PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 13 Mei 1967-1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
SABTU, 13 MEI 1967

Pejabat Presiden hari ini di Istana Merdeka telah menerima surat kepercayaan surat kepercayaan dari Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Kerajaan Kamboja untuk Indonesia. Dalam pidato balasan atas pidato Duta Besar Kamboja yang baru itu, Pejabat Presiden menegaskan bahwa mau tidak mau Kamboja dan Indonesia harus hidup berdampingan secara damai, saling hormat-menghormati, karena sebenarnya antara kedua bangsa terdapat banyak persamaan. Persamaan-persamaan yang ada dalam berbagai bidang kehidupan menunjukkan bahwa di antara Indonesia dan Kamboja ada ikatan persaudaraan.




SELASA, 13 MEI 1969

Hari ini Presiden Soeharto telah menginstruksikan Menteri PUTL, Ir. Sutami, untuk meneruskan penelitian bagi pembangunan perumahan rakyat dengan harga murah, tetapi memenuhi syarat-syarat kesehatan. Instruksi ini diberikan ketika Ir. Sutami dan dua orang stafnya menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini.

Sementara itu Dewan Stabilitas Ekonomi yang bersidang di Istana Merdeka dibawah pimpinan Presiden Soeharto pagi ini telah membahas mengenai produksi ekspor dan industri. Dalam hal ini sidang menilai bahwa tampak adanya perkembang yang baik, terutama berupa meningkatnya mutu karet, produksi garam, gula dan lain sebagainya.




SABTU, 13 MEI 1972

Pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan Presiden Soeharto selama kunjungannya di jepang terungkap didalam pernyataan bersama pemerintah Indonesia dan Jepang yang dikluarkan hari ini secara serentak di Tokyo maupun di Jakarta. pembicaraan-pembicaraan tersebut menyangkut hubungan kedua negara, regional mapun internasional. Menyangkut hubungan kedua negara, dalam pernyataan tersebut Presiden Soeharto dan PM Sato mengatakan bahwa keduanya menyaksikan dengan puas kemajuan-kemajuan besar yang hingga kini telah tercapai dalam rangka bantuan resmi Jepang kepada Indonesia, dan menegaskan kembali perlunya kerjasama ditingkatkan di tahun-tahun mendatang. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto mencatat kebutuhan Jepang akan minyak yang berkadar belerang rendah guna menanggulangi masalah pengotoran alam yang semakin gawat dalam rangka usaha Jepang menyelaraskan berbagai segi pembangunan ekonomi dan sosialnya. Untuk ini Presiden Soeharto telah menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mengadakan minyak berkadar belerang rendah kepada Jepang sejumlah 58 juta kiloliter untuk masa waktu 10 tahun, supply mana adalah diluar supply melalui saluran-saluran komersial yang sekarang sudah berjalan.

Dalam pada itu Jepang akan memberikan kepada Indonesia suatu pinjaman tanpa ikatan berupa bantuan proyek dengan syarat-syarat lunak, termasuk pembiyaan kebutuhan-kebutuhan rupiah sejumlah 62 milyar yen. Bantuan ini dimaksudkan untuk pengembangan sektor perminyakan di Indonesia, dan tidak merupakan bagian dari bantuan Jepang kepada Indonesia dalam rangka IGGI serta bukan pula merupakan pembayaran di muka untuk minyak yang akan diserahkan. 





SELASA, 13 MEI 1975

Indonesia sangat menginginkan pengembangan ekonomi internasional yang berkembang kearah perataan pembangunan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Itulah inti petunjuk yang diberikan Presiden Soeharto kepada Menteri Perhubungan Emil Salim ketika ia menghadap Kepala Negara pagi ini di Cendana. Prof. Emil Salim menemui Presiden untuk melaporkan tentang keberangkatannya ke negeri Belanda dalam rangka simposium tentang Orde Ekonomi Internasional Baru.





KAMIS, 13 MEI 1976

Dua belas orang duta besar Indonesia yang berkedudukan di negara-negara anggota IGGI, siang ini menghadap Kepala Negara di Bina Graha untuk konsultasi. Mereka adalah Duta Besar Rusmin Nuryadin (Amerika Serikat), Duta Besar Sutopo Yuwono (Negeri Belanda), Duta Besar Atmono Suryo (Belgia), Duta Besar Gusti Rusli Noor (Denmark), Duta Besar Subono (Inggris), Duta Besar Aswimarmo (Italia), Duta Besar AJ Witono (Jepang), Duta Besar Achmad Tirtosudiro (Jerman Barat), Duta Besar RM Chusin (Kanada), Duta Besar Ahmad Tahir (Prancis), Duta Besar Sutikno Lukitodisastro (New Zealand), dan Duta Besar Wim Sukawati (Swiss). Duta Besar untuk Austria dan Australia, yang juga anggota IGGI, berhalangan hadir.

Dalam pertemuan konsultasi itu, Presiden Soeharto telah memberikan penjelasan kepada para duta besar tersebut mengenai masalah-masalah yang akan dihadapi dan dibahas dalam sidang IGGI mendatang. Penjelasan Kepala Negara mencakup uraian tentang keadaan ekonomi Indonesia serta kecenderungan di masing-masing negara didalam membantu Indonesia dalam kerangka IGGI.
Pertemuan berlangsung hampir dua jam penuh. Selain para duta besar tersebut, beberapa menteri dan pejabat ikut pula hadir dalam pertemuan itu. Antara lain tampak, Menteri Luar Negara ad interim, Jenderal M Panggabean, Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono.





SABTU, 13 MEI 1978

Diantar oleh Menteri Agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara, dan Direktur Jenderal Bimas Katolik, Djoko Mulyono, empat belas orang pemuka agama Katolik, Protestan, dan Islam dari Timor Timur siang ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Mereka menghadap untuk menyampaikan terimakasih kepada kKepala Negara atas perhatian yang diberikannya terhadap pembangunan Timor Timur, khususnya dalam bidang pembangunan keagamaan.

Kepada para pemuka agama ini, Presiden antara lain talah menggambarkan bagaimana pentingnya peranan yang dimainkan oleh umat beragama dalam usaha menegakkan stabilitas nasional. Dikemukakannya bahwa pemuka-pemuka agama juga turut berperan dalam menggerakkan umat beragama untuk mencapai cita-cita nasional.




MINGGU, 13 MEI 1979

Presiden dan Ibu Soeharto jam 07.15 pagi ini bertolak dari Bali menuju Waingapu, NTB. Dari Waingapu, Presiden dan Ibu Soeharto menuju desa Lailunggi, kecamatan Tambudung, Sumba Timur, untuk meninjau hamparan sawah yang mengalami serangan hama tikus. Ibu Tien Soeharto tiba di Bali dari Jakarta kemarin sore.

Menyaksikan dari dekat akibat hama tikus itu, Presiden mengatakan bahwa serangan hama terhadap pangan janganlah dibiarkan sebagai tontonan saja, melainkan harus segera ditanggulangi secara gotong-royong. Dinasehatkannya agar para petani di desa itu tidak hanya menanam satu jenis tanaman saja, sehingga kalau terjadi serangan hama terhadap sawah mereka, masih ada bahan makanan lainnya yang dapat dimakan.

Pada kesempatan itu Kepala Negara telah menyerahkan lima buah alat penyemprot hama, seratus hemposan tikus, 40 blander, 80 kilogram racun tikus dan setengah karung belerang. Untuk meningkatkan kualitas dan populasi ternak setempat, Presiden berjanji akan memberikan bantuan seribu ekor sapi bibit jenis Brahma kepada para petani.

Selesai inspeksi, sore ini juga Presiden dan Ibu Soeharto langsung kembali ke Jakarta.




RABU, 13 MEI 1981

Sembilan orang pengusaha Inggris yang bergabung dalam Senior UK Bussines Eksekutive Mission menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Misi kaum industrialis Inggris yang dipimpin oleh Lord Remnant itu mengunjungi Indonesia untuk mengetahui secara langsung perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan investasi.

Pada kesempatan itu, Kepala Negara memberikan gambaran tentang perkembangan ekonomi serta arah pembangunan ekonomi yang sedang dilaksanakan dewasa ini di Indonesia. Kepada para pengusaha Inggris itu juga dijelaskan mengenai peranan kerjasama internasional dalam proses pembangunan Indonesia.




SENIN, 13 MEI 1985

Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha membuka Kongres ke-3 Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi). Kongres tersebut akan berlansung sampai tanggal 16 Mei mendatang.

Dalam sambutannya antara lain mengingatkan bahwa dalam pengelolaan, rumah-rumah sakit hendaknya berpegang teguh kepada arah pembangunan kesehatan yang telah digariskan dalam GBHN. Dikemukakan bahwa dalam GBHN ditegaskan bahwa untuk mempertinggi taras kesehatan dan kecerdasan rakyat, pembangunan kesehatan perlu ditingkatkan lagi dengan mengembangkan sistem kesehatan nasional. Peningkatan kesehatan itu dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat, dan diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di desa maupun di kota.

Demikian antara lain dikatakan Presiden.

Jam 14.00 sampai 16.00 sore ini, bertempat di Istana Merdeka Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Perdana Menteri Rumania, Constantine Dascalescu, yang menjadi tamu Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah. Dalam kunjungan itu telah dilakukan tukar menukar cinderamata dan pembicaraan tidak resmi. Pembicaraan tersebut meliputi penjajakan terhadap kemungkinan-kemungkinan bagi peningkatan kerjasama antara kedua negara, terutama dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Aspek-aspek yang dibahas antara lain meliputi sektor pertambangan, industri dan pertanian.

Pada kesempatan itu PM Dascalescu telah mengulang lagi undangan Presiden Rumania agar Presiden Soeharto dapat mengunjungi negeri tersebut. Presiden Soeharto menyatakan menerima baik undangan itu, akan tetapi belum dapat menentukan kapan ia akan dapat memenuhinya.




SABTU, 13 MEI 1989

Presiden Soeharto pagi ini menerima tanda penghargaan dari Dewan Olympiade Asia (Olympic Council of Asia, OCA) yang disampaikan oleh Presiden OCA, Sheikh Fahad Al Ahmad Al Sabah di Istana Merdeka. Penghargaan yang berupa plakat emas itu diberikan OCA atas jasa-jasanya dalam memajukan olahraga di Asia.

Menyambut pemberian penghargaan itu, Presiden Soeharto menyatakan bahwa penghargaan tersebut sesungguhnya bukan hanya dirinya sendiri saja, melainkan juga untuk seluruh rakyat Indonesia. Ditambahkan oleh Kepala Negara bahwa olahraga bisa memegang peranan penting bagi usaha pembinaan hidup berdampingan secara damai diantara bangsa-bangsa di dunia.



SENIN, 13 MEI 1991

Hari ini di desa Ulusadang, Pinrang, Sulawesi Selatan, Presiden Soeharto meresmikan PLTA Bakaru, Jembatan Lassape dan sejumlah sarana penyediaan air bersih. PLTA Bakaru merupakan salah satu proyek pemerintah yang tersebar di wilayah Indonesia bagian Timur. Proyek-proyek air bersih yang diresmikan itu terletak di kota-kota Mamuju, Polewali, Pinrang, dan Rante Pao. 



Penyusun Intarti, S.Pd