PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 18 Maret 1966 - 1993

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Jum,at, 18 Maret 1966

Menyusul penangkapan terhadap menteri –menteri pimpinan MPRS membersihkan majelis itu dari anggota-anggota  PKI beserta  simpatisannya.Sementara itu pimpinan  DPR-GR memecat 63 angota PKI dari Keanggotaan DPR-GR, dan Angkatan  Kepolisian membebaskan 384  anggota  AKRI dan 49 Pegawai sipil yang berindikasi  terlibat  dalam G-30- S/PKI.

Letjen  Soeharto  atas nama Presiden dalam  Instruksi  No.  2/3/1966,  menyeruhkan  kepada  semua pimpinan  universitas, perguruan tinggi dan  sekolah-sekolah  untuk memulai  kembali  pengajaran  dan perkuliahan  sebagaimana biasanya.

Rabu, 18 Maret 1970

Diantar  oleh Wakil  PM  Tuan  Abdul  Razak, pada hari ketiga atau hari terakhir  kunjungannya, Presiden  Soeharto  melakukan perjalanan  darat  sejauh  74 mil ke utara  Kuala Lumpur, untuk  meninjau  berbagai proyek pembangunan di  pedalaman  Malaysia. Proyek  yang di kunjunginya  adalah “Pusat Rancangan  Perkembangan  Tanah Persekutuan” di Sungai Dusun  Tanjong  Nalia.proyek pedesaan seluas  8.135 akre yang ditanami karet dan kelapa  sawit  ini oleh para  pejabat  Malaysia  diberi nama “Kampong Pak Harto”.

Dalam  jamuan  makan untuk menghormati  Timbalan  Yang  Dipertuan  Agong  di Kuala Lumpur  malam ini Presiden Soeharto  antara  lain  mengatakan  bahwa  konsep ketahanan  nasional adalah satu-satunya jawaban  bagi tantangan  yang dihadapi  Asia Tenggara. Ketahanan  nasional  yang meliputi  ketahanan  ideologi nasional  itu bersumber pada kepribadian  masing-masing  bangsa yang didukung  oleh seluruh  kekuatan bangsa. Selanjutnya  ia juga  memuji usaha-usaha  yang dilakukakan Malaysia  untuk  memperkokoh  persatuan  dan menciptakan suatu  kehidupan  yang harmonis.  “Saudara mendapat dukungan penuh  dan harapan-harapan  baik  kami  dalam  usaha-usaha saudara  membangun suatu negara  yang kuat  dan bersatu” demikian jaminan Presiden Soeharto.

Sementara  berada di Malaysia, Presiden Soeharto  telah  memutuskan agar kapal “Gambela” milik perusahaan Kie Hock, yang  dewasa ini  berada di Penang, Malaysia, dan mengangkut  sekitar 700 jemaah haji  indonesia,  diizinkan memasuki Indonesia  untuk satu kali, guna  mengembalikan  jemaah haji Indonesia  yang terkatung –katung  di Malaysia.  Sebagaimana  diketahui  kapal Gambela  sebelumnya  telah dimasukkan dalam  daftar  hitam oleh Pemerintah  RI,  karena  mengangkut  jemaah haji “ perseorangan “yang  dilarang  oleh pemerintah, sehingga  dilarang  memasuki  perairan Indonesia.

Sabtu, 18 Maret 1972

Siang ini Presiden Soeharto menerima  21 orang  kepala suku  Daya  dari Kalimantan   Barat di Istana  Merdeka. Mereka  telah berjasa dengan membantu  ABRI  dalam menumpas  gerombolan  PGRS  di daerah itu. Dalam  sambutannya, presiden  mengatakan bahwa  pemerintah  pusat  mengirimkan  pasukan ke Kalimantan  Barat  karena  menyadari perlunya segera  memberantas  gerombolan  itu untuk  menjamin ketertiban  dan keamanan. Sambil  mengucapkan  terimakasih atas kesediaan rakyat  suku Daya  untuk membantu  operasi-operasi  militer, Jenderal  Soeharto  mengatakan  bahwa  tanpa  bantuan rakyat satuan-satuan bersenjata tidak  akan berhasil . Pada kesempatan  itu presiden  telah memberikan kenang-kenangan  berupa  bendera merah putih, foto presiden  dan Ibu Tien  Soeharto, radio  transistor, jam tangan, benih padi gogo, benih padi sawah,  bibit jagung, kacang tanah, kedele dan cengkul, kepada setiap kepala suku.

Senin, 18 Maret 1974

Ratu Elizabeth  II  dari Kerajaan  Inggris  hari ini tiba  di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. dalam  rangka kunjungan kenegaraan di Indonesia  sampai tanggal  22 Maret .Ini merupakan  kunjungan pertama dari Kepala Negara Inggris  di Indonesia. Di  Tanjung  Priok,  Ratu Elizabeth  dan rombongan disambut  oleh  Presiden  Soeharto dan Ibu Tien.

Malam ini presiden  Soeharto  menyelenggarakan  jamuan  makan malam  kenegaraan  untuk menghormat kunjungan  tamunya. Dalam  pidatonya  presiden Soeharto  antara lain mengatakan  bahwa  kunjungan  Ratu  Elizabeth  sebagai babak  baru  yang penting  bagi saling  pengertian  dan  persahabatan  antara kedua bangsa. Selanjutnya  dikatakan  bahwa  Indonesia  sebagai suatu negara yang sedang  membangun telah ikut  merasakan  manfaat  dari segi-segi kuat dan positif dari bangsa Inggris, antara  lain  berupa  tenaga-tenaga  ahli dan modal Inggris  yang menyertai  pembangunan  indonesia.

Berbicara  lebih jauh  mengenai  kerjasama  internasional, Presiden mengemukakan  pendapatnya  mengenai  perlunya  segera dikembangkan  tata hubungan antara semua  bangsa  dan kerjasama  untuk  maksud –maksud  damai dan kesejateraan  seluruh umat manusia. Tata  hubungan  dan kerjasama  itu mempunyai  tujuan baru untuk membuat  semua bangsa  mampu berdiri  sendiri, mampu menyelesaikan  masalah-masalah  dalam  rumah tangga  sendiri,  disamping  mampu membangun masa depan  menurut  cara yang dipilihnya  sendiri.  Demikian ditandaskannya.

Pandangan  presiden ini disetujui  sepenuhnya oleh Ratu  Elizabeth.  Dalam sambutannya, Ratu Inggris  mengatakan bahwa  hanya  dengan  kerjasama  internasional  sepenuhnya  kita dapat mengatasi  kesulitan-kesulitan kita bersama.

Selasa, 18 Maret 1975

Presiden Soeharto  pukul 09.00 pagi ini  menerima  Teungku  Muhammad  Daud Beureueh, seorang ulama dan Pemimpin  Aceh  yang sangat  terkenal, di ruang kerjanya di Bina Graha. Tidak di ketahui  persoalan  apa yang dibawa kepada  Kepala Negara  oleh  bekas pemimpin  gerakan  Darul  Islam di Aceh itu.

Jam 10.00 pagi ini kepala Negara  memimpin  sidang  Dewan  Stabilisasi  Ekonomi Nasional di Bina Graha. Sebagai salah satu keputusan sidang ini adalah instruksi  presiden  kepada Menteri  Negara  Ekuin/ Ketua  Bappenas,  Widjojo  Nitisastro, Menteri  Dalam Negeri, Amirmachmud, dan Menteri Keuangan,  Ali wardhana, untuk mengkoordinasikan  usaha  perbaikan prasarana  sosial, khususnya  sekolah- sekolah, rumah-rumah sakit, dan puskesmas-puskesmas  di daerah –daerah  yang terkena  bencana alam.

Usai sidang, presiden  mengadakan pertemuan  dengan  Menteri Negara  Ekuin/ Ketua  Bappenas, Menteri keuangan, Menteri PAN, dan  Gubernur  Bank Sentral ,Rachmat  Saleh. Tidak  diketahui pokok  permasalahan  yang  dibahas  dalam pertemuan tersebut.

Kamis, 18 Maret 1976

Pukul 10.00 pagi ini  di Bina Graha, presiden  Soeharto menerima enam jilid  buku Sejarah  Nasional Indonesia  dari Menteri  pendidikan dan Kebudayaan, Sjarif  Thajeb. Menteri  Sjarif Thajeb  menghadap  kepala Negara  bersama  team penyusun  buku sejarah  tersebut,  yang antara lain  terdiri  atas  prof. Dr. Nugroho Kartodirjo,Dr. Marwati  Djuned Pusponegoro, dan  Dr. Nugroho Notosusant. Buku  yang terdiri  atas lebih kurang  3.000 halaman   itu dikerjakan  selama  empat tahun  dan mencakup periode sejarah  Indonesia  dari prasejarah  sampai tahun 1966.
Pada kesempatan itu Kepala Negara  menginstruksikan  kepada  Menteri  P dan K  agar  menjadikan buku tersebut  sebagai  buku standart  untuk pelajaran sejarah  bagi semua sekolah negeri.

Kepala Negara  mengatakan  bahwa  keluarga  berencana  harus  dapat  dirasakan sebagai  kebutuhan  dari setiap keluarga  untuk membina  keluarga bahagia, membina masyarakat  tentram  dan membangun  negara. Ia  menilai  bahwa  usaha-usaha yang dapat membudayakan  keluarga  berncana dalam  kehidupan masyarakat  sangatlah penting, karena usha-usaha tersebut menanamkan niat  dasar  dan dorongan  kepada  setiap keluarga  untuk  melaksanakan  keluarga  berencana. Namun  diingatkannya bahwa  keberhasilan  keluarga  berencana,  harus dirasakan  sebagai salah satu  tugas  nasional yang penting, dan harus  ditangani  bersama  oleh pemerintah  dan masyarakat. Demikian antara lain  dikatakan  presiden  Soeharto  dalam  sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh  Menteri  Negara  kesejateraan  Rakyat, Prof. Sunawar Sukowati, pada  pembukaan  rapat  Dewan pembina Keluarga  Berencana ke-3  di Jakarta hari ini.

Jum,at, 18 Maret 1977

Presiden  Soeharto  menyetujui diorama  di museum  sejarah  Monumen  Nasional yang  menggambarkan  suasana  menjelang  dikeluarkannya  Surat  Perintah  11 Maret, sebagai  awal  berdirinya Orde Baru  dalam sejarah Indonesia. Demikian dijelaskan oleh  Kepala pusat sejarah  Hankam, Brigjen. (Tit) Nugroho  Notosusanto, ketika  mendampingi  presiden dan Ibu Soeharto  meninjau  museum  sejarah  Monas. Dalam  diorama Supersemar   itu digambarkan  suasana  yang  sebenarnya,  dimana  jenderal Soeharto, yang sedang berbaring  sakit  di kediamannya  di  Jalan Irian,  Jakarta  Pusat, menerima Mayjen.  Basuki  Rachmat,  Mayjen.  M Jusuf, dan brigjen. Amirmachmud. Pada  bagian  lain, presiden  Soeharto  menyarankan agar ketika naskah proklamasi  dipertunjukan  dapat  dibarengi  dengan suara asli Bung Karno.

Kamis, 18 Maret  1982

Presiden  Soeharto  telah menyetujui  penerapan  inovasi teknik  baru  dalam peningkatan  produksi  pangan  di Indonesia. Teknik  baru  itu ialah  dengan  menggunakan  enzime Cytzoyme  yang terbukti mampu  meningkatkan  produksi. Demikian  dikatakan  oleh Menteri  Muda  Urusan  Produksi  pangan,  Achmad  Affandi, setelah  diterima Presiden Soeharto  di Istana Merdeka  pagi ini. Menurut  Affandi, sekarang  ini pemakian  Cytozyme telah tersebar  di delapan  provinsi  di indonesia dengan areal percobaan sekitar 2.000 hektar.  Hasilnya  menunjukan  kenaikan produksi antara 1,8 ton 2 ton gabah  kering.

Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan  pertemuan empat mata dengan  Wakil Perdana Menteri  Malaysia, Datuk  Musa  Hitam.  Pembicaraan  itu  berlangsung  selama  lebih kurang  satu  setengah  jam.  Menurut  Menteri/ Sekertaris Negara sudharmono, pembicaraan  antara  kedua  pemimpin itu mencakup bidang ekonomi,pemasaran  timah,  ketahanan  nasional, masalah tenaga kerja Indonesia  di Malaysia, dan  masalah  Kamboja. Menyangkut kerjasama ekonomi, presiden dan  wakil  PM Malaysia itu  sependapat  perlu ditingkatkan dan harus  saling  melengkapi.

Presiden  Soeharto  hari ini  menginstruksikan  Menteri   Tenaga  Kerja  dan Transmigrasi,  Harun Zain, untuk  meneliti  pembelian  rumah-rumah  mewah yang di peruntukan  bagi  Direksi perum  Astek.  Presiden  berpendapat  bahwa  dalam keadaan  seperti sekarang  ini  kita  harus menenggang perasaan orang lain. Demikian  dikatakan  Harun  Zain  setelah menghadap kepala Negara hari ini di istana Merdeka.

Senin, 18 Maret 1985

Jam 09.00 pagi ini, presiden  Soeharto  menyambut  kedatangan  perdana  Menteri  Malaysia,  Mahatir  Mohamad,  di pelabuhan  udara internasional  Halim perdanakusuma. PM  Mahathir  beserta  rombongan  riba di Jakarta  dalam rangka kunjungan  kerja  selama  dua hari. Pagi  ini juga, yaitu  pada  pukul 11.30, berlangsung  pembicaraan  tahap  pertama antara kedua kepala pemerintahan  di Istana  Merdeka.

Malam ini presiden dan Ibu Tien  Soeharto  PM  Mahathir  beserta rombongan dalam acara  jamuan makan malam. Jamuan makan malam yang berlangsung di Istana  Negara  itu  dihadiri  pula oleh  wakil  presiden dan Ibu Umar wirahadikusumah serta  pejabat  tinggi  lainnya.

Selasa,18  Maret 1986

Pukul 09.00  pagi ini presiden soeharto  mengadakan  pembicaraan  resmi  dengan  PM  David  Lange  d Istana  Merdeka. Dalam  pembicaraan  yang berlangsung selama  dua jam  dalam suasana akrab dan bersahabat itu, kedua kepala pemerintahan sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, terutama dalam rangka mendorong kerjasama  teknik  antara-antara  negara-negara  berkembang,termasuk negara-negara di kawasan pasifik. Kedua pemimpin  saling menjelaskan  filsafat  negaranya, yang dapat  dijadikan  landasan  kerjasama, baik  bilateral  maupun  regional  Pasifik .

Rabu, 18 Maret 1987

Kepala  Negara  berharap  agar  pelaksanaan kampanye  pemilihan umum yang akan  datang  tidak  menimbulkan  gejolak  apaun. Dikatakannya  bahwa  adalah tanggungjawab  bersama, baik organisasi  peserta  pemilihan umum, aparat keamanan maupun  masyarakat  luas, untuk menciptakan  suasana yang tertib  selama berlangsungnya  kampanye. Kepala Negara  menyeruhkan  agar  para  peserta  pemilihan umum  berkampanye  dengan sehat, mengingat Pemilihan Umum  1987 adalah pemilihan umm  pertama setelah semua pihak menerima  pancasila  sebagai  satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara  dan bermasyarakat.
Hal itu  dikatakan presiden kepada  Menteri  Penerangan  Harmoko yang menghadapnya  di Cendana pagi ini.  Menteri  Harmoko  datang   untuk melaporkan tentang  kesiapan  RRI  dan TVRI  didalam menyelenggarakan  siaran kampanye.

Sementara  itu Presiden berjanji  akan memberikan  bantuan  berupa  tujuh juta benih tanaman  coklat  hibrida  bernilai Rp 650 juta  untuk dikembangkan oleh para petani  di Kabupaten  Nias,  Tapanuli  selatan, Tapanuli Tengah, Gunung  Kidul  dan Nusa Tenggara  Barat. Demikian diungkapkan Menteri Muda urusan peningkatan Produksi Tanaman Keras,   Hasjrul Harahap, kepada pers seusai melapor kepada presiden soeharto di Cendana pagi ini. Menurut  Hasjrul Harahap, dalam pesannya Kepala Negara memnita agar para  petani yang terplih  untuk mendapatkan benih itu supaya diberikan pembinaan oleh aparat Departemen Pertanian. Dengan  demikan bantuan twesebut benar-benar bermanfaat.

Sabtu, 18 Maret 1989
Presiden Soeharto  mengatakan  bahwa setiap  penggunaan  hutan  harus selalu diusahakan untuk  mendapatkan  nilai  tambah yang tinggi –tingginya. Selain  itu dalam rangka menjaga  kelestarian hutan, hendaknya  dijaga  agar  para pengusaha  hutan menaati  segala  ketentuan  pengusahaan  hutan. Para  peladang  berpindah  agar  dimukimkan  kembali  sehingga  tidak  merusak  hutan  dan kondisi sosial ekonominya  meningkat.  Untuk  itu perlu  dilakukan transmigrasi  sisipan, pengembangan  perkebunan dengan pola PIR  ataupun menyalurkan mereka  sebagai tenaga  kerja pembangunan HTI.

Demikian dikatakan  Kepala Negara  ketika  menerima  para  peserta rapat gabungan antara  Departemen  kehutanan  dengan Departemen  Pertanian,  perindustrian, Transmigrasi dan Pekerjaan Umum pagi ini  di Istana Negara. Rapat  gabungan yang berlangsung  pada  tanggal 14-15  Maret diadakan untuk merumuskan kebijaksanaan bersama,  koordinasi serta sinkronisasi program-program  pembangunan dalam pelita V.

Pukul 11.00 pagi ini  Presiden  dan Ibu Tien Soeharto  menghadiri  acara penyerahan  piagam dan penyematan  lencana kepada 288 pasangan  KB Lestari 10  dan 16 tahun di TMII, Jakarta  Timur. Dalam  acara ini  kepala  Negara  secara simbolis  menyematkan  Lencana KB Lestari kepada lima pasangan suami isteri, sedangkan Ibu Soeharto menyerahkan tanda penghargaan.
Dalam  amanatnya, Presiden  antara lain  mengatakan  bahwa  program KB yang kita laksanakan, selain bertujuan memecahkan  masalah kependudukan  dalam rangka pelaksanaan  pembangunan,juga mempunyai  tujuan lain  yang tidak  kalah pentingnya, yaitu mengembangkan sumber daya manusia menjadi kekuatan  pembangunan  bangsa. Sebagai  sumber  daya manusia, penduduk memang  perlu  terus kita kembangkan  menjadi angkatan kerja yang bermutu.
Namun  di ingatkan  oleh  kepala Negara  bahwa  manusia  yang kita  perlukan  dalam proses  pembangunan  ialah  Manusia  yang sehat, cerdas, produktif dan bersikap  mentalpembangunan. Manusia  yang demikian harus kita siapkan  sejak dini. Untuk  itu, demikian presiden, kita  harus menjaga  kesehatan  dan kualitas  anak-anak  kita. Hal tersebut  akan  dapat  kita lakukan  jika kita dapat menciptakan  keluarga  kecil yang sejatera  dan bahagia.

Minggu, 18 Maret 1990
 
Pukul 20.30 malam ini presiden  dan Ibu Tien Soeharto melayat  almarhum Drs G Dwipayana, asisten Menteri/ Sekertaris  Negara Urusan  Dokumentasi  dan Media  Massa. Almarhum meninggal  dunia di Rumah Sakit  Pusat Pertamina, Jakarta, siang  tadi. Empat hari yang lalu, ketika bersama  Ibu Tien  menjenguk  almarhum  yang sedang  dirawat  di rumah sakit  tersebut, kepala Negara menganugerahkan  Bintang  Mahaputra Adipradana kepada almarhum.

Kamis, 18 Maret 1993
Pagi ini presiden dan Ibu Tien  Soeharto meresmikan 226 pabrik  kelompok Industri Mesin,  Logam Dasar dan Elektronika  daan Kelompok Aneka Industri  serta perluasan  PT Krakatau Steel yang dipusatkan  di  Merak. Jawa Barat. Dalam presiden mengatakan bahwa salah satu pendorong laju pertumbuhan ekonomi  dan pembangunan  kita adalah peningkatan ekspor non migas. Tidak  kurang  dari 85%  ekspor non migas  kita berasal  dari  sektor  industri. Lagi  pula nilai ekspor non migas  itu telah melampaui ekspor  migas. Hal ini bisa kita capai  karena kita telah  berhasil mengembangkan  belasan  jenis produk  andalan ekspor hasil industri  dengan berbagai macam komoditi seperti  tekstil, kayu olahan, hasil-hasil industri  kulit, industri  baja dan produk-produk  baja, elektronika  dan alat-alat  listrik, barang dari karet dan lain sbagainya.
Kepala Negara menegaskan bahwa pabrik-pabrik ini telah dibangun  dengan investasi yang tidak  sedikit yang sumbernya  berasal  dari sektor perbankan, baik dari dalam  negeri  maupun dari luar negeri. Ini  berarti, pabrik-pabrik  ini dikelola  dengan rasa tangung jawab yang  sebesar-besarnya. Saya juga minta agar dalam melakukan  manajemen  perusahaan  dikembangkan  suasana  kerja yang serasi  antara pemimpin dengan karyawan-karyawannya. Dengan  demikian pabrik-pabrik ini akan dapat  memproduksi  dengan lancar, karena suasananya  yang tentram. Di samping  upah yang layak, sayaminta agar  terus dikembangkan  koperasi  karyawan. Koperasi  yang  berkembang  dengan sehat jelas akan membantu pimpinan perusahaan meningkatkan  kesejahteraan  karyawan dalam arti yang luas. Demikian pesan Presiden.

Penyusun Indarti Publikasi Lita,SH.