PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Tugas ABRI Sebagai Alat Keamanan Dan Ketertiban Dalam Negeri

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Senin, 17 April 1978

Pukul 09.30 pagi ini, Presiden Soeharto bertindak selaku Inspektur Upacara pada acara serah terima jabatan Menhankam/Pangab dan Wapangab yang berlangsung di Parkir Timur Senayan. Dalam amanatnya Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa tugas-tugas ABRI sebagai alat keamanan dan ketertiban serta tanggungjawab ABRI sebagai kekuatan sosial masih akan diuji untuk kesekian kalinya. Sebagai stabilisator dan dinamisator, kesanggupan ABRI masih harus dibuktikan lagi dalam tahun-tahun menentukan yang akan datang.

Menurut Presiden, dalam tahun-tahun mendatang kita dihadapkan pada tantangan sosial dan panggilan hati nurani yang mendesak-desak, yaitu makin terasanya arah menuju keadilan sosial. Kita juga harus mampu memecahkan secara lebih efektif dan lebih mendasar berbagai masalah sosial yang masih besar lainnya, seperti perluasan kesempatan kerja, pendidikan, perumahan rakyat, dan kesehatan. Kita pasti akan melampaui saat-saat sulit, sebab semuanya itu berjalan serentak dengan waktu pergantian generasi, yang selamanya sulit dan rawan.

Dikatakannya pula bahwa dengan selesainya sidang umum MPR, tugas ABRI bukannya semakin ringan. ABRI harus ikut mengamankan, bahkan harus menjadi pelopor pelaksanaan segala keputusan MPR. Dan pada pelaksanaan keputusan lembaga negara tertinggi kita itu, sesungguhnya terletak ukuran berhasil atau gagalnya tugas kita, tugas rakyat yang diputuskan oleh rakyat untuk kepentingan rakyat. Hal ini lebih-lebih harus disadari oleh ABRI, justru tugas itu melekat pada sifat dan wujud Dwifungsi ABRI. Demikian Presiden Soeharto.


Selasa, 17 April 1979

Pada jam 10.30 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Aly Khashaba. Duta Besar Khashaba mengunjungi Presiden untuk menyampaikan pesan khusus dari Presiden Mesir, Anwar Sadat. Selesai bertemu Presiden Soeharto, ia menolak menjelaskan isi pesan khusus itu. Kepada pers ia mengatakan bahwa dalam pertemuan dengn Presiden Soeharto, ia lebih banyak mendengarkan penjelasan Presiden tentang posisi Indonesia dalam gerakan Non Blok.

Setengah jam kemudian, di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden Adam Malik. Dalam pertemuan selama 40 menit itu, Wakil Presiden melaporkan hasil kunjungannya ke Irak dan Turki yang berlangsung dari tanggal 8 sampai dengan 16 April kemarin.
Setelah menemui Presiden Soeharto, Adam Malik mengatakan bahwa Pemerintah belum menetapkan susunan delegasi Indonesia ke KTT Non Blok di Havana. Ia mengatakan bahwa sbelum mengambil sesuatu keputusan, Indonesia akan terus mengikuti persiapan-persipan yang dilakukan Kuba untuk menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi itu.

Setelah menghadap Presiden di Bina Graha siang ini, Menteri Perhubungan a.i. Radius Prawiro, mengatakan bahwa ia telah melaporkan tentang keadaan perusahaan bis kota yang tidak mampu lagi meningkatkan operasinya, sehingga pemerintah mengambil alih pengelolaan perusahaan-perusahaan itu. Perusahaan-perusahaan angkutan kota yang diambil alih oleh Pemerintah itu adalah PT Saudaranta, PT Arion, PT Marantama, PT Muri Asih, PT Solo Bone Agung, PT Medal Sekarwangi, PT Jakarta Transport, dan PT Ajiwirja. 

Publikasi Lita.SH.