaan yang mendasar mengenai cita-cita untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat masing-masing. Kedua negara sama-sama ikut memperjuangkan terwujudnya dunia yang damai, adil dan menentramkan hati. Kedua Negara juga sama-sama menganggap penting hubungan persahabatan dan kerjasama antar bangsa-bangsa yang sedang membangun.
Penyusun Intarti, S.Pd