PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 25 Mei 1966-1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
RABU, 25 MEI 1966

Di depan sidang pleno terbuka DPR-GR hari ini, Letjen. Soeharto menegaskan bahwa masalah jiwa Supersemar 1966 tidaklah sempit. Dikatakan bahwa Supersemar itu tidak hanya menyangkut bidang hankam saja, melainkan meliputi pula masalah-masalah pemerintahan dan revolusi, masalah kehidupan dalam hubungannya sebagai media perwujudan cita-cita hukum terutama hukum dasar negara.



SABTU, 25 MEI 1968

Pagi ini Presiden Soeharto beramah-tamah dengan 142 orang mahasiswa dari Universitas/Institut Negeri di seluruh Indonesia. Mereka adalah pimpinan Dewan-dewan Mahasiswa yang baru saja mengikuti diskusi besar yang diselenggarakan di Universita Indonesia.




SELASA, 25 MEI 1971

Dalam sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi pagi ini di Bina Graha, Jakarta, Presiden Soeharto mendengarkan laporan Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan. Menteri Keuangan melaporkan usaha-usaha yang telah dan akan diambil oleh pemerintah rangka meningkatkan penerimaan negara khususnya terhadap barang-barang yang berasal dari luar negeri. sementara itu Menteri Perdagangan melaporkan tentang masuknya Inggris kedalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Hal ini menurutnya akan mempengaruhi pasaran bersama Eropa, dan karena itu dapat pula mempengaruhi hubungan ekonomi Indonesia dengan Inggris dan juga negara-negara Eropa lainnya.

Untuk mengatasi masalah yang dilaporkan Menteri Keuangan, Presiden Soeharto menginstruksikan agar usaha penertiban impor barang-barang tersebut dilakukan bersama-sama secara terkoordinasi antara Departemen Keuangan dengan departemen-departemen lainnya. Penertiban itu juga harus ditujukan tidak untuk kepentingan penerimaan keuangan negara saja, tetapi juga untuk peningkatan produksi dalam negeri. menanggapi masalah masuknya Inggris dalam Pasaran Bersama Eropa,

Presiden Soeharto meminta Departemen Luar Negeri dan Departemen Perdagangan secara bersama-sama mempelajari perkembangan Pasaran Bersama Eropa, baik dari sudut ekonomi maupun politik, bagi kepentingan Indonesia, agar Indonesia dapat mengambil sikap yang benar-benar menguntungkan.





JUMAT, 25 MEI 1973

Sore ini telah berlangsung pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, di Istana Merdeka. Pertemuan yang berlangsung setelah acara tukar menukar cinderamataitu telah mengungkapkan jalan pikiran kedua pemimpin dan masalah yang dihadapi kedua negara. selepas pertemuan itu, dalam konferensi persnya, PM Lee Kuan Yew menjelaskan bahwa pembicaraannya dengan Presiden Soeharto telah membawa hubungan kedua negara lebih dekat lagi dan memungkinkan saling pengertian. Ia menyatakan keyakinannya bahwa dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia akan terus mencapai kemajuan. Juga diungkapkannya bahwa Presiden Soeharto menilai pembicaraan mereka sebagai suatu yang sangat bermanfaat bagi eratnya persahabatan dan kerjasama antara kedua bangsa.

Perdana Menteri dan Nyonya Lee Kuan Yew tiba dan disambut oleh Presiden dan Ibu Soeharto di Kemayoran pada pukul 09.00 pagi tadi. Kedua tamu negara itu akan berada di Indonesia selama tiga hari.

Presiden dan Ibu Soeharto malam ini di Itana Negara menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan untuk menghormat kunjungan Perdana Menteri dan Nyonya Lee Kuan Yew. Dalam pidato sambutantannya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa kerjasama antara bangsa-bangsa Asia Tenggara bukanlah suatu keinginan, melainkan suatu keharusan. Lebih jauh dikatakannya bahwa ASEAN sebenarnya mencerminkan semangat dan masa depan Asia Tenggara yang baru.


SELASA, 25 MEI 1976

Pukul 14.00 siang ini,Presiden Soeharto berangkat ke Surabaya dan selanjutnya Bali, dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari. Siang ini di Surabaya, Kepala Negara membuka Musyawarah Besar Nasional ke-5 Angkatan 45. Dalam kata sambutannya, Presiden meminta agar Angkatan 45 ikut membantu mengadakan pengawasan agar kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah berjalan sebaik-baiknya sesuai dengan semangat dan tujuannya. Tetapi ia mengingatkan bahwa tujuan daripada pengawasan ini adalah untuk perbaikan, bukan untuk propaganda pemilihan umum.

Sebelumnya, pada awal pidato, Presiden mengajak para peserta musyawarah untuk bersama-sama mendalami arah pembangunan kita apakah telah bergerak kearah yang tepat. Hal ini dianggap perlu oleh Presiden, karena akhir-akhir ini ada suara sumbang yang mengatakan bahwa pembangunan ini malahan telah membuat rakyat bertambah sengsara dan melarat. Menanggapi suara demikian, Kepala Negara menegaskan lagi bahwa pembangunan ekonomi yang sedang dilakukan sekarang ini merupakan alat yang mutlak untuk memperbaiki kesejahteraan umum. Memaksakan keadilan dalam suasana ekonomi yang terbelakang tidak lain berarti meratakan kemiskinan belaka, demikian Presiden.



RABU, 25 MEI 1977

Indonesia bersedia membantu Pemerintah Belanda jika diminta, dalam rangka menyelesaikan kericuhan-kericuhan yang dilakukan  oleh gerombolan anggota RMS yang menyandera anak-anak sekolah dan penumpang kereta api hari Senin yang lalu. Ini dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri a.i jenderal Panggabean setelah diterima Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Bantuan itu akan diberikan dengan batas-batas ketentuan yang berlaku sesuai dengan kemampuan.

Pompa air hadia Presiden Soeharto untuk masyarakat Kabupaten Bandung dalam waktu dekat akan segera dimanfaatkan. Kepala Pelaksana Proyek Pompanisasi mengatakan bahwa pompa tersebut berukuran 85 pk dan dapat mengairi sawah seluas 200 hektar. Untuk pemasangannya diperlukan biaya Rp 5 juta. Pompa ini ditempatkan di daerah Buahbatu.




KAMIS, 25 MEI 1978

Presiden Soeharto mengatakan bahwa banyak masalah yang telah dapat kita selesaikan, tetapi diantara masalah-masalah itu terdapat pula hal-hal yang mungkin belum dapat kita selesaikan sampai saat ini, antara lain perluasan kesempatan kerja dan perluasan penduduk yang lebih seimbang. Masalah-masalah besar ini merupakan tantangan yang harus kita tundukkan untuk menciptakan syarat-syarat dasar bagi terwujudnya kesejahteraan umum dan tercapainya keadilan sosial yang makin terasa. Demikian antara lain dikatakan Presiden ketika membuka rapat kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bertempat di Bina Graha pagi ini.




SABTU, 25 MEI 1985

Pagi ini pada jam 09.00 Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Kerjasana Pembangunan Belanda/Ketua IGGI, Ny. EM Schoo. Dalam kunjungan itu ia didampingi oleh Menko Ekuin, Ali Wardhana, Menteri PAN/Ketua Bappenas, Saleh Afif, dan Duta Besar Belanda, Frans van Dongen.

Dalam pertemuan itu Presiden Soeharto telah menjelaskan mengenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia secara keseluruhan, sementara Ketua IGGI itu menyampaikan kepada Presiden hasil kunjungannya kebeberapa daerah di Indonesia untuk melihat perkembangan pembangunan yang mendapat bantuan IGGI.




MINGGU, 25 MEI 1986

Pukul 20.15 malam ini, Presiden Soeharto menghadiri peringatan Nuzulul Qur’an yang berlangsung di Masjid Istiqlal Jakarta. dalam amanatnya Kepala Negara mengatakan bahwa kita harus mampu membedakan hal-hal yang pokok dan hal-hal sampingan. Kita harus mampu membedakan kepentingan jangka panjang dan kepentingan jangka pendek.

Dikatakannya bahwa jangka panjang kita tetap bertekad untuk membangun masyarakat Pancasila, dengan melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Al Qur’an menegaskan bahwa apabila kita sudah mantap dengan pilihan kita, kita tidak boleh ragu-ragu lagi. Dengan penuh kepasrahan kepada Tuhan, kita berusaha sekeras-kerasnya untuk mewujudkan apa yang kita cita-citakan.




SENIN, 25 MEI 1987

Presiden Soeharto pagi ini memanggil “Team Sembilan” untuk menghadapnya di Bina Graha. Sebagaimana diketahui “Team Sembilan” ini adalah team yang menyusun penyelesaian akhir bahan-bahan sidang Umum MPR berdasarkan bahan-bahan yang telah dipersiapkan oleh Wanhankamnas. Team Sembilan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1987 ini diketuai oleh Menteri Muda/Sekretaris Negara Moerdiono. Anggota-anggotanya terdiri atas Menteri Negara Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara, Menteri Muda UP3DN, Ginandjar Kartasasmita, Sekretaris Jenderal Wanhankamnas, Machmud Subarkah, Wakil Ketua DPR GH Mantik, Kepala Staf Sosial Politik ABRI, Letjen. Soegiarto, Dr Astrid Soesanto, Dr Adrianus Mooy, dan Dr Soeryanto.




SABTU, 25 MEI 1991

Hari Presiden Soeharto dan PM Panyarachun mengadakan pembicaraan resmi di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan itu telah dibahas masalah bilateral, regional, dan internasional. Menyangkut masalah internasional, kedua pemimpin antara lain telah membicarakan soal sikap bersama untuk menghadapi pertemuan ASEAN dengan ME, karena diperkirakan ME akan mempersalahkan masalah pelestarian lingkungan dan pelaksanaan hak asasi manusia.

Pelaksanaan tentang masalah bilateral dikembangkan lebih lanjut dalam pertemuan tingkat menteri. Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri Luar Negeri Arsa Sarasin membahas masalah politik, sementara masalah ekonomi dibicarakan oleh Menteri Keuangan JB Sumarlin dengan Menteri Keuangan Suthee Singhasane.



SENIN, 25 MEI 1992

Di Cilegon, Jawa Barat, Presiden Soeharto meresmikan 22 pabrik kelompok industri kimia dasar. Pada saat itu sekaligus pula dikukuhkan pendirian 594 koperasi karyawan industri se-Jawa Barat. Acara peremian itu dipusatkan di lokasi PT Tri Polyta Indonesia yang memproduksi Polypropylene, bahan baku untuk pembuatan plastik.

Dalam amanatnya Kepala Negara mengatakan bahwa membangun masyarakat Indonesia sama sekali tidak hanya membangun pabrik-pabrik. Tidak ada gunanya jika kita memiliki banyak pabrik apabila pabrik-pabrik itu dibangun oleh tenaga asing. Membangun masyarakat industri berarti membangun sikap, kebiasaan dan budaya yang benar-benar mampu membangun industri dengan kemandirian.
Diingatkan juga oleh Presiden bahwa pembangunan industri yang pesat, selain mempercepat laju pembangunan, juga dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah satu diantaranya adalah kesenjangan antara kekuatan-kekuatan yang sudah dapat memanfaatkan peluang yang terbuka dengan mereka yang belum dapat memanfaatkannya. Namun Kepala Negara yakin, bahwa dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, kita pasti berhasil mengatasi tantangan pembangunan yang berada di hadapan kita.


Penyusun Intarti S.Pd