PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto, 5 Maret 1979, - 1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Minggu, 5 Maret 1967

Seluruh  Kesatuan  Aksi Pusat di Jakarta, yang terdiri dari KAMI, KAPPI,KASI, KAWI,  KABI, KATI,  KANI, KAPI,  KAGI, dan  KAPNI, menjelang sidang  Istimewa MPRS telah mengeluarkan  pernyataan yang  isinya  menentang “ usaha-usaha sisa-sisa  pendukung  Soekarno” , yang  merupakan taktik Presiden Soekarno agar dalam jangka panjang  kembali memegang pimpinan negara.

Selasa, 5 Maret 1968

Pejabat presiden  menegaskan  pada rapat  kerja Transmigrasi  di Senayan, Jakarta bahwa  transmigrasi  bukanlah  sekedar  memindahkan  penduduk  dari daerah  yang padat  ke daerah  yang kurang  padat. Transmigrasi  haruslah diletakkan  pada kerangka  pemikiran  untuk memberikan  lapangan pekerjaan  yang lebih baik.

Rabu, 5 Maret 1969

Presiden Soeharto  malam ini di Istana   negara  menerima 30 orang  kepala Suku  dan delapan  wakil wanita Irian Barat. Dalam  acara  ramah-tamah tersebut, presiden didampingi  oleh  Ibu Tien Soeharto, Menteri  dalam Negeri dan Ibu Amirmachmud, serta Pembantu  Khusus  Menteri Luar Negeri untuk urusan  Irian Barat, Soedjarwo Tjondronegoro SH. Dalam kata sambutanya , presiden mengatakan  bahwa kita harus membangun  negara kita. Untuk  itu kita  harus  membangun  daerah kita sendiri, kabupaten kita sendiri, lingkungan  kita sendiri,  bahkan mulai  dengan membangun kampung  kita sendiri. Namun  ini tidak  berarti  pembangunan kita  bercerai berai  karena  ia merupakan  bagian  dari  pembangunan nasional. Dan  untuk mencanangkan pembangunan  di daerah-daerah  di Iriaan Barat, presiden  Soeharto  pada kesempatan itu telah  menyerahkan  sebuah  gong  kepada masing-masing  kepala suku, disamping bendera merah-putih dan foto presiden  sebagai  kenang-kenangan.

Semangat  itu, seorang  kepala suku  yang berttindak  sebagai  Ketua Gerakan  Merah –putih, dan mewakili kepala-kepala suku lainnya, membacakan sebuah pernyataan yang  menyatakan bahwa  Irian Barat  adalah  mutlak wilayah negara kesatuan RI. Pernyataan  yang senada juga disampaikan oleh seorang  wanita  Irian Bara, yang  dalam hal ini diwakili oleh Ny. Omin, serang anggota DPR-GR.

Kamis, 5 Maret 1970

Presiden Soeharto  menginstruksikan  kepada bulog agar pembelian beras  dalam negeri  dilakukan  pada waktu –waktu  yang tepat, jumlah yang  diperlukan, kualitas yang disyaratkan,  serta memegang teguh ketentuan-ketentuan  harga minimum yang  telah ditetapkan. Demikian antara lain amanat presiden soeahrto  pada pembukaan rapat kerja Bulog di Istana Negara hari ini.
Presiden  juga meminta agar perhatian kepada petani  diutamakan  dengan memikirkan cara yang lebih untuk mengurangi  kesusutan padi sejak darimpanen, lumbung penyimpaan, sampai  kepenggilingan. Para  peserta raker diingatkan  oleh presiden bahwa  ekonomi kita  masih  merupaakan “ekonomi beras”, sehingga stabilitas harga beras masih merupakan kunci terpenting bagi terwujudnya stabilitas ekonomi dan  suksesnya Pelita.

Selasa, 5 Maret 1974

Presiden Soeharto pukul 09.00  pagi ini mengadakan  pembicaraan dengan presiden Nauru, Hammer dr  robert, di Bina Graha. Dalam pembicaraan yang berlngsung  lebih kurang setengah  jam itu antara lain telah disinggung  kemungkinan  kerjasama ekonomi diantara kedua negara. secara khusus  kedua pemimpin telah  membahas kemungkinan  mengadakan  joint venture  untuk  memproduksi pupuk fosfat.

Presiden Soeharto  pagi ini memimpin sidang  dewan stabilisasi ekonomi Nasional di Bina Graha. Ada  beberapa hal pokok  yang telah dibicarakan dan diputuskan oleh sidang, antara lain adalah, pertama,  pelayanan pelabuhan  Tanjung Priok diingatkan sesui dengan meningkatnya volume kegiatan pembangunan dalam pelita II. Peningkatan yang akan mulai diberlakukan  pada tanggal 1 april  mendatang, dilengkapi  dengan penyederhanaan  prisedur pengeluaran  barang impor. Kedua,  memberi  kesempatan  kepada umum untuk mengimpor  bahan-bahan  keperluan  dalam rangka  pelaaksanaan Pelita II, seperti  semen dan besi  beton. Ketiga,  penambahan produksi  pupuk urea  dengan membangun  Pusri  II dan III, sehingga  diharapkan bahwa  pada waktu  penyelesaiannya  nanti ketiga unit  Pusri  mempunyai  kapasitas  satu juta ton pupuk  urea.  Keempat, karena pupuk  fosfat  masih dibutuhkan, maka  perlu dicari kemungkinan membangun  pabrik pupuk fosfat.

Rabu, 5 Maret 1975
 
Kepala  Negara pukul 09.00  pagi ini di Istana  Merdeka menerima  kunjungan Menteri  Perdagangan  Luar Negeri Prancis,  Nobert  segerd. Dalam  pertemuan tersebut telah dibicarakan  tentang  peningkatan  kerjasama  antara kedua negara dalam bidan ekonomi. Untuk  itu presiden Soeharto menyetujui  langkah untuk membentuk  kelompok  kerja yang terdiri atas unsur  pemerintah dan swasta; kelompok kerja tersebut   disepakati untuk mengadakan  konsultasi, pertukaran imformasi  dan melakukan  penelitian-penelitian  yang  dapat mendukung  program kerjasama  ekonomi antara kedua negara.

Pada kesempatan  itu presiden  juga  telah  menguraikan tentang  pentingnya  posisi ASEN  sebagai  kawasan yang menghasilkan  produk-produk pertanian. Oleh karena itu kepala Negara mengharapkan  agar  prancis  dan Eropa pada umumnya  memberikan  perlakuan yang wajar  terhadap  produk-produk pertanian yang menghasikan  oleh negara-negara  prancis ini,  presiden soeharto  menyampaikan undangan kepada presiden Valery Giscard d”Estaing untuk mengunjungi Indonesia.

 Menteri  pendidikan  dan kebudayaan, Sjarif Thajeb, jam  10.00 pagi ini menghadap  presiden Soeharto  di Istana  Merdeka  bersama sekertaris  Jenderal T  Umar Ali, dan Inspektur  Jenderal, Mayjen .  Supardi. Kedatangannya   adalah  untuk  melapor tentang  pelaksanaan pekan  orientasi  studi Mahasiswa (Posma)  di seluruh tanah air . kepada  kepala Negara , ia  menjelaskan tentang  penyimpanan-penyimpanan  yang terjadi   dalam  penyelenggaraan  posma itu. Oleh karena   penyimpanan-penyimpanan  tersebut jelas  melanggar  ketentuan-ketentuan  yang ada, maka  pemerintah  akan mengambil  tindakan-tindakan  yang setimpal, sehingga  tindak penyelewengan tidak berrulang kenbali di masa depan. Demikian dikatakan Sjarif Thajeb usai pertemuanya  dengan presiden.

Sabtu, 5 Maret 1977

Presiden  Soeharto  pagi ini menerima  para peserta rapat kerja  Kejaksaan  di Istana  Merdeka. Rapat  kerja ini  dihadiri  oleh Jaksa  Agung , jaksa  agung muda  dan jaksa   tinggi  seluruh  Indonesia.
Dalam pertemuan itu, ia menyatakan  antara lain bahwa  hukum  harus menjadi  senjata  yang tidak  mungkin dielakkan  bagi siapa  saja  yang bersalah. Disamping  itu, hukum juga harus  menjadi  pengayom yang mententramkan  hati bagi siapa saja  yang benar. Untuk  itu para  penegak hukum itu sendirilah  yang pertama-tama  harus patuh  dan taat kepada  hukum,  sehingga masyarakat  mendapat  suri tauladan  yang baik. Tugas ini  pasti akan  terselesaikan  dengan baik  apabila seluruh  aparat  kerjasama  terus mempertinggi  kemampuan teknis  dan memperkuat  sikap  mental  yang  baik. Itu adalah loro-loroning  atunggal  dari persyaratan  yang harus dipenuhi dalam menegakan  hukum.

Panglima Pasukan  Keamanan PBB (UNEF)  di Timur  Tengah,  Mayjen  Rais,  siang ini  menghadap  Presiden Soeharto  di Istana Merdeka. Setelah menghadap  ia  menjelaskan kepada pers  bahwa  Presiden Soeharto    telah  menjelaskan  kepadanya  bahwa  Indonesia  akan  tetap berpartisipasi  dalam UNEF. Ia juga  menyatakan  bahwa  Presiden Soeharto telah menyatakan kesediaanya  untuk tetap menjaga  segala usaha  yang dilakukan PBB.

Senin, 5 Maret 1979
 
Pembicaraan  tidak resmi tahap  kedua  antara  Presiden Soeharto  dan PM Husein Onn dilanjutkan  pagi ini,  mulai jam 10.00  di Gedung  Negara. sebagaimana  halnya  kemarin, hari ini pun  kedua belah pihak  tidak mengeluarkan sesuatu  keterangan mengenai seluk beluk pertemuan itu.
Selesai pertemuan, presiden mengajak  PM Husein On n dan  rombonganya  meninjau desa Bibis, kelurahan bangun Jiwo, kecamatan  Kasihan. Kabupaten bantul. Di desa  yang didalam  masa revolusi pernah menjadi  markas pasukan Letnan  Kolonel  Soeharto  ini, sekarang terdapat  sebuah  monumen yang diberi nama Monumen Perjuangan  Dukuh Bibis memang  dibangun untk mengenang  perjuangan mempertahankan kemerdekaan  yang dilakukan  rakyat  bersama pasukan  TNI yang dipimpin oleh Letnan  kolonel soeharto. Monumen  ini terdiri dari tiga  bangunan pokok yaitu Pendopo  Joglo, museum dan rumah asli kepala dukuh  Bibis,

Rabu, 5 Maret 1980
 
Pagi ini Presiden Soeharto  memimpin sidang  kabinet  terbatas  bidang ekuin di Bina Graha. Sidang  antara lain telah  membahas  masalah panen  yang sudah  dimulai  beberapa  daerah , serta  masalah naiknya harga semen dan kertas  akhir-akhir ini. Sidang berkesimpulan bahwa keanikan harga semen, disamping karena meningkatnya  permintaan sehubungan dengan banyaknya jembatan karena pelabuhan  yang  dibangun. Begitu juga, peningkatan harga kertass yang disebaban oleh kebutuhan  yang sangat meningkat  di berbagai kota di Indonesia.

Untuk mengatasi  masalah panen,  presiden telah menginstruksikan agar KUD  meningkatkan  pembelian gabah dari petani, sedangkan  Dolog  meningkatan  kemampuannya  untk  menampung  gabah dari  KU. Dengan  demikian diharapkan tidak terjadi kenaikan harga  sehubungan dengan  terjadinya  panen yang bresamaan  di beberpa  daerah. Untuk  mengatasi  masalah kertas, sidang  memutuskan  untuk membangun pabrik kerta di Sumatera, Jawa, dan kalimantan. Demikanlah  antara lain beberapa  masalah yang dibahas  dalam sidang kabinet yang berlangsung  selama lebih dari  tiga jam  itu hari ini.

Bantuan  presiden  berupa 960 ekor ternak untuk Sulawesi  Tenggara  hari ini diserahkan oleh  kepala  biro bantuan presiden, Zahid Husein,  pejabat Gubernur  Sulawesi  Tenggara, Eddy Djadjang  Djajaatmadja, di  pusat Peternakan  Sidera, kabupaten Donggala. Ternak  bantuan presiden itu berupa 540 ekor sapi asal Ujung Pandang, 400 ekor kambing asal  Ottawa.  Jawa Timur  dan lokal, serta  20 ekor sapi perah. Dalam  kesempatan yang sama. Zahid  Husein menyerahkan baantuan presiden sebanyak Rp 6 juta dalam bentuk   daftar  Isian  proyek  (DIP) untuk  penyelesaian pembangunan  masjid Jawaili Kabupaten Donggala.

Senin, 5 Maret 1984
 
Menteri pariwisata, pos, dan  telekomunikasi, Achmad Tahir, jam  09,30  pagi ini  menghadap  Presiden Soeharto  di Bina Graha. Ia menghadap  untuk melaporkan  tentang  rencana  penyeenggaraan  pertemuan  organisasi –organisasi  pariwisata  nasional ASEAN  yang akan  berlangsung  di Jakarta  pada tanggal  15 sampai  17 Maret  mendatang. Selain  itu Achmad  Tahir  juga  melaporkan  tentang  pembuatan  satelit  pengganti  satelit  Palapa B-2  Satelit  pengganti  tersebut  mulai  dikerjakan  dalam bulan  Maret ini  juga  diharapkan  selesai  dalam waktu 24 bulan.
Dalam pertemuan  tersebut  presiden  telah memberikan  persetujuannya terhadap  pembuatan  satelit  penggganti  Satelit  Palapa  B-2  yang  gagal  diorbitkan  beberapa  waktu yang lalu. Demikian  dikatakan  oleh Menteri Pariwisata Pos, dan  Telekomunikasi.

Selasa, 5 Maret 1985
 
Pukul 09.00 pagi ini bertempat  di istana  Merdeka, telah dilangsungkan  lagi konsultasi  antara  pimpinan DPR  dengan  presiden Soeharto. Dalam pertemuan  konsultasi  pagi ini. Ketua DPR,  Amirmchmud tellah n mengemukakan berbagai masalah  dan kegiatan DPR. Hal itu  antara lain menyangkut  team kecil yang  dibentuk untuk menangani  masalah empat anggota DPR Fraksi Persatuan  Pembangunan yang di-recall oleh partai itu.

Rabu, 5 Maret 1986
 
 Sidang kabinet  terbatas  bidang  Ekuin  yang terbuka  dan dipimpin oleh  presiden Soeharto  berlangsung  pagi ini  di Bina Graha. Sidang  tersebut  antara lain  telah  membahas  laporan  wakil  presiden  Umar wirahadikusumah  mengenai  pelaksanaan  laporan  wakil presiden 1986  dan rencana  pengawasan  tahun 1986/1987, yang  telah dibahas  dalam rapat  koordinasi pengawasan.
Juga telah dibahas  dalam sidang  itu antara lain Surat  keputusan  menteri  Perdagangan  yang  menetapkan PT Serat  Bina Tekstil  indonesia  sebagai pelaksana pengadaan serat kapas  untuk kebutuhan  industri  tekstil dalam Negeri, selain  itu juga  dilaporkkan tentang  pengadaan stok  berbagai barang  kebutuhan strategis, pembinaan industri kecil, pembangunan pertanian, pengawasan  pembangunan  dan indikator ekonomi.

Di bidang  pengawasan  pembangunan  dilaporkan bahwa untuk melaksanakan  program pengawasan tahun  1986/1987  telah disusun pokok-pokok  kebijaksanaan yang ada. Tujuan  kebijaksanaan ini adalah, pertama, peningkatan  efisiensi  di semua  sektor pemerintahan  dan pembangunan,  termasuk penyederhanaan prosedur  kerja dalam rangka peningkatan pelaayanan kepada masyarakat ; dan ketiga, peningkatan  efisiensi  dan efektifitas  pengawasan.Sementara itu didalam   sidang  hari ini juga diungkapkan  bahwa jumlah uang  yang beredar  dalam bulan Desember  1985 sekitar Rp 9.906  trilium.  Laju inflasi  bulan  Februari  tercatat  sebesar  0,7% , sedangkan  inflasi  tahun anggaran  adalah 6,09%  (sampai  Januari  5,39%). Neraca  pembayaran  sementara  di bulan  Desember  1985 terjadi  surplus  U$$696,5 juta.

Pukul 12.00 siang ini di Bina Graha. Presiden Soeharto  menerima  27 orang gubernur  seluruh Indonesia  yang didampingi  oleh Menteri  dalam Negeri.  Dalam pertemuan yang berlangsung  lebih kurang  satu jam itu, kepala Negara meminta kepada para  gubernur  untuk tidak  putus  asa  menghadapi  memang  akan lebih besar , karena  penerimaan negara dari sektor minyak akan  menurun. Hal ini dengan sendirinya  menpengaruhi anggaran pendapatan  danbelanja   negara.

Diungkapkan oleh presiden menurunya  penerimaan negara dari sektor minyak, APBN  1986/ 1987 yang  telah disetujui  untuk disahkan DPR  adalah sebesar Rp 21,421,6 miliar, ini berarti  terjadi penurunan sekitar  7%  dari APBN  1985/1986  yang jumlahnya  sebesar  Rp 23,046 miliar  sehubungan  dengan itu para  gubernur  diminta  oleh  Kepala Negara agar lebih ketat  ia menjalankan  roda pemerintahan. Selain itu diinstruksikan  agar gubernur berusaha  mengembangkan  komoditi  non-migas  di  didaerah masing-masing, yakni  dengan  meningkatkan  untuk  komoditi  tersebut, sehingga  dapat  bersaing  dengan  produk dari negara  lain.

Sabtu, 5 Maret 1988
 
Pukul 10.30 pagi ini, presiden Soeharto  menerima  para pendiri  dan pengurus  Yayasan  17-8-45 di Istana Merdeka  Mereka adalah Roeslan  Abdulgani, Mh, Isnaeni , BM  Diah, dan Soepeno Soemardjo. Dalam  pertemuan itu presiden soeharto  mengisyaratkan  agar  calon wakil presiden yang  sekiranya tidak  mungkin mendapat  suara  terbanyak, sebaiknya mengundurkan  diri atau  memberi kesempatan kepada  calon  yang mungkin  mendapat  suara terbanyak. Dengan   cara  yang demikian  pemilihan wakil presiden nanti merupakan hasil  musyawarah  mufakat  secara   bulat. Selanjutnya  dikemukakan  bahwa  kalau calon-calon  yang ada  itu tetap  dipertahankan, juga  bisa, tetapi  kita akan memperoleh mufakat yang  lonjong atau oval.

Semua  fraksi dalam MPR hari ini menyatakan   menerima  baik laporan pertanggungjawaban   Presiden Soeahrto  selaku mendataris   MPR.  Secara umum semua fraksi  berpendapat  bahwa  mandataris  telaah  melaksanakan  tugas  konstitusional  dan  amanat  rakyat  denngan baik.
Fraksi  persatuan  pembangunan  menilai  presiden/ mandataris MPR  telah  mampu melaksanakan  GBHN  dan ketetapan – ketetapan  MPR, sehingga  persatuan dan kesatuan  bangsa  semakin  kukuh  dan pembangunan  sebagai  upaya  untuk meningkatkan  kesejateraan  rakyat  dan  dilaksanakan  sesuai batas-batas  kemampuan yang ada. Fraksi  Partai  Demokrasi  Indonesia  mencatat, mengakui  dan menghargai hasil pembangunan  yang secara  nyata, Presiden Soeharto  telah bekerja  dengan  tekun, arif  dan bijaksana  sejalan  dengan  ketetapan  MPR dan  GBHN  melalui  perananya  sebagimana  landasan  untuk repelita V  menuju  tahap tinggal landas.

Senin, 5 Maret 1990

Pukul 10.00  pagi ini  presiden Soeharto  membuka  rapat  kerja  Badan  Pertanahan Nasional  (BPN),di Istana  Negara. Dalam  pengarahannya, kepala  Negara  antara lain  mengingatkan  bahwa  masalah  tanah  semakin    penting  karena luas tanah  tetap,, sedangkan  jumlah manusia bertambah. Dikatkannya  pula bahwa  dalam zaman pembangunan  masalah tanah  menjadi  masalah  lintas  sektoral, sebab  di dalamnya  menyangkut masalah  ekonomi, sosial , budaya , politik  dan perahanan,,keamanan. Namun  demikian, semua  kebutuhan  akan  tanah  harus  dipenuhi  dengan baik-baiknya tanpa  merugikan yang lain. Jadi  kita harus pandai-pandai  menanganinya, sehingga  memberi  maanfaat  yang sebesar-besarnya  bagi kemajuan  dan kesejateraan bangsa.