Kepada
Yth. Bapak Haji Mohammad Soeharto
di Tempat
Ada Hakim Yang Maha Adil[1]
Dengan Hormat,
Bapak Soeharto yang saya hormati,
Saya sangat sedih dengan keadaan yang
melanda Indonesia. Saya sedih, mengapa Bapak Berhenti jadi presiden dan
meninggalkan kami rakyat kecil yang masih membutuhkan bimbingan Bapak.
Tidak semua rakyat menolak Bapak. Bapak adalah figur yang patut
diteladani oleh kami rakyat kecil, bagaimana kegigihan Bapak dalam
memimpin bangsa ini, terutama di masa-masa yang sulit. Saya sebagai umat
Kristen menikmati benar, bagaimana Bapak sangat berhasil menanamkan
hidup rukun dan toleransi antar umat beragama, sehingga kami dapat
beribadah dengan aman.
Pada tanggal 21-5-1998, saat Bapak
membacakan surat pernyataan berhenti sebagai presiden, seperti ada
sesuatu yang hilang, sosok Bapak sudah melekat di hati rakyat dengan
senyum khas yang selalu mengembang, seolah-olah memberi kedamaian bagi
kami. Saya tidak mengerti mengapa ada pihak yang memanfaatkan dan
menghasut rakyat kecil yang tidak mengerti apa-apa.
Saya tidak mengerti politik. Memang,
reformasi perlu demi kemajuan Indoensia tercinta dan untuk meningkatkan
taraf hidup terutama rakyat kecil, tapi bukan harus mengganti presiden,
apalagi masa jabatan belum selesai. Segala sesuatu bisa diselesaikan
dengan akal sehat, secara damai untuk bersama-sama memajukan bangsa
tercinta ini.
Saya bangga dan kagum menyaksikan di
layar TV sewaktu Bapak membacakan surat pernyataan berhenti. Bapak
begitu tegar. Saya sangat terhibur menyaksikan semua itu. Walaupun hati
saya sangat sedih, tapi apa daya saya orang kecil yang tidak bisa
berbuat apa-apa.
Manusia/dunia/siapapun boleh membenci
dan menolak Bapak, tapi tangan Tuhan selalu terbuka untuk Bapak. Seperti
yang Bapak katakan bahwa mau mendekatkan diri kepada Tuhan. Nama,
kedudukan, kekuasaan hanya sebatas di dunia ini saja. Manusia boleh
mengadili Bapak, tapi Bapak tidak usah takut dan gentar karena Tuhan
yang akan membela Bapak dan Keluarga Bapak. Hanya ada satu hakim yang
adil. Dia adalah Allah yang berkuasa dan hanya Dia yang berhak mengadili
seluruh umat manusia.
Tuhan memberkati. Amin.
Hormat saya,
Ribka Herlin Maninga
Denpasar-Bali
[1]
Dikutip langsung dari buku berjudul “Empati di Tengah Badai:
Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998″, (Jakarta:
Kharisma, 1999), hal 174-175. Surat ini merupakan salah satu dari 1074
surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan
luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan
simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat
tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.