PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 24 Oktober 1970 - 24 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Sabtu,24 Oktober  1970

Hari ini  di Bina Graha  Presiden Soeharto  menyerahkan  sejumlah  kapal  kepada gubernur  dari  Sulawesi  Tenggara, Sulawesi  Tengah,  Sulawesi  Selatan,  Kalimantan Timur,  Nusa Tenggara Timur dan  Maluku.  Sulawesi  Utara  menerima  tiga buah kapal,  Sulawesi  Tengah  dan  Nusa Tenggara Timur masing-masing  duah buah, dan Sulawesi Tenggara, Kalimantan  Timur  serta  Maluku  masing-masing  satu buah.  Kapal-Kapal  yang dibuat oleh galangan  kapal  dalam negeri itu berharga Rp. 40.  juta  sebuah.

Pada  waktu  penyerahannya,  Presiden  berpesan  agar kapal-kapal  tersebut  jangan  dijadikan  sebagai kendaraan  para pejabat  daerah  yang  melakukan  turne,  sebagaimana  nasib lima  buah kapal  yang telah diserahkan  kepada  Irian  Jaya Barat. Jenderal  Soeharto  menegaskan  bahwa  kapal-kapal  tersebut hendaknya  digunakan untuk  mengamanakan  dan mempertinggi  produksi  daerah-daerah  dalam rangka Pelita.

Presiden  Soeharto  menilai  perpecahan  dalam tubuh PWI  sebagai suatu masalah yang  serius. Demikan  dikatakan oleh  Menteri  Penerangan  Budiardjo setelah melaporkan  perkembangan  dalam organisasi  wartawan  tersebut  kepada  Presiden. Sebagaimana diketahui  perpecahan itu timbul  setelah angota-anggota  PWI  mengadakan kongres  di Palembang  baru-baru ini.




Senin, 24 Okrober 1971


Hari ini  di Bina Graha  Presiden Soeharto  menerima bintang dan  pelawak terkenal dari AS , Danny Kaye, yang  sedang berada  di Indonesia  dalam rangka  pembuatan film dokumnter untuk  UNICEF. dalam kesempatan itu Presiden  telah menjelaskan  tentang  perkembangan  itu Presiden telah menjelaskan tentang  perkembangan anak-anak dan pemuda yang memang  menjadi  titik  perhatian Danny Kaye dakam  kegiatannya  di UNICEF.



Selasa,24 Oktober 1972



Presiden  Soeharto  hari ini memimpin sidan  Sub-Dewan  Stabilisasi  Ekonomi  di Bina Graha. Dalam sidang  tersebut Presiden telah menginstruksikan kepada  para menteri untuk  memeriksa  dan mengadakan persiapan-persiapan menghadapi  musim tanam  tahun ini yang akan dimulai bulan  depan.

Presiden Soeharto dalam amanatnya pada peringatan Nuzulul Qur'an  Di Masjid Istqlal malam ini, mengatakan bahwa tujuan utama kita memperingati Nusulul Qur'an adalah untuk terus menerus membangkitkan kesadaran mengenai hubungan-hubungan yang sangat penting dalam kehidupan kita, yakni, hubungan manusia dan manusia, dan hubungan manusia dengan Tuhan. juga dikatakanya bahwa agama bukan hanya merupakan pendorong kemajuan, melainkan penyelamat kemajuan itu. Tanpa agama, orang akan merasa amoa dan sepi jiwanya dalam suasana gemuruhnya kemajuan industri dan kemakmuran lahiriah.


Selasa, 24 Okober 1978



Sebelum kembali ke Jakarta siang ini, Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan peninjauan ke pemukiman transmigrasi  di daerah Rasau Jaya dan Ngabang. Didalam peninjauan ini Presiden sempat berdialog dengan pasa transmigran. Dalam dialog tersebut, para transmigran menyampaikan keluhan-keluhan menghadapi keadaan di daerah transmigrasi yang jauh berbeda dari keadaan di Pulau Jawa.

Selain meminta Sekdalopbang, Solichin GP, untuk meneliti dan menghimpun keluhan-keluhan para transmigran, Presiden juga memberikan pengarahan-pengarahan langsung kepada para transmigran. Untuk mengatasi sebagian keluhan mereka, Kepala Negara meminta agar transmigran tersebut pandai-pandai memilih tanaman yang cocok ditanam di daerah tersebut. Disarankannya agar para transmigran tidak hanya bertanam padi, akan tetapi juga mencoba tanaman campuran terpadu.


Rabu, 24 Oktober 1979



Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha menerima Perhimpunan Hotel dan restoran Indonesia. Dari PPHRI hadir Sukamdani Gito Sardjono, Gatot Iskandar, Ir. Ciputra, Sani Sumakno, Suryawinata dan Ibu Tjokropranolo. Selesai pertemuan tersebut , Sukamdani mengatakan bahwa Presiden telah menginstruksikan kepada para Duta Besar RI agar pengurusan visa bagi pasa wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia dapat diselesaikan dalam satu hari. Instruksi ini dikeluarkan dalam usaha pemerintah untuk meningkatkan arus wisatawan ke indonesia.


Senin, 24 Oktober 1983



Menteri Agama, H Munawir Sjadzali, bersama Ketua BKKBN, Dr Haryono Suyono, serta pimpinan MUI, yang terdiri atas KHM Syukri Ghozali , KH Hasan Basri, dan HS Prodjokusumo , mengadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Setelah diterima Kepala Negara , Menteri Agama mengatakan bahwa Presiden sangat menghargai dan menyambut gembira hasil musyawarah Nasiona MUI tentang kependudukan dan kesejahteraan keluarga. menurut Presiden, berbagai fatwa yang dikeluarkan MUI tentang KB akan mebuat berjuta-juta peserta KB dan pasangan usia subur menjadi tentram, karena mereka merasa tidak melanggar hukum dan ajaran agama.

Musyawarah Nasional ke-3 Golkar, melalui surat keputusan No. 10/Munas III/Golkar/1983, memutuskan untuk mengangkat Jenderal (Purn.) Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar. Sebagai Ketua Dewan Pembina, Jenderal (Purn.) Soeharto diberi wewenang untuk menyusun anggota-anggota Dewan Pembina Golkar,  dibantu oleh formatur.


Kamis, 24 Oktober 1985



Menteri keuangan, Radius Prawiro, dan Gubernur Bank Indonesia,Arifin  Siregar  Menghadap  Kepala Negara  Pagi  ini di Bia Gaha. Dalam  pertemuan  itu  Presiden  mengarahkan agar pemerintah tetap Berusaha  menjaga kestabilan moneter  di dalam  negeri. Menurut  Presiden, hal ini penting  bagi  perkembangan  ekonomi  nasional  dan  pembangunan.

Setelah menghadap  Kepala Negara, Menteri Radius mengatakan  bahwa  meskipun  pemerintah  Indonesia  dewasa  ini harus  melaksanakan  perdagangan dunia, namun pemerintah tidak akan menempuh sistem anggaran belanja defisit. Alasannya adalah karena hal ini dapat menimbulkan tidak inflasi yang membebani rakyat.

Lebih jauh Radius mengatakan bahwa kemungkinan ada beberapa penyesuian pada anggaran negara, pemerintah tidak akan melakukan devaluasi rupiah. Sementara itu Arifin Siregar mengatkan bahwa cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini berjumlah US$10,6 miliar. Dengan demikian neraca perdagangan kita cukup aman.

Sementara itu, kepada Menteri Negara Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara Presiden Soeharto menggariskan bahwa pemerintah membuka kesempatan kepada masyarakat, terutama mereka yang belum memiliki rumah, untuk mengikuti program Tabungan Uang Muka (TUM) perumahan. Presiden berpendapat bahwa program ini merupakan jalan terbaik bagi masyarakat untuk memperolah rumah dengan sistem menabung.

Demikian diungkapkan oleh Cosmas Batubara stelah diterima Presiden di Bima Graha pagi ini. Kepada Kepala Negara, ia melaporkan mengenai pembangunan perumahan di perkotaan dan pedesaan. Dilaporkan bahwa selam pelita I sampai pelita III telah dilakukan pemugaran 8.000 rumah pedesaan di seluruh Indonesia. Dalam Repelita IV akan dibugar 10.00 rumah di daerah pedesaan.


Sabtu, 24 Oktober 1987


Pagi ini, pada jam 9.00, Presiden Soeharto menerima 165 peserta Rapat Pimpinan ABRI tahun 1987 di Istana Negara. Pada Kesempatan itu, Panglima ABRI Jenderal LB Murdani telah menyampaikan laporan mengenai hasil-hasil yang dicapai Rapim tersebut Kepda Kepala Negara.

Dalam amanatnya, Presiden mengatakan bahwa sausana sekarang sudah jauh berbeda dengan suasuana tatkala Doktrin Catur Dharma Eka Karma (Cadek) dilahirka dapa tahun 1967. Dikatannya bahwa selama 20 tahun terkahir ini bangsa kita telah melaksanakan pembangunan di segala bidang sambil terus menerus mengembangkan kehidupan bangsa dan negara yang makin tertib dan teratur. Dalam kurun waktu ini pula Doktrin Cadek telah mampu mengantarkan ABRI makin dewasa, kekar dan tegar seperti hari ini. Oleh karena itu, Presiden menyambut dengan baik upaya generasi penerus untuk menyempurnakan dan mengadakan pembaharuan-pembaharuan terhadap Doktrin Cadek itu dengan harapan agar falsafah nilai-nilai luhur hakiki TNI/ABRI tetap dipegang teguh, dianut, dan dilestarikan.


Kamis, 24 Oktober 1991


Perdana Menteri Vietnam dan Nyonya Vo Van Kiet pukul 11.00 pagi ini tiba di Jakarta memulai kunjungan resmi di Indonesia selama empa hari. Setiba di Istana Merdeka, kepala pemerintah Vietnam dan isterinya itu disambut secara kebesaran militer oleh Presiden dan Ibu Soeharto.

Pukul 20.00 malam ini, di Istana Negara, Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan jamuan makan resmi untuk menghormat Perdana Menteri dan Nyonya Vo Van Kiet. Dalam pidato selamat datangnya, Kepala Negara mengatakan bahwa ia melihat banyak bidang kerjasama yang dapat dikembangkan bersama. Bukan saja di bidang ekonomi dan perdagangan, tetap juga di bidang sosial dan kebudayaan. Dikatankanya bahwa dengan mengembangka kerjasama dibidang sosial budaya, maka hubungan yang saling menguntungkan di bidang ekonomi dapat dibangun diatas landasan yang lebih kuat lagi.



Sumber : Buku jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun  : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo