PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 14 Oktober 1968 - 14 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 14 Oktober  1968

Presiden Soeharto pagi ini Menerima Mayjen. Ibnu Sutowo, Direktur Pertamina, di Jalan Cendana, Jakarta. Dalam pertemuan ini, Ibnu Sutowo antara lain melaporkan tentang penandatanganan kontrak eksplorasi lepas pantai dengan Italia. Disamping itu Ibnu Sutowo juga melaporkan tentang keadaan perminyakan di Kalimantan, Sehubungan dengan kunjungan Presiden Soeharto ke daerah itu dalam waktu dekat ini.

Selasa, 14 Oktober 1969

Presiden Soeharto dalam amanatnya pada pembukaan konfrensi kerja para gubernur seluruh Indonesia di Istana Negara mengharapkan agar pemilihan umum nanti dapat menjamin dipertahankanya Pancasila dan UUD 1945. Ia juga mengharapkan agar pemilihan umum tidak akan mengganggu kelancaran pelaksanaan Pelita dan sekaligus menuju pederhanaan struktur politik untuk lebih memperkuat stabilitasi politik. Oleh karena itu yang menjadi perhatian sekarang ini ialah bagaimana mengamankan dan menyusun pemilihan umum itu baik ditinjau dari segi perundang-undangan, pembiyaan maupun persiapan-persiapan lain. Presiden juga meminta agar para gubernur memberikan gambaran yang jelas mengenai persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi di daerah masing-masing, baik mengenai masalah pemerintahan pada umumnya. Kemudian Presiden menginstruksikan semua gubernur untuk menghentikan segala macam pungutan liar di daerahnya yang selama ini dengan segalah macam pungutan liar di daerahnya yang selama ini dilakukan dengan segala macam dalih.

Dalam menghadapi lebaran yang akan datang Presiden Soeharto menginstruksikan PN Industri Sandang untuk membuka toko sandang murah selama 40 hari. Toko sandang murah tersebut diminta untuk menjual barang-barang sandang tanpa keuntungan, yakni harga pabrik ditambah biaya adimistrasi. Demikian oleh Dirut PN Industri Sandang, Maryadi.

Secara berturut-turut malam ini Presiden Soeharto mengadakan pertemuan konsultasi dengan NU, PNI dan Parkindo. Dalam konsultasi ini NU diwakili oleh KH Idham Chalid, HM Subchan ZE, HA jaichu, Djamaludin Malik, Imron Rosyadi SH, KH Masjkur, Yusuf Hasyim, dan H Nuddin Lubis. Sementara itu pimpinan PNI yang hadir adalah Hardi SH, Isnaeni, Hadisubeno, Abdul Majid, Usep Ranawidjaja, Budi Juwono, Abadi, dan Hardjantho. Parkindo diwakili oleh Melathon Siregar, JCT Simorangkir, Drs. Manasuma, Sabam Siarit dan Victor Matondang SH. Dalam pertemuan tersebut telah dibahas masalah pemilihan umum, terutama yang menyangkut masalah crucial point dalam RUUnya  yang sampai saat ini masih dalam pembicaraan di DPR-GR. Dalam kesempatan ini Presiden menegaskan bahwa pemilihan umum harus dapat menjamin tegaknya Pancasila dan UUD 1945, dan dijelaskan pula pentingnya masalah pemilihan umum dalam rangka menciptakan stabilitas politik yang juga tidak boleh dipisahkan dari pelaksanaan Pelita.

Rabu, 14 Oktober 1970

Dalam sambutan tertulisnya pada pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur'an tingkat nasional ke- 3 di Banjarmasin hari ini, Presiden Soeharto aantara lain mengatakan bahwa kegiatan ini sebaiknya ditingkatkan dari " Tilawatil" Qur;an menjadi "ta' liemil" Qur'an, yaitu membaca dan memahami, dan dari memahami dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan nyata. Menurut Presiden, dengan mengamalkan ajaran Al-Qur'an berarti membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan negara dan bangsa yang multikompleks.

Sabtu, 14 Oktober 1972 

Transmigrasi bukan pemindahan kesenegaraan dan kemiskinan dari Jawa ke daerah lain. Transmigrasi merupakan masalah nasional terutama dalam rangka penyebaran penduduk dari satu daerah padat ke daerah lainnya. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto ketika menerima Pramuka Transmigrasi dalam suatu upacara di halaman Istana hari ini.

Siang ini secara tiba-tiba Presiden meninjau beberapa pasar di DKI. Pasar-pasar yang ditinjau adalah pasar tanah Abang, pasar Kebayoran Lama, dan pasar Mampang Prapatan. Maksud peninjauan ini adalah untuk mencek harga-harga sembilan bahan pokok di Jakarta, terutama harga beras dan gula.

Minggu, 14 Oktober 1973

Presiden Soeharto malam ini menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Istiqlal, Jakarta. Dalam sambutanya, Presiden mengetakan bahwa pembangunan dan agama adalah senafas. Dikatakannya bahwa pembangunan akan membawa kita semua kepada kebahagiaan dan kemajuan yang penuh kebahagiaan bagi kita semua adalah tujuan pembangunan masyarakat Indonesia. Ditambahkanya bahwa agama tanpa pembangunan tidak akan maju, sedangkan pembangunan tanpa agama kita salah arah. Karena itu dari agamalah sesungguhnya bersumber dorongan yang tidak habis-habisnya agar masyarakat membangun dirinya.

Menyinggung lebih jauh masalah peranan agama dalam pembangunan, Presiden mengatakan bahwa pembangunan selamanya mengakibatkan perubahan-perubahan yang apabila kita tidak berhati-hati memerosotkan martabat manusia. Dalam hal ini. ajaran-ajaran moral dan kesusilaan yang ditunjukan oleh agama akan merupakan benteng kokoh yang akan menghindarkan kita dari akibat-akibat samping yang buruk dalam melaksanakan pembangunan itu. Dalam memberikan dorongan dan arah yang tepat jalanya pembangunan itulah terpikul kewajiban bersama dari semua umat beragama di Indonesia. Demikian antara lain dikatakan Presiden.

Selasa, 14 Oktober 1975

Presiden Soeharto pada jam 10.00 pagi ini sidang Dewan Stabilitasi Ekonomi Nasional di Bina Graha. Sidang hari ini memusatkan diri pada persoalan moneter, dimana ditegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengubah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sehingga nilainya tetap Rp415 untuk US$1. Akan tetapi nilai tukar rupiah terhadap SDR (Special Drawing, Rigth uang mas kertas ) mungkin akan mengalami perubahan, karena nilai tukar SDR terhadap dollar AS bersifat sangat mengambang.

Selasa, 14 Oktober 1980

Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada para Inspektur Jenderal dari semua departemen selama satu setengah jam. Para Inspektur Jenderal itu diantar oleh Menteri PPLH, Emil Salim.

Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto menginstruksikan para Inspektur Jenderal itu untuk meningkatkan pelaksanaan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan, sehingga lebih banyak hasil yang dicapai dalam mengejar tujuan pembangunan. Dalam hal ini Presiden meminta agar aparat yang terlibat dalam kegiatan pengawasan memperhatikan tiga hal. Pertama, agar dalam melakukan dilaksanakan sistem cek dan pengecekan kembali, sebagai bagian dari mekanisme pengawasan. Kedua, harus dilakukan tindakan  preventif. Dan ketiga, dalam melakukan pengawasan harus ada unsur edukatif, karena pengawasan bertujuan untuk mendidik, untuk menunjukan adanya kesalahan untuk mengadakan langkah perbaikan di masa mendatang.

Rabu, 14 Oktober 1981 

Setiba di Yogyakarta pagi ini. Presiden dan Ibu Soehato langsung menghadiri acara peresmian dua buah Fakultas Keguruan Teknik IKIP, yaitu masing-masing di Padang dan Yogyakarta, Dalam acara yang berlangsung dikampus IKIP Yogyakarta itu, Presiden Soeharto dalam amanatnya mengatakan bahwa pembangunan yang tambah meningkat dan meluas dibidang industri memerlukan tenaga teknik tingkat yang besar jumlahnya dan terampil. Peningkatan kemampuan yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan teknologi ini jelas memerlukan pendidikan dan latihan-latihan di bidang yang bersangkutan.

Karena itu, demikian presiden, program baru bagi pendidikan di Fakultas Keguruan, IKIP, dituangkan dalam proyek peningkatan Pendidikan Teknik. Berdasarkan program baru ini, maka pengembangan pendidikan teknik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru bagi Sekolah Teknik Menengah, Sekolah Teknologi Menengah, dan Sekolah Teknilogi Menengah Pembangunan.

Senin, 14 Oktober 1985 

Presiden Soeharto menyeruhkan agar Kerjasama asosiasi-asosiasi dengan petani-petani tanaman keras ditingkatkan melalui koperasi-koperasi. Mutu tanaman keras perlu ditingkatkan dengan teknologi baru dan dimasyarakatkan lewat asosiasi-asosiasi melalui koperasi. menurut Presiden hal ini bukan saja manfaat bagi petani, tetapi juga bagi eksportir komoditi.

Demikian diungkapkan Menteri muda Urusan peningkatan Produksi Tanaman Keras, Hasjrul Harahap, setelah  menghadap Kepala Negara di Bina Graha pagi ini. Ia datang menemui Presiden guna melaporkan tentang pelaksanaan penyebaran dua juta bibit kelapa hybrida Bantun Presiden untuk tahun 1984/1985 dan 1985/1986

Selasa, 14 Oktober 1986

Pada jam 07.30 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan PM Rajiv Gandhi dan Isterinya. Setelah itu Presiden dan Ibu Soeharto mengantarkan kedua tamu mereka  ke pelabuhan udara Internasional Halim Perdanakusuma. Kedua tamu negara itu dilepas oleh Kepala Negara dan Ibu Tien di tangga pesawat, setelah sebelumnya digelar upacara perpisahan secara kebesaran militer.

Menteri Keuangan Radius Prawiro dan Gubernur Bank Indonesia Arifin Siregar menghadap Presiden Soeharto di Cendana pada jam 09.00 pagi ini. Setelah menghadap Kepala Negara, Arifin Siregar mengakui bahwa telah terjadi dana penarikan deposito sebelum jatuh tempo akibat terbesar desas-desus mengenai kemungkinan dposito akan dikonvensasikan kedalam obligasi. Namum dikatakan bahwa jumlah deposito berjangka di semua bank sekarang ini lebih besar dibandingkan keadaan sebelum dilakukanya devaluasi rupiah pada tanggal 12 September yang lalu. Diungkapkanya jika pada minggu kedua bulan September deposito rupiah disemua bank berjumlah Rp10,339 triliun, maka pada minggu kedua bulan Oktober jumlah deposito rupiah meningkat menjadi Rp10,517 triliun.

Rabu, 14 Oktober 1987

Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, Ennaifar Azouz, di Istana Merdeka. Duta besar Azouz adalah duta besar pertama yang ditempatkan Tunsia di Jakarta; sebelumnya hubungan diplomatik dengan Indonesia diatur oleh Kedutaan Besar Tunsina yang berkedudukan di Tokyo.

Menerima surat kepercayaan Duta Besar Azouz, Kepala Negara menyatakan kepercayaan bahwa hubungan kerjasama antara kedua negara akan semakin meningkat lagi di tahun-tahun mendatang. Dikatakanya bahwa kedua negara perlu berusaha bersama-sama untuk menemukan langkah-langkah baru bagi usaha peningkatan kerjasama antara kedua negara, khususnya di bidang-bidang ekonomi, perdagangan, industri , ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertanian dan kebudayaan. Peningkatan kerjasama ini perlu juga sebagai sumbangan kedua negara bagi terwujudnya dunia yang lebih sejahtera, lebih damai, dan lebih adil.

Pagi ini, di tempat yang sama, Kepala Negara juga menerima surat kepercayaan dari duta besar Argentina yang baru, Omar Ricardo del Azar Suaya. Dalam kata sambutanya, Presiden mengatakan bahwa tanpa terasa, hubungan baik dan kerjasama yang terjalin antar kedua negara telah berjalan 30 tahun; kenyataan ini membuktikan bahwa jarak yang jauh tidak merupakan penghalang dalam membina saling pengertian antara kedua negara. Dengan memperhatikan kenyataan itu, Presiden membenarkan ucapan Duta Besar bahwa setelah lebih dari tiga dasawarsa tonggak pertama yang kita tanam menjadi makin kokoh dengan berlalunya waktu karena dipupuk kerjasama dan saling pengertian.

Senin, 14 Oktober 1991 

Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Mamadou Wahad Talladi, utusan khusus Presiden Senegal. Utusan khusus itu datang untuk menyampaikan undangan kepada presiden Soeharto untuk menghadiri KTT OKI yang akan diadakan di Dakar pada tanggal 9 sampai 12 Desember mendatang. Saat itu juga Presiden menyatakan kesediaanya untuk memenuhi undangan tersebut.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto