Jum,at, 18 Maret 1966
Menyusul penangkapan terhadap menteri –menteri pimpinan MPRS membersihkan majelis itu dari anggota-anggota PKI beserta simpatisannya.Sementara itu pimpinan DPR-GR memecat 63 angota PKI dari Keanggotaan DPR-GR, dan Angkatan Kepolisian membebaskan 384 anggota AKRI dan 49 Pegawai sipil yang berindikasi terlibat dalam G-30- S/PKI.
Letjen Soeharto atas nama Presiden dalam Instruksi No. 2/3/1966, menyeruhkan kepada semua pimpinan universitas, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah untuk memulai kembali pengajaran dan perkuliahan sebagaimana biasanya.
Rabu, 18 Maret 1970
Diantar oleh Wakil PM Tuan Abdul Razak, pada hari ketiga atau hari terakhir kunjungannya, Presiden Soeharto melakukan perjalanan darat sejauh 74 mil ke utara Kuala Lumpur, untuk meninjau berbagai proyek pembangunan di pedalaman Malaysia. Proyek yang di kunjunginya adalah “Pusat Rancangan Perkembangan Tanah Persekutuan” di Sungai Dusun Tanjong Nalia.proyek pedesaan seluas 8.135 akre yang ditanami karet dan kelapa sawit ini oleh para pejabat Malaysia diberi nama “Kampong Pak Harto”.
Dalam jamuan makan untuk menghormati Timbalan Yang Dipertuan Agong di Kuala Lumpur malam ini Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa konsep ketahanan nasional adalah satu-satunya jawaban bagi tantangan yang dihadapi Asia Tenggara. Ketahanan nasional yang meliputi ketahanan ideologi nasional itu bersumber pada kepribadian masing-masing bangsa yang didukung oleh seluruh kekuatan bangsa. Selanjutnya ia juga memuji usaha-usaha yang dilakukakan Malaysia untuk memperkokoh persatuan dan menciptakan suatu kehidupan yang harmonis. “Saudara mendapat dukungan penuh dan harapan-harapan baik kami dalam usaha-usaha saudara membangun suatu negara yang kuat dan bersatu” demikian jaminan Presiden Soeharto.
Sementara berada di Malaysia, Presiden Soeharto telah memutuskan agar kapal “Gambela” milik perusahaan Kie Hock, yang dewasa ini berada di Penang, Malaysia, dan mengangkut sekitar 700 jemaah haji indonesia, diizinkan memasuki Indonesia untuk satu kali, guna mengembalikan jemaah haji Indonesia yang terkatung –katung di Malaysia. Sebagaimana diketahui kapal Gambela sebelumnya telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Pemerintah RI, karena mengangkut jemaah haji “ perseorangan “yang dilarang oleh pemerintah, sehingga dilarang memasuki perairan Indonesia.
Sabtu, 18 Maret 1972
Siang ini Presiden Soeharto menerima 21 orang kepala suku Daya dari Kalimantan Barat di Istana Merdeka. Mereka telah berjasa dengan membantu ABRI dalam menumpas gerombolan PGRS di daerah itu. Dalam sambutannya, presiden mengatakan bahwa pemerintah pusat mengirimkan pasukan ke Kalimantan Barat karena menyadari perlunya segera memberantas gerombolan itu untuk menjamin ketertiban dan keamanan. Sambil mengucapkan terimakasih atas kesediaan rakyat suku Daya untuk membantu operasi-operasi militer, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa tanpa bantuan rakyat satuan-satuan bersenjata tidak akan berhasil . Pada kesempatan itu presiden telah memberikan kenang-kenangan berupa bendera merah putih, foto presiden dan Ibu Tien Soeharto, radio transistor, jam tangan, benih padi gogo, benih padi sawah, bibit jagung, kacang tanah, kedele dan cengkul, kepada setiap kepala suku.
Senin, 18 Maret 1974
Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris hari ini tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. dalam rangka kunjungan kenegaraan di Indonesia sampai tanggal 22 Maret .Ini merupakan kunjungan pertama dari Kepala Negara Inggris di Indonesia. Di Tanjung Priok, Ratu Elizabeth dan rombongan disambut oleh Presiden Soeharto dan Ibu Tien.
Malam ini presiden Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormat kunjungan tamunya. Dalam pidatonya presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa kunjungan Ratu Elizabeth sebagai babak baru yang penting bagi saling pengertian dan persahabatan antara kedua bangsa. Selanjutnya dikatakan bahwa Indonesia sebagai suatu negara yang sedang membangun telah ikut merasakan manfaat dari segi-segi kuat dan positif dari bangsa Inggris, antara lain berupa tenaga-tenaga ahli dan modal Inggris yang menyertai pembangunan indonesia.
Berbicara lebih jauh mengenai kerjasama internasional, Presiden mengemukakan pendapatnya mengenai perlunya segera dikembangkan tata hubungan antara semua bangsa dan kerjasama untuk maksud –maksud damai dan kesejateraan seluruh umat manusia. Tata hubungan dan kerjasama itu mempunyai tujuan baru untuk membuat semua bangsa mampu berdiri sendiri, mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam rumah tangga sendiri, disamping mampu membangun masa depan menurut cara yang dipilihnya sendiri. Demikian ditandaskannya.
Pandangan presiden ini disetujui sepenuhnya oleh Ratu Elizabeth. Dalam sambutannya, Ratu Inggris mengatakan bahwa hanya dengan kerjasama internasional sepenuhnya kita dapat mengatasi kesulitan-kesulitan kita bersama.
Selasa, 18 Maret 1975
Presiden Soeharto pukul 09.00 pagi ini menerima Teungku Muhammad Daud Beureueh, seorang ulama dan Pemimpin Aceh yang sangat terkenal, di ruang kerjanya di Bina Graha. Tidak di ketahui persoalan apa yang dibawa kepada Kepala Negara oleh bekas pemimpin gerakan Darul Islam di Aceh itu.
Jam 10.00 pagi ini kepala Negara memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional di Bina Graha. Sebagai salah satu keputusan sidang ini adalah instruksi presiden kepada Menteri Negara Ekuin/ Ketua Bappenas, Widjojo Nitisastro, Menteri Dalam Negeri, Amirmachmud, dan Menteri Keuangan, Ali wardhana, untuk mengkoordinasikan usaha perbaikan prasarana sosial, khususnya sekolah- sekolah, rumah-rumah sakit, dan puskesmas-puskesmas di daerah –daerah yang terkena bencana alam.
Usai sidang, presiden mengadakan pertemuan dengan Menteri Negara Ekuin/ Ketua Bappenas, Menteri keuangan, Menteri PAN, dan Gubernur Bank Sentral ,Rachmat Saleh. Tidak diketahui pokok permasalahan yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Kamis, 18 Maret 1976
Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha, presiden Soeharto menerima enam jilid buku Sejarah Nasional Indonesia dari Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Sjarif Thajeb. Menteri Sjarif Thajeb menghadap kepala Negara bersama team penyusun buku sejarah tersebut, yang antara lain terdiri atas prof. Dr. Nugroho Kartodirjo,Dr. Marwati Djuned Pusponegoro, dan Dr. Nugroho Notosusant. Buku yang terdiri atas lebih kurang 3.000 halaman itu dikerjakan selama empat tahun dan mencakup periode sejarah Indonesia dari prasejarah sampai tahun 1966.
Pada kesempatan itu Kepala Negara menginstruksikan kepada Menteri P dan K agar menjadikan buku tersebut sebagai buku standart untuk pelajaran sejarah bagi semua sekolah negeri.
Kepala Negara mengatakan bahwa keluarga berencana harus dapat dirasakan sebagai kebutuhan dari setiap keluarga untuk membina keluarga bahagia, membina masyarakat tentram dan membangun negara. Ia menilai bahwa usaha-usaha yang dapat membudayakan keluarga berncana dalam kehidupan masyarakat sangatlah penting, karena usha-usaha tersebut menanamkan niat dasar dan dorongan kepada setiap keluarga untuk melaksanakan keluarga berencana. Namun diingatkannya bahwa keberhasilan keluarga berencana, harus dirasakan sebagai salah satu tugas nasional yang penting, dan harus ditangani bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Demikian antara lain dikatakan presiden Soeharto dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Menteri Negara kesejateraan Rakyat, Prof. Sunawar Sukowati, pada pembukaan rapat Dewan pembina Keluarga Berencana ke-3 di Jakarta hari ini.
Jum,at, 18 Maret 1977
Presiden Soeharto menyetujui diorama di museum sejarah Monumen Nasional yang menggambarkan suasana menjelang dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret, sebagai awal berdirinya Orde Baru dalam sejarah Indonesia. Demikian dijelaskan oleh Kepala pusat sejarah Hankam, Brigjen. (Tit) Nugroho Notosusanto, ketika mendampingi presiden dan Ibu Soeharto meninjau museum sejarah Monas. Dalam diorama Supersemar itu digambarkan suasana yang sebenarnya, dimana jenderal Soeharto, yang sedang berbaring sakit di kediamannya di Jalan Irian, Jakarta Pusat, menerima Mayjen. Basuki Rachmat, Mayjen. M Jusuf, dan brigjen. Amirmachmud. Pada bagian lain, presiden Soeharto menyarankan agar ketika naskah proklamasi dipertunjukan dapat dibarengi dengan suara asli Bung Karno.
Kamis, 18 Maret 1982
Presiden Soeharto telah menyetujui penerapan inovasi teknik baru dalam peningkatan produksi pangan di Indonesia. Teknik baru itu ialah dengan menggunakan enzime Cytzoyme yang terbukti mampu meningkatkan produksi. Demikian dikatakan oleh Menteri Muda Urusan Produksi pangan, Achmad Affandi, setelah diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Menurut Affandi, sekarang ini pemakian Cytozyme telah tersebar di delapan provinsi di indonesia dengan areal percobaan sekitar 2.000 hektar. Hasilnya menunjukan kenaikan produksi antara 1,8 ton 2 ton gabah kering.
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan empat mata dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Musa Hitam. Pembicaraan itu berlangsung selama lebih kurang satu setengah jam. Menurut Menteri/ Sekertaris Negara sudharmono, pembicaraan antara kedua pemimpin itu mencakup bidang ekonomi,pemasaran timah, ketahanan nasional, masalah tenaga kerja Indonesia di Malaysia, dan masalah Kamboja. Menyangkut kerjasama ekonomi, presiden dan wakil PM Malaysia itu sependapat perlu ditingkatkan dan harus saling melengkapi.
Presiden Soeharto hari ini menginstruksikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Harun Zain, untuk meneliti pembelian rumah-rumah mewah yang di peruntukan bagi Direksi perum Astek. Presiden berpendapat bahwa dalam keadaan seperti sekarang ini kita harus menenggang perasaan orang lain. Demikian dikatakan Harun Zain setelah menghadap kepala Negara hari ini di istana Merdeka.
Senin, 18 Maret 1985
Jam 09.00 pagi ini, presiden Soeharto menyambut kedatangan perdana Menteri Malaysia, Mahatir Mohamad, di pelabuhan udara internasional Halim perdanakusuma. PM Mahathir beserta rombongan riba di Jakarta dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari. Pagi ini juga, yaitu pada pukul 11.30, berlangsung pembicaraan tahap pertama antara kedua kepala pemerintahan di Istana Merdeka.
Malam ini presiden dan Ibu Tien Soeharto PM Mahathir beserta rombongan dalam acara jamuan makan malam. Jamuan makan malam yang berlangsung di Istana Negara itu dihadiri pula oleh wakil presiden dan Ibu Umar wirahadikusumah serta pejabat tinggi lainnya.
Selasa,18 Maret 1986
Pukul 09.00 pagi ini presiden soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM David Lange d Istana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua jam dalam suasana akrab dan bersahabat itu, kedua kepala pemerintahan sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, terutama dalam rangka mendorong kerjasama teknik antara-antara negara-negara berkembang,termasuk negara-negara di kawasan pasifik. Kedua pemimpin saling menjelaskan filsafat negaranya, yang dapat dijadikan landasan kerjasama, baik bilateral maupun regional Pasifik .
Rabu, 18 Maret 1987
Kepala Negara berharap agar pelaksanaan kampanye pemilihan umum yang akan datang tidak menimbulkan gejolak apaun. Dikatakannya bahwa adalah tanggungjawab bersama, baik organisasi peserta pemilihan umum, aparat keamanan maupun masyarakat luas, untuk menciptakan suasana yang tertib selama berlangsungnya kampanye. Kepala Negara menyeruhkan agar para peserta pemilihan umum berkampanye dengan sehat, mengingat Pemilihan Umum 1987 adalah pemilihan umm pertama setelah semua pihak menerima pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Hal itu dikatakan presiden kepada Menteri Penerangan Harmoko yang menghadapnya di Cendana pagi ini. Menteri Harmoko datang untuk melaporkan tentang kesiapan RRI dan TVRI didalam menyelenggarakan siaran kampanye.
Menyusul penangkapan terhadap menteri –menteri pimpinan MPRS membersihkan majelis itu dari anggota-anggota PKI beserta simpatisannya.Sementara itu pimpinan DPR-GR memecat 63 angota PKI dari Keanggotaan DPR-GR, dan Angkatan Kepolisian membebaskan 384 anggota AKRI dan 49 Pegawai sipil yang berindikasi terlibat dalam G-30- S/PKI.
Letjen Soeharto atas nama Presiden dalam Instruksi No. 2/3/1966, menyeruhkan kepada semua pimpinan universitas, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah untuk memulai kembali pengajaran dan perkuliahan sebagaimana biasanya.
Rabu, 18 Maret 1970
Diantar oleh Wakil PM Tuan Abdul Razak, pada hari ketiga atau hari terakhir kunjungannya, Presiden Soeharto melakukan perjalanan darat sejauh 74 mil ke utara Kuala Lumpur, untuk meninjau berbagai proyek pembangunan di pedalaman Malaysia. Proyek yang di kunjunginya adalah “Pusat Rancangan Perkembangan Tanah Persekutuan” di Sungai Dusun Tanjong Nalia.proyek pedesaan seluas 8.135 akre yang ditanami karet dan kelapa sawit ini oleh para pejabat Malaysia diberi nama “Kampong Pak Harto”.
Dalam jamuan makan untuk menghormati Timbalan Yang Dipertuan Agong di Kuala Lumpur malam ini Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa konsep ketahanan nasional adalah satu-satunya jawaban bagi tantangan yang dihadapi Asia Tenggara. Ketahanan nasional yang meliputi ketahanan ideologi nasional itu bersumber pada kepribadian masing-masing bangsa yang didukung oleh seluruh kekuatan bangsa. Selanjutnya ia juga memuji usaha-usaha yang dilakukakan Malaysia untuk memperkokoh persatuan dan menciptakan suatu kehidupan yang harmonis. “Saudara mendapat dukungan penuh dan harapan-harapan baik kami dalam usaha-usaha saudara membangun suatu negara yang kuat dan bersatu” demikian jaminan Presiden Soeharto.
Sementara berada di Malaysia, Presiden Soeharto telah memutuskan agar kapal “Gambela” milik perusahaan Kie Hock, yang dewasa ini berada di Penang, Malaysia, dan mengangkut sekitar 700 jemaah haji indonesia, diizinkan memasuki Indonesia untuk satu kali, guna mengembalikan jemaah haji Indonesia yang terkatung –katung di Malaysia. Sebagaimana diketahui kapal Gambela sebelumnya telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Pemerintah RI, karena mengangkut jemaah haji “ perseorangan “yang dilarang oleh pemerintah, sehingga dilarang memasuki perairan Indonesia.
Sabtu, 18 Maret 1972
Siang ini Presiden Soeharto menerima 21 orang kepala suku Daya dari Kalimantan Barat di Istana Merdeka. Mereka telah berjasa dengan membantu ABRI dalam menumpas gerombolan PGRS di daerah itu. Dalam sambutannya, presiden mengatakan bahwa pemerintah pusat mengirimkan pasukan ke Kalimantan Barat karena menyadari perlunya segera memberantas gerombolan itu untuk menjamin ketertiban dan keamanan. Sambil mengucapkan terimakasih atas kesediaan rakyat suku Daya untuk membantu operasi-operasi militer, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa tanpa bantuan rakyat satuan-satuan bersenjata tidak akan berhasil . Pada kesempatan itu presiden telah memberikan kenang-kenangan berupa bendera merah putih, foto presiden dan Ibu Tien Soeharto, radio transistor, jam tangan, benih padi gogo, benih padi sawah, bibit jagung, kacang tanah, kedele dan cengkul, kepada setiap kepala suku.
Senin, 18 Maret 1974
Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris hari ini tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. dalam rangka kunjungan kenegaraan di Indonesia sampai tanggal 22 Maret .Ini merupakan kunjungan pertama dari Kepala Negara Inggris di Indonesia. Di Tanjung Priok, Ratu Elizabeth dan rombongan disambut oleh Presiden Soeharto dan Ibu Tien.
Malam ini presiden Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormat kunjungan tamunya. Dalam pidatonya presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa kunjungan Ratu Elizabeth sebagai babak baru yang penting bagi saling pengertian dan persahabatan antara kedua bangsa. Selanjutnya dikatakan bahwa Indonesia sebagai suatu negara yang sedang membangun telah ikut merasakan manfaat dari segi-segi kuat dan positif dari bangsa Inggris, antara lain berupa tenaga-tenaga ahli dan modal Inggris yang menyertai pembangunan indonesia.
Berbicara lebih jauh mengenai kerjasama internasional, Presiden mengemukakan pendapatnya mengenai perlunya segera dikembangkan tata hubungan antara semua bangsa dan kerjasama untuk maksud –maksud damai dan kesejateraan seluruh umat manusia. Tata hubungan dan kerjasama itu mempunyai tujuan baru untuk membuat semua bangsa mampu berdiri sendiri, mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam rumah tangga sendiri, disamping mampu membangun masa depan menurut cara yang dipilihnya sendiri. Demikian ditandaskannya.
Pandangan presiden ini disetujui sepenuhnya oleh Ratu Elizabeth. Dalam sambutannya, Ratu Inggris mengatakan bahwa hanya dengan kerjasama internasional sepenuhnya kita dapat mengatasi kesulitan-kesulitan kita bersama.
Selasa, 18 Maret 1975
Presiden Soeharto pukul 09.00 pagi ini menerima Teungku Muhammad Daud Beureueh, seorang ulama dan Pemimpin Aceh yang sangat terkenal, di ruang kerjanya di Bina Graha. Tidak di ketahui persoalan apa yang dibawa kepada Kepala Negara oleh bekas pemimpin gerakan Darul Islam di Aceh itu.
Jam 10.00 pagi ini kepala Negara memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional di Bina Graha. Sebagai salah satu keputusan sidang ini adalah instruksi presiden kepada Menteri Negara Ekuin/ Ketua Bappenas, Widjojo Nitisastro, Menteri Dalam Negeri, Amirmachmud, dan Menteri Keuangan, Ali wardhana, untuk mengkoordinasikan usaha perbaikan prasarana sosial, khususnya sekolah- sekolah, rumah-rumah sakit, dan puskesmas-puskesmas di daerah –daerah yang terkena bencana alam.
Usai sidang, presiden mengadakan pertemuan dengan Menteri Negara Ekuin/ Ketua Bappenas, Menteri keuangan, Menteri PAN, dan Gubernur Bank Sentral ,Rachmat Saleh. Tidak diketahui pokok permasalahan yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Kamis, 18 Maret 1976
Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha, presiden Soeharto menerima enam jilid buku Sejarah Nasional Indonesia dari Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Sjarif Thajeb. Menteri Sjarif Thajeb menghadap kepala Negara bersama team penyusun buku sejarah tersebut, yang antara lain terdiri atas prof. Dr. Nugroho Kartodirjo,Dr. Marwati Djuned Pusponegoro, dan Dr. Nugroho Notosusant. Buku yang terdiri atas lebih kurang 3.000 halaman itu dikerjakan selama empat tahun dan mencakup periode sejarah Indonesia dari prasejarah sampai tahun 1966.
Pada kesempatan itu Kepala Negara menginstruksikan kepada Menteri P dan K agar menjadikan buku tersebut sebagai buku standart untuk pelajaran sejarah bagi semua sekolah negeri.
Kepala Negara mengatakan bahwa keluarga berencana harus dapat dirasakan sebagai kebutuhan dari setiap keluarga untuk membina keluarga bahagia, membina masyarakat tentram dan membangun negara. Ia menilai bahwa usaha-usaha yang dapat membudayakan keluarga berncana dalam kehidupan masyarakat sangatlah penting, karena usha-usaha tersebut menanamkan niat dasar dan dorongan kepada setiap keluarga untuk melaksanakan keluarga berencana. Namun diingatkannya bahwa keberhasilan keluarga berencana, harus dirasakan sebagai salah satu tugas nasional yang penting, dan harus ditangani bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Demikian antara lain dikatakan presiden Soeharto dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Menteri Negara kesejateraan Rakyat, Prof. Sunawar Sukowati, pada pembukaan rapat Dewan pembina Keluarga Berencana ke-3 di Jakarta hari ini.
Jum,at, 18 Maret 1977
Presiden Soeharto menyetujui diorama di museum sejarah Monumen Nasional yang menggambarkan suasana menjelang dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret, sebagai awal berdirinya Orde Baru dalam sejarah Indonesia. Demikian dijelaskan oleh Kepala pusat sejarah Hankam, Brigjen. (Tit) Nugroho Notosusanto, ketika mendampingi presiden dan Ibu Soeharto meninjau museum sejarah Monas. Dalam diorama Supersemar itu digambarkan suasana yang sebenarnya, dimana jenderal Soeharto, yang sedang berbaring sakit di kediamannya di Jalan Irian, Jakarta Pusat, menerima Mayjen. Basuki Rachmat, Mayjen. M Jusuf, dan brigjen. Amirmachmud. Pada bagian lain, presiden Soeharto menyarankan agar ketika naskah proklamasi dipertunjukan dapat dibarengi dengan suara asli Bung Karno.
Kamis, 18 Maret 1982
Presiden Soeharto telah menyetujui penerapan inovasi teknik baru dalam peningkatan produksi pangan di Indonesia. Teknik baru itu ialah dengan menggunakan enzime Cytzoyme yang terbukti mampu meningkatkan produksi. Demikian dikatakan oleh Menteri Muda Urusan Produksi pangan, Achmad Affandi, setelah diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Menurut Affandi, sekarang ini pemakian Cytozyme telah tersebar di delapan provinsi di indonesia dengan areal percobaan sekitar 2.000 hektar. Hasilnya menunjukan kenaikan produksi antara 1,8 ton 2 ton gabah kering.
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan empat mata dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Musa Hitam. Pembicaraan itu berlangsung selama lebih kurang satu setengah jam. Menurut Menteri/ Sekertaris Negara sudharmono, pembicaraan antara kedua pemimpin itu mencakup bidang ekonomi,pemasaran timah, ketahanan nasional, masalah tenaga kerja Indonesia di Malaysia, dan masalah Kamboja. Menyangkut kerjasama ekonomi, presiden dan wakil PM Malaysia itu sependapat perlu ditingkatkan dan harus saling melengkapi.
Presiden Soeharto hari ini menginstruksikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Harun Zain, untuk meneliti pembelian rumah-rumah mewah yang di peruntukan bagi Direksi perum Astek. Presiden berpendapat bahwa dalam keadaan seperti sekarang ini kita harus menenggang perasaan orang lain. Demikian dikatakan Harun Zain setelah menghadap kepala Negara hari ini di istana Merdeka.
Senin, 18 Maret 1985
Jam 09.00 pagi ini, presiden Soeharto menyambut kedatangan perdana Menteri Malaysia, Mahatir Mohamad, di pelabuhan udara internasional Halim perdanakusuma. PM Mahathir beserta rombongan riba di Jakarta dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari. Pagi ini juga, yaitu pada pukul 11.30, berlangsung pembicaraan tahap pertama antara kedua kepala pemerintahan di Istana Merdeka.
Malam ini presiden dan Ibu Tien Soeharto PM Mahathir beserta rombongan dalam acara jamuan makan malam. Jamuan makan malam yang berlangsung di Istana Negara itu dihadiri pula oleh wakil presiden dan Ibu Umar wirahadikusumah serta pejabat tinggi lainnya.
Selasa,18 Maret 1986
Pukul 09.00 pagi ini presiden soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM David Lange d Istana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua jam dalam suasana akrab dan bersahabat itu, kedua kepala pemerintahan sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, terutama dalam rangka mendorong kerjasama teknik antara-antara negara-negara berkembang,termasuk negara-negara di kawasan pasifik. Kedua pemimpin saling menjelaskan filsafat negaranya, yang dapat dijadikan landasan kerjasama, baik bilateral maupun regional Pasifik .
Rabu, 18 Maret 1987
Kepala Negara berharap agar pelaksanaan kampanye pemilihan umum yang akan datang tidak menimbulkan gejolak apaun. Dikatakannya bahwa adalah tanggungjawab bersama, baik organisasi peserta pemilihan umum, aparat keamanan maupun masyarakat luas, untuk menciptakan suasana yang tertib selama berlangsungnya kampanye. Kepala Negara menyeruhkan agar para peserta pemilihan umum berkampanye dengan sehat, mengingat Pemilihan Umum 1987 adalah pemilihan umm pertama setelah semua pihak menerima pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Hal itu dikatakan presiden kepada Menteri Penerangan Harmoko yang menghadapnya di Cendana pagi ini. Menteri Harmoko datang untuk melaporkan tentang kesiapan RRI dan TVRI didalam menyelenggarakan siaran kampanye.
Sementara itu Presiden berjanji akan memberikan bantuan berupa tujuh juta benih tanaman coklat hibrida bernilai Rp 650 juta untuk dikembangkan oleh para petani di Kabupaten Nias, Tapanuli selatan, Tapanuli Tengah, Gunung Kidul dan Nusa Tenggara Barat. Demikian diungkapkan Menteri Muda urusan peningkatan Produksi Tanaman Keras, Hasjrul Harahap, kepada pers seusai melapor kepada presiden soeharto di Cendana pagi ini. Menurut Hasjrul Harahap, dalam pesannya Kepala Negara memnita agar para petani yang terplih untuk mendapatkan benih itu supaya diberikan pembinaan oleh aparat Departemen Pertanian. Dengan demikan bantuan twesebut benar-benar bermanfaat.
Sabtu, 18 Maret 1989
Sabtu, 18 Maret 1989
Presiden Soeharto mengatakan bahwa setiap penggunaan hutan harus selalu diusahakan untuk mendapatkan nilai tambah yang tinggi –tingginya. Selain itu dalam rangka menjaga kelestarian hutan, hendaknya dijaga agar para pengusaha hutan menaati segala ketentuan pengusahaan hutan. Para peladang berpindah agar dimukimkan kembali sehingga tidak merusak hutan dan kondisi sosial ekonominya meningkat. Untuk itu perlu dilakukan transmigrasi sisipan, pengembangan perkebunan dengan pola PIR ataupun menyalurkan mereka sebagai tenaga kerja pembangunan HTI.
Demikian dikatakan Kepala Negara ketika menerima para peserta rapat gabungan antara Departemen kehutanan dengan Departemen Pertanian, perindustrian, Transmigrasi dan Pekerjaan Umum pagi ini di Istana Negara. Rapat gabungan yang berlangsung pada tanggal 14-15 Maret diadakan untuk merumuskan kebijaksanaan bersama, koordinasi serta sinkronisasi program-program pembangunan dalam pelita V.
Pukul 11.00 pagi ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto menghadiri acara penyerahan piagam dan penyematan lencana kepada 288 pasangan KB Lestari 10 dan 16 tahun di TMII, Jakarta Timur. Dalam acara ini kepala Negara secara simbolis menyematkan Lencana KB Lestari kepada lima pasangan suami isteri, sedangkan Ibu Soeharto menyerahkan tanda penghargaan.
Dalam amanatnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa program KB yang kita laksanakan, selain bertujuan memecahkan masalah kependudukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan,juga mempunyai tujuan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu mengembangkan sumber daya manusia menjadi kekuatan pembangunan bangsa. Sebagai sumber daya manusia, penduduk memang perlu terus kita kembangkan menjadi angkatan kerja yang bermutu.
Namun di ingatkan oleh kepala Negara bahwa manusia yang kita perlukan dalam proses pembangunan ialah Manusia yang sehat, cerdas, produktif dan bersikap mentalpembangunan. Manusia yang demikian harus kita siapkan sejak dini. Untuk itu, demikian presiden, kita harus menjaga kesehatan dan kualitas anak-anak kita. Hal tersebut akan dapat kita lakukan jika kita dapat menciptakan keluarga kecil yang sejatera dan bahagia.
Minggu, 18 Maret 1990
Dalam amanatnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa program KB yang kita laksanakan, selain bertujuan memecahkan masalah kependudukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan,juga mempunyai tujuan lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu mengembangkan sumber daya manusia menjadi kekuatan pembangunan bangsa. Sebagai sumber daya manusia, penduduk memang perlu terus kita kembangkan menjadi angkatan kerja yang bermutu.
Namun di ingatkan oleh kepala Negara bahwa manusia yang kita perlukan dalam proses pembangunan ialah Manusia yang sehat, cerdas, produktif dan bersikap mentalpembangunan. Manusia yang demikian harus kita siapkan sejak dini. Untuk itu, demikian presiden, kita harus menjaga kesehatan dan kualitas anak-anak kita. Hal tersebut akan dapat kita lakukan jika kita dapat menciptakan keluarga kecil yang sejatera dan bahagia.
Minggu, 18 Maret 1990
Pukul 20.30 malam ini presiden dan Ibu Tien Soeharto melayat almarhum Drs G Dwipayana, asisten Menteri/ Sekertaris Negara Urusan Dokumentasi dan Media Massa. Almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta, siang tadi. Empat hari yang lalu, ketika bersama Ibu Tien menjenguk almarhum yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut, kepala Negara menganugerahkan Bintang Mahaputra Adipradana kepada almarhum.
Kamis, 18 Maret 1993
Kamis, 18 Maret 1993
Pagi ini presiden dan Ibu Tien Soeharto meresmikan 226 pabrik kelompok Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika daan Kelompok Aneka Industri serta perluasan PT Krakatau Steel yang dipusatkan di Merak. Jawa Barat. Dalam presiden mengatakan bahwa salah satu pendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kita adalah peningkatan ekspor non migas. Tidak kurang dari 85% ekspor non migas kita berasal dari sektor industri. Lagi pula nilai ekspor non migas itu telah melampaui ekspor migas. Hal ini bisa kita capai karena kita telah berhasil mengembangkan belasan jenis produk andalan ekspor hasil industri dengan berbagai macam komoditi seperti tekstil, kayu olahan, hasil-hasil industri kulit, industri baja dan produk-produk baja, elektronika dan alat-alat listrik, barang dari karet dan lain sbagainya.
Kepala Negara menegaskan bahwa pabrik-pabrik ini telah dibangun dengan investasi yang tidak sedikit yang sumbernya berasal dari sektor perbankan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Ini berarti, pabrik-pabrik ini dikelola dengan rasa tangung jawab yang sebesar-besarnya. Saya juga minta agar dalam melakukan manajemen perusahaan dikembangkan suasana kerja yang serasi antara pemimpin dengan karyawan-karyawannya. Dengan demikian pabrik-pabrik ini akan dapat memproduksi dengan lancar, karena suasananya yang tentram. Di samping upah yang layak, sayaminta agar terus dikembangkan koperasi karyawan. Koperasi yang berkembang dengan sehat jelas akan membantu pimpinan perusahaan meningkatkan kesejahteraan karyawan dalam arti yang luas. Demikian pesan Presiden.
Penyusun Indarti Publikasi Lita,SH.