PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 10 Maret 1966 - 1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Kamis, 10 Maret 1966
 
Ratusan  demonstran yang terdiri  atas mahasiswa  dan pelajar  berhsil memasuki gedung  Konsulat RRC  di Jakarta, yang  terletak di jaan Kramat raya, pagi ini. Kemudian para  demonstran  menduduki gedung  kebdayaan RCC  yang  terletak di Jalan Cilosari, Cikini. Kemarin perwakilan –kantor  berita  xinhua,  yang terletak di Jalan  Tanah Abang  Bukit, telah lebih dahulu mengalami nasib yang sama.

Pimpinan partai politik berkumpul di Istana Merdeka  untuk memenuhi panggilan presiden Soekarno. Tampak hadir  antara lain  pimpinan TNI,  Partindo, Perti,  PSII, Parkindo, Partai katolik,  NU,  IPKI,  dan Ormas  Muhamadiyah. Dalam  pertemuan  tersebut presiden  Soekarno  meminta  ketegasan  pimpinan  partai politk  mengenai hal  itu, meskipun  pertemuan  sudah berlangsung  selama beberapa jam, sehingga  presiden Soekarno  meninggalkan pertemuan  tersebut.
Kemudian waperdam I. Dr. Subandrio meminta pimpinan  parti politik  untuk  menandatangani  suatu  pernyataan yang mengutuk  aksi-aksi para mahasiswa  sebagai kontra-revolusi dan dirunggangi Nekolim  Pimpinan PNI dan Partindo secara sukarela  menandatangani  pernyataan  tersebut sedangkan yang lainya  menadatanganinya setelah diancam  oleh  dr Subandrio.

Malam ini RRI menyiarkan  pernyataan partai politik itu  secara lengkap;
  1.  Tidak dapat membenarkan acara-acara  yang  dipergunakan mahasiswa, pelajar, dan pemuda    yang  akibatnya  langsung  maupun tidak langsung  membahayakan jalannya  revolusi Indonesia ;
  2.  Menyadari  keadaan gawat dan adanya  aktivitas-aktivitas  sibversi  dari  pihakm  Nekolim;
  3. berketetapan  hati dan  bertekad  bulat untuk melaksanakan  tanpa  reserve  perintah  harian  Paduka yang  Mulia presiden/ Mandatris MPRS/ Pangti ABRI/PBR Bung Karno tanggal 8 maret 1966.

Senin, 10 Maret 1969

Pukul 10.00  pagi ini bertempat  di Istana Merdeka  Inspektur Upacara menerima  Pimpinan  GPEI. Mereka  datang  untuk melaporkan  hasil-hasil   konferensi  GPEI  yang ke-5 , disamping  menyampaikan  kebulatan tekad  seluruh eksportir  untuk menykseskan target  ekspor  yang ditentukan  dalam Repelita.pada  kesempatan  ini presiden  memberi petunjuk-petunjuk  kepada  GPEI untuk meningkatkan ekspor  dan memelihara kesinambungan  serta kelancaran eskpor.

Jum,at 10 Maret  1972 

Presiden Soeharto  di Bina Graha  hari ini menyerahkan uang sebesar  Rp 25 juta kepada  Gubernur  DKI  Ali sadikin  sebagai bantuan tahap pertama dari jumlah Rp 300 juta bantuan yang dijanjikan pemerrintah untuk pembangunan  student Centre   di jakart. Menurut  presiden, pembangunan  student centre  akan  menelan biaya  Rp 1,6 miliar, termasuk  Rp 700 juta  untuk tanahnya. Sedangkan  biaya  pembangunanya , yaitu  sebesar Rp 900 juta  dianjurkan agar dipikul  secara gotong royong  oleh pemerintah pusat, swasta,  dan pemerintah  daerah. Pembangunan  studen Centre   Jakarta ini  merupakan saah satu  dari beberapa  pusat  kegiatan yang  akan membangun  pemerintah  di seluruh Indonesia. Menurut  presiden, sebagai taraf  pertama  diperlukan Rp 200 juta untuk pembangunan  fasilits universitas, termasuk asrama mahasiswa, di beberapa  daerah tingkat 1. Dana ini akan  diambil  dari 1 %  sumbangan  ADO  kepada daerah-daerah. Pemberian bantuan  ini  merupakan tindak Lanjut  dari Inpres No. 14 tahun 1972  yang dikeluarkan  dalam sidang  kabinet  paripurn  tanggal 7 maret  yang lalu.

Sementara  itu, pagi ini  di Bina Graha  presiden Soeharto  telah menerima  kunjungan kehormatan  Menteri  Negara  Urusan  Luar Negeri  Prancis, Jean  de  Lipkososky. Dalam  pertemuan  itu kedua  pemimpin  telah membahas  maslah bilateral  dan internasional. Kepada  Menteri  de  Lipkososky, presiden mengatakan  bahwa  konsepsi  ketahanan  nasional  yang  dianut  Indonesia  tidak mengandalkan  kekuatan  militer  saja, melainkan  juga politik, ekonomi,  dan budaya. Masalah  internasional  yang dibahas  adalah tentang  pandangan  Indonesia  mengenai  hal ini,,presiden  mengatakan bahwa indonesia  masih  mempelajari lebih jauh Komunike  bersama AS dan RRC itu.

Sabtu, 10 Maret 1973

Di Jakarta  hari ini presiden Soeharto  meresmikan  jaringan microwave  Jakarta-Denpasar. Jaringan  microwave  ini merupakan sarana  telekomunikasi  yang menghubungkan kota-kota  dalam route tersebut,dengan titik terjauh  Jakarta –Depansar  sepanjang  1.300km. Dalam  peresmian  tersebut, presiden  telah  mengadakan  pembicaraan  telepon dengan gubernur  Jawa Barat , jawa tengah  dan Bali.

Jenderal  Soeharto  tetap dicalonkan  sebagai  presiden RI  oleh tri-fraksi Keluarga  besar  Golkar. Ini  merupakan  keputusan fraksi-fraksi  Karya pembangunan, Utusan  Daerah , dan ABRI , dalam  rapat  yang berlangsung  kemarin  dan hari ini  di Istora   Senayan, Jakarta . ketiga fraksi  itu juga  mencalonkan Sri Sultan  Hamengku Buwono IX sebagai wakil presiden.

Hari ini partai  persatuan Pembangunan mengeluarkan  pernyataan pers bahwa partai itu  akan mencalonkan jenderal Soeharto  sebagai presiden  RI  dan sultan  Hamengku Buwono IX sebagai wakil presiden dalam sidang umum MPR yang akan datang.
Jum,at 10 Maret 1978
 
Direktur  Jenderal  Cipta  Karya  Departemen  PUTL, Rahmat  Wiradisuria, dalam upacara penandatanganankredit  an penyertaan modal pemerintah untuk perusahaan daerah air minum  Palembang  hari ini mengatakan bahwa  presiden sudah menginstruksikan  agar  Departemen  PUTL melakukan usaha-usaha air Minum  dapat  sampai kepada rakyat  kecil  di kota-kota. Beberapa kebijaksanaan  baru  telah dilakukan  untuk melaksanakan  hari ini. Sasarannya  adalah agar perusahaan  air minum  pemerintah  dapat  melayani  rakyat  lebih  banyak  lagi sampai kepada  rakyat  kecil. Guna  melaksanakan  instruksi presiden ini pula  maka telah diusahakan  kredit  dan pernyertaan  modal pemerintah  dalam perusahaan-perusahaan  air minum, yang  dilakukan  untuk delapan  kota, yakni; samarinda,jambi, Malang, Purwokerto,  Banyuwangi,  Bndung dan Palembang. Kota-kota ini  akan segera  disusul  oleh jakarta dan Yogyakarta.

Sabtu, 10 Maret 1979
 
Walikota  Jeddah, Sheik  Mohammad  said  Hassan  Farisi, menghadap  presiden  Soeharto  di Bina Graha pagi  ini. Dalam pertemuan  itu ia mengemukakan tawaran kerjasama  antara  kota yang dipimpinnya  dengan  Jakarta. presiden  menanggapi  tawaran  itu secara positif. Menurut  presiden, kedua kota itu  dapat bekerjasama atas dasar komoditi ekspor  dari Indoneisa.

Senin, 10 Maret 1980
 
Pukul 09,00  pagi ini, presiden Soeharto  membuka rapat kerja  para gubernur, bupati /walikota  seluruh Indonesia  di Balai Sidang, Jakarta. presiden  Soeharto  antara lain  mengemukakan  bahwa dalam pembangunan  bidang politik, usaha  kita untuk menumbuhkan  demokrasi politik akan kita lanjutkan secara konsekuen. Dalam  hubungan  ini tidak  perlu ada kekuatiran  mengenai pelaksanaan pemilihan umum  yang akan datang, sebab  rakyat saat memilih  wakil-wakilnya  akan dijamin  kebebasan  dan kerahasiaanya, dan juga  menjelaskaan baahwa pemerintaah  dan segenap  aaparatnya yang ditugaskan  menyelenggarakan  bahwa pemilihan umum bertekad  dan wajib beritikad  melaksanakan  pemilihan umum  dengan cara  yang benar-benar  langsung ,umum, bebas dan rahasia.
Khusus  bagi semua  para kepala  daerah, Presiden Soeharto  telah memberikan petunjuk untuk melaksanakan “Enam Sukses”  yang telah disampaikan  dalam rapat  kerja sebelumnya. Petunjuk itu hendaknya  tetap menjadi prioritas  bagi semua kepala daerah, demikian  pinta presiden.namun yang penting  menurut presiden ialah  agar dalam setiap tahap  pembangunan  kita  ahrus  dapat mencapai  kemajuan  dan sekaligus  memberikan arah yang jelas  dan makin memperkokoh  stabilitas nasiional  yang dinamis. Kita  harus  bekerja  keras  dan berusaha  secara  bertahap  mencapai kemajuan  sesuai dengan  kemampuan kita. Oleh Karena itu  diseruhkan agar  pelaksanaan pembangunan  dipacu  semakin cepat, sebab  harapan semua  pihak mengenai  hasil-hasil  pembangunan  telah memasuki dimensi-dimensi  baru. Hasrat daan keinginan makin meratakan  pembangunan  yang mengarah  dan mencerminkan  suasana daan arti keadilan sosial yang makin mendesak.

Ketika  mengakhiri pidatonya, Kepala Negara  menyerukan  agar para  kepala Daerah dan  seluruh aparatnyaa selalu  tangggap  aakan perasaan dan keinginan  rakyat. Tunjukan  kepada  bahwa  segala  usaha  pemerintah  adalah untuk membawa  rakyat  kepada kemajuan  dan kesejateraan  bersama yang makin terasa adil. Demikian antara laain  pengarahan presiden.

Selasa, 10 Maret 1981
 
Bertempat di Istana Merdeka, pagi ini  secara  berturut-turut  Presiden Soeharto  menerima  surat kepercayaan   Duta Besar  Swedia , Nils Arne  Lellki,  dan Duta Besar  Vietnam, Trinh Xuang Lang.
Menyambut   pidato Duta Besar  Swedia, kepala Negara  mengatakan  bahwa Indonesia kini  sedang membangun, sehingga  perlu perluasan  hubungan  ekonomi dengan negara-negara  lainnya. Dalam  kerangka  yang lebih besar Indonesia mengharapkan  adanya  pengertian  dan peranan Swedia  dalam usaha membangun tata ekonomi Dunia  Baru  yang akan  dapat  menjamin keadilan  dan keselamatan  semua negara  dan bangsa  di dunia. Ditambahkan pula  presiden bahwa  Indonesia dan Swedia sama-sama menganut  politik  luar  negeri  yang  dalam  garis besarnya  searah, dimana  Swedia, menganut  politik  luar negeri  yang bebas dan aktif.
 
Sementara  itu, kepada Duta Besar  vietnam,presiden Soeharto  mengatakan  bahwa Indonesia menghormati   sistem politik  dan sosial  yang dianut bangsa  lain.  Hal tersebut sama besarnya  dengan tekad  untuk  mempertahankan  sistem sosial  dan politik  yang dianggap  paling  baik  bagi  bangsa indonesia  itu sendiri. Selanjutnya  Kepala Negara  mengungkapkan  keyakinanya  bahwa  dengan  sikap  menghormati  kedaulatan  dan  tidak mencampuri  urusan  dalam negeri  massing-masing, serta adanya  kerjasama  yang saling  menguntungkan, maka kestabilan  dan perdamaian  kawasan dapat  terbina, yang pada gilirannya  sangat besar  sumbangannya  bagi perdamaian di dunia.

Rabu, 10 Maret  1982
 
Bertempat  di Istana  Negara, pukul 10.00  pagi ini presiden  Soeharto menerima para peserta  Rapat Kerja  Nasional MUI.  Menyambut  para alim  ulama yang baru  saja selesai  mengikuti rapat  kerja itu, Kepala Negara  antara  lain  membantah  adanya  anggapan  bahwa  Pemerintah berusaha mendangkalkan  keberagaman  bangsa  Indonesia. Dikatakannya  bahwa kita bangga dengan keberagaman  bangsa  kita. Bahkan, menurut  presiden, kita berkewajiban untuk  terus  berusaha  memupuk semangat  keagamaan kita  itu,. Masing –masing  umat  beragama  hendaknya  terus meningkatkan usaha mereka  untuk menyemarakan  kehidupan beragama di tanah air. Namun  satu hal yang perlu  kita sadari  selalu, bahwa  bangsa kita adalah bangsa  yang majemuk. Oleh karena  itu disamping  kita berusaha  memperdalam keberagaman kita sendiri, kita pun  harus bersikap hormat dan menghargai keberagaman orang lain.

Kamis, 10 Maret 1983
 
Sidang Umum  MPR hari ini menerima dan mensahkan Ketetapan tentang Pengangkatan RI, yaitu Soeharto sebagai presiden RI untuk masa bakti  1983-1988. Keputusan untuk mengangkat kembali  Jenderal (purn) Soeharto sebagai  presiden itu merupakan  suatu keputusan yang tercapai secara aklaamasi.

Sampai hari ini, sidang umum MPR telah berhsil menetapkan tujuh ketetapan  dan satu keputusan. Salah satu dari  Ketetaapan  itu, yaitu  Tap MPR No V/1983, menetapkan  untuk mengukuhkan  Jenderal (purn)  Soeharto sebagai Bapak pembangunan nasional. Ketetapan yang lain, yaitu Tap MPR No IV/ 1983, menetapkan tentang  Referendum, yang  mengharuskan  MPR untuk menanyakan kepada rakyat  apabila MPR bermaksud menggunakan Pasal 37 UUD 1945.

Minggu, 10 Maret 1985
 
Presiden Soeharto  pagi ini menerima para  gubernur  seluruh Indoensia  di tempat peternakan Tri-S Tapos, Bogor, Jawa Barat. Dalam  pertemuan itu, presiden menekankan kepada  seluruh gubernur  agar benar-benar memperhatikan perkembangan  KUD di daerah mereka  masing-masing. Apabila KUD benar-benar dapat  berjalan  dengan baik, akan bnyak sekali membantu para petani. Diharapkan juga  presiden agar  para gubernur selalu  mendorong para petni untuk melakukan usaha sampingan, selin bercocok tanam.

Senin, 10 Maret 1986

Presiden  Soeharto  siang ini, bertempat di Bina Graha, membahas  perkembangan  moneter  akhir-akhir  ini  bersama  Menko  Ekuin, Ali Wardhana,  dan  Gubernur  Bank Indonesia. Arifin  siregar. Usai  pembahasan itu,  Arifin Siregar  menegaskan  bahwa  tidak terdapat alasan  sama sekali bagi pemerintah  untuk mengadakan  devaluasi  rupiah  mengingat kurs tersebut  cukup realitas. Selain  itu,  posisi  devisa  kita cukup  kuat, karena cadangan  devisa  yang dikuasai  pemerintah  sekarang  ini adalah  sekitar  U$$ 10,7 miliar , sebelum lagi  dana  cadangan  (standby loan) pinjaman  luar negeri  sekitar U$$ 2,558 miliar.
Dikatakannya, semenjak dua tahun  setengah  yang lalu  pemerintah sudah membuat perkiraan  mengenai  akibat menutunya  hara minyak  bumi. Berdasarkan  itu pemerintah  kemudan mengambil langkah pengamanan, antara lain melalui  dana cadangan tersebut.

Kamis, 10 Maret 1988

Pukul 09.27 pagi ini,  dalam sidang  paripurna ke-10, MPR  secara  mufakat  bulat memilih kembali  Jenderal (Purn) Soeharto  sebagai Presiden  RI  untuk masa bakti 1988-1993. Sebelumnyaa  Jenderal  (Purn)  Soeharto telah memenuhi kelengkapan syarat  administratif  pencalonan , seperti  surta keterangan kewarganegaraan, surat  keterangan  berkelakuan baik , dan  sebagainya. Sidang  paripurna  ke-10  itu langsung dipimpin  oleh ketua MPR, Kharis Suhud.

Sabtu, 10 Maret 1990
 
Pada jam 10,00 pagi ini, bertempat  di Istana  Negara Presiden Soeharto  melantik  Marskal  Madya  Siboen  menjadi  KSAU  yang baru. Ia menggantikan  Marsekal Oetomo  yang  telah selesai masa tugasnya. Pengangkatan  KSAU  Siboen  adalah  berdasarkan Surat keputusan Presiden No. 17/ABRI/1990.


Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.